Pernikahan Dadakan

168 6 16
                                    

Entah apa yang terjadi, pokoknya kali ini Genus benar benar terhipnotis oleh kharisma Habib Aldo. Ia seakan menuruti apa yang diinginkan laki laki itu. Selain Habib Aldo, dia juga menurut kepada Ilham. Sebagai sesama anggota TNI, Ilham sangat dihormati oleh Genus dan menganggapnya sebagai senior tersayang.

Ketika acara pemakaman massal para korban penyerangan, Genus ikut menyaksikan acara itu. Dengan berlinang air mata kesedihan, ia melihat ratusan jenazah masuk ke liang lahat yang berukuran besar. Salah satu dari jenazah itu adalah ayah dari Irfan.

Anak kecil itu terus menangis meratapi kepergian sang ayah yang selama ini menyayangi dan melindunginya. Genus mendekati Irfan, lalu ia memeluk anak itu. Ilham memandang ke arah mereka dari kejauhan. Rasa empatinya tumbuh terhadapa Genus.

Habib Aldo sebagai pemimpin perkumpulan berpidato dan berdoa pada acara pemakaman. Ia mengatakan kepada umat kalau musibah ini adalah takdir yang harus diterima. Ia mengajak kepada umat untuk tidak dendam terhadap pelaku pembunuhan massal ini.

Semua orang langsung menatap ke arah Genus yang tengah memeluk Irfan. Banyak diantara mereka yang menyimpan rasa dendam dan sakit hari kepadanya. Genus terkejut ketika mengetahui orang orang memperhatikannya. Ia pun langsung melepas Irfan dan berdiri tegak.

Genus pun merasa sangat bersalah ketika namanya di singgung oleh Habib Aldo, jantungnya berdebar kencang ketika Habib Aldo menjelaskan kepada umat bahwa Genus adalah pembawa musibah sekaligus berkah.

Berkah yang dikirim Tuhan untuk menjadi juru selamat untuk kehidupan manusia setelah kiamat. Habib Aldo pun memanggil Genus untuk naik mimbar. Genus semakin grogi, ia melihat ke arah Ilham. Laki laki itu pun menganggukkan kepalanya sambil memberi isyarat untum menuruti panggilan Habib Aldo.

Dengan langkah berat, Genus menghampiri Habib Aldo di atas mimbar. Ia berjalan melewati barisan orang orang yang bersedih dan dipenuhi rasa dendam terhadap dirinya. Genus hanya menunduk, ia tak berani menatap wajah mereka.

Genus kemudian berdiri di sebelah Habib Alda. Ia tak kuasa melihat orang-orang yang ada didepan. Habib memegang tangannya, lalu mengangkatnya ke atas.

"Dialah sang juru selamat yang dikirim Tuhan kepada kita, Genuschka William, seorang gadis cantik dan belia... dia siap melindungi kita, dia siap menjadi tameng dan pedang untuk kita... dialah Genus sang pembawa cahaya... dia lah Genus sang juru selamat... aku akan menikahi gadis belia ini"

Genus sangat terkejut dengan omongan Habib Aldo yang mengajaknya menikah. Ia pun langsung menafikan tangan Habib Aldo.

"Apa Bib? Kamu mau nikahin aku?"

"Iya... aku akan menjadi suamimu sekaligus imam buat kamu"

"Tapi bukan ini yang kumau!!"

"Kamu ikuti aja! Semua ini demi keselamatan kamu sendiri!"

Genus sangat kesal dengan jawaban pria itu. Ia langsung lari meninggalkan mimbar. Ilham pun langsung mengejar gadis itu. Genus berlari memasuki sebuah bangunan. Ilham dengan sekuat tenaga berusaha mengejarnya.

"Nus!! Genus!! Tunggu dulu"

Genus pun menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Ilham. Ia kemudian menghampiri Ilham yang terengah engah.

"Kenapa aku harus menikah sama si Habib? Aku kan maunya melindungi rakyat sebagai penebusan dosaku!"

"Haaahh... haaah... hahh"

"Jawab dong!! Kamu kok payah banget, lari segitu aja ngos ngosan"

"Lari kamu kecepetan Nus, fisik kamu luar biasa"

"Yaudah!! Sekarang jawab aku"

Ilham memegang tangan Genus, lalu menariknya. Ia berjalan memasuki sebuah ruangan kecil.

Hidup di Tanah BencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang