Hidup di Tanah Bencana

389 10 17
                                    

Suasana pagi yang hangat masih membuat Tanaya dan Chelsea terbuai dalam ranjangnya yang nyaman. Mereka tidur pulas sambil saling berdekapan. Ketika berkas sinar matahari berhasil masuk melalui celah-celah tirai dan menerpa wajah, Tanaya pun terbangun.

Dengan berat, ia membuka matanya sambil melepas dekapannya terhadap Chelsea. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur sambil memijat kepalanya. Aroma bau busuk pun menyeruak menusuk hidung ketika ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya semalam.

Tanaya sudah terbiasa dengan bau busuk ini karena tak ada aroma yang membuat dirinya nyaman selain bau busuk dari daging manusia. Ia harus selalu berbau busuk agar dapat berbaur dengan para mayat hidup. Tanaya membaluri tubuhnya dengan krim khusus yang terbuat dari jus usus manusia yang dicampur krim pemutih kulit.

Dia melakukan hal menjijikan itu, bertujuan untuk bisa tetap dekat dengan Chelsea yang kini telah berubah menjadi mayat hidup. Tanaya sangat mencintai Chelsea. Mereka saling mengucap janji saling mencintai di tengah kobaran bencana besar. Mereka terus berlari menyelamatkan diri dari serangan para mayat hidup yang beringas, namun sayangnya, waktu itu Chelsea tak selamat. Dia terkena gigitan salah satu mayat hidup ketika berusaha kabur, sehingga dia pun berubah jadi mahluk tak berakal yang agresif. Ia berusaha menyerang Tanaya.

Tanaya sangat terkejut dan tak menyangka Chelsea bisa berubah secara mendadak. Ia tak mengetahui kalau kekasihnya itu telah digigit oleh mahluk mengerikan itu. Ditengah serangan membabi buta Chelsea, Tanaya dengan sekuat tenaga, berusaha bertahan dan membela diri. Dia bergumul dengan cewek cantik itu sampai berguling-giling di lantai dan akhirnya mereka menabrak sebuah jendela sampai pecah. Mereka berdua jatuh dari jendela lantai dua itu.

Tanaya mendarat di tumpukan mayat manusia yang membusuk, sedangkan Chelsea mendarat di atas tanah. Tanaya sangat panik, ia secepat kilat bangun dan menghindari mayat mayat yang sudah lembek dan membusuk itu. Ia kemudian mengambil sebatang kayu yang ada di sekitarnya, lalu ia akan memukul kepala Chelsea yang sedang terduduk.

Ketika dia mengacungkan batang kayu ke udara dan bersiap akan memukul, Chelsea memandangnya dengan tatapan kosong. Warna matanya kini berubah menjadi merah menyala. Dia tampak sangat tenang dan tak berusaha menyerang. Wajah cantiknya pun seakan akan menyihir Tanaya untuk merasa merasa iba, ditambah rasa cinta kepadanya, sehingga akhirnya Tanaya batal membunuh Chelsea.

Semenjak kejadian itu, Tanaya mendapat ide kalau bau busuk membuat mayat hidup tenang dan tak menyerang. Ia pun akhirnya membuat krim menjijikan itu untuk bisa menyamarkan diri dari para mayat hidup.

Kembali ke suasana pagi, Tanaya beranjak dari tempat tidur. Ia langsung memakai pakaian yang sebelumnya berserakan di atas lantai. Setelah itu, ia membangunkan sang kekasih dari peraduannya. Tanaya membelai kepala Chelsea dengan lembut, lalu mengecup keningnya. Wajah Chelsea tampak sangat pucat dan matanya berkantung.

"Bangun sayang! Udah pagi!" bisik Tanaya di telinga Chelsea.

Tiba tiba, cewek itu langsung membuka matanya dan menyerang Tanaha. Ia berusaha menggigit lehernya, namun usaha itu tak melukai Tanaya sama sekali. Giginya telah dipasangi pelindung karet oleh Tanaha, sehingga tak bisa melukainya bila menggigit.

"Aduh kamu kebiasaan deh kalo bangun tidur!" ucap Tanaya sambil mendekap Chelsea.

"Arrrgghhh!!! Arrrrgh!" Chelsea menggeram.

"Oh gitu, aku mengerti kok sayang, kita udah 400 hari melewati semua ini, tak terasa ya?"

"Aaaargghh!!"

Tanaya berbicara kepada Chelsea seolah olah dia masih hidup. Chelsea telah kehilangan akal dan pikirannya, sekarang dia cuma bisa mengeram. Akan tetapi, Tanaya memperlakukannya seperti orang hidup.

Hidup di Tanah BencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang