Melanjutkan Misi

93 8 5
                                    

Tujuh hari sudah tim 3 tinggal di rumah Tanaya. Sedikit banyak mereka menjadi sangat akrab dengan sang pemilik rumah. Tanaya merasakan suatu kebahagiaan dengan kehadiran orang-orang yang masih hidup di sekitarnya. Selama ini dia hanya bergaul dengan mayat hidup suka menggeram dan agresif.

Kondisi Jaden kian membaik, perlahan ia mulai bisa menggerakkan kakinya kembali. Luka bekas cakaran monster  monyet di Kemenkes sudah mengering. Dengan ditemani Vina, Jaden sedikit melupakan rasa dukanya atas kabar kematian Genus dan Nyoman.

Setiap hari Vina selalu menjaga Jaden baik siang maupun malam. Ia tak pernah tidur dan selalu memeluk Jaden kalau sedang sedih. Perlahan Jaden pun mulai tertarik dengan sosok zombi buntung itu. Walaupun cuma bisa menggeram dan meraung, Jaden bisa mengerti maksud Vina. Ia belajar banyak dari Tanaya yang bisa mengerti bahasa zombi.

Sementara Indra setiap hari sibuk mencoba mobil-mobil sport koleksi Tanaya. Semula ia hanya mencoba Ferrari California, tapi selanjutnya ia ingin mencoba mobil legendaris Shelby Cobra yang tersimpan di garasi. Ia memang seorang penggila otomotif dan dunia balapan. Sama seperti Jaden, untuk sementara rasa dukanya atas kematian rekan rekan setim nya teralihkan oleh mobil-mobil itu.

Sandra yang merupakan wanita satu satunya masih tetap fokus terhadap misinya yaitu mengambil prototipe serum corona dan membawa pulang Michelle Tarnosudibyo. Dia juga masih larut dalam kesedihan setelah ditinggal mati oleh Listy dan Nyoman. Ia berkeyakinan penuh kalau Genus masih hidup dan sedang ditawan okeh pemberontak. Ia bertekad akan menyelematkan Genus dan membawanya pulang.

Setiap hari wanita itu selalu berlatih menembak di halaman belakang rumah dengan senjata hasil rakitannya sendiri. Sejauh ini kemampuannya dalam menembak sangat baik. Tanaya sangat kagum dengan kemampuan Sandra.

Suatu sore, Tanaya mencangkul ladang jagung di halaman belakang untuk mempersiapkan musim tanam baru. Kemarin sudah memanen jagung-jagung itu dan mendapatkan hasil cukup banyak.

Chelsea tampak berada di ladang itu menemani Tanaya. Lehernya diikat pada tiang agar ia tak menyerang siapapun. Tenaga Chelsea dimanfaatkan oleh Tanaya untuk menarik alat bajak untuk mengolah tanah.

Ketika Chelsea menarik alat bajak, Sandra merasa kesal dengan Tanaya. Ia pun langsung menghentikan latihannya, lalu menghampiri Tanaya.

"Tan... kamu apa apaan sih! Nyuruh Chelsea narik bajak kayak gitu!! Dia itu cewek!! Bukan kebo" bentak Tanaya.

"Kalem San, Chelsea udah biasa kok kerja kayak gitu, lagian tenaganya gede... emang di sini ada kebo apa?" balas Tanaya sambil cengengesan.

"Hentikan sekarang juga!! Kamu gak ngehargain wanita!"

"Whoa tenang atuh San! Jangan meledak ledak gitu"

"Hentikan sekarang juga atau aku akan..."

"Iya... iya... maaf... maafin aku Sandra, aku gak mau dipiting kamu lagi, sakit banget" Tanaya menyerah.

Sandra langsung menghampiri Chelsea untuk melepas ikatan tali alat bajak di tubuhnya. Chelsea menggeram ketika Sandra melepasnya. Ia langsung berusaha menyerang dan berusaha menggigit Sandra. Dengan tenang, sandra mencegah Chelsea menggigitnya dengan mengunci kedua tangannya.

Tanaya berlari menghampiri mereka karena takut terjadi hal yang tak diinginkan. Chelsea sangat agresif terhadap manusia hidup. Sandra waktu itu tak memakai jaket maupun krim busuk untuk menyamarkan bau badannya.

"Sandra... kamu pake ini dulu!" tawar Tanaya sambil menyodorkan krim busuk.

"Kamu olesin ke leherku!" pinta Sandra.

Tanaya pun mengolesi krim itu pada leher Sandra yang panjang. Kulitnya sangat mulus sehingga Tanaya sampai kebablasan dalam mengolesi krim itu. Ia mengarahkan jarinya ke bagian tengkuk. Sandra pun mendesah ketika tengkuknya dielus oleh Tanaya.

Hidup di Tanah BencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang