Penelitian Mayat Hidup

134 7 6
                                    

Tanaya tinggal di tempat pesembunyian Michelle dan Jordan untuk sementara waktu selama luka-lukanya kembali pulih. Setiap hari ia selalu berusaha untuk kembali berjalan normal. Michelle dengan penuh perhatian mengurusi Tanaya, mulai dari memberinya makan sampai membersihkan tubuhnya.

Setiap pagi, tubuh Tanaya dibersihkan oleh Michelle dengan memakai lap yang dibasahi air panas. Setiap lekuk tubuhnya tak luput dari perhatianya untuk dibersihkan. Tanaya selalu merasa risih ketika seluruh tubuhnya terlihat oleh Michelle. Terkadang ia tak bisa menahan hasrat birahinya ketika cewek itu membersihkan kemaluannya.

"Chelle... elu gak risih liat gue telanjang gini?"

"Risih sih, tapi gue udah biasa"

"Anjirrr!! Elu sering mandiin cowok kayak gini?"

"Ya enggak lah, tapi Jordan, dia pernah kayak elu, dia gak bisa ngapa ngapain selama dua bulan, jadi gue yang ngurus segalanya"

"Tapi kan dia pacar lu, lah gue bukan siapa siapa lu, gue baru dua bulan kenal sama elu"

"Kita kan 'Friend' jadi buat gue biasa aja kali, cuman ukuran titit lu lebih gede dari titit pacar gue, hahaha"

"Anjir!! Hahaha"

Suasana sangat cair tercipta diantara mereka. Tanaya perlahan mulai menyukai sosok cewek yang ada dihadapannya. Michelle setiap hari mengurusi dia, bahkan ia membantu dirinya untuk buang air. Sudah lama ia tak melihat cewek hidup di sekitarnya. Terakhir ia melihat cewek hidup setahun yang lalu dalam diri seorang Chelsea Islan.

Setelah dibersihkan, Tanaya memakai baju yang sudah disediakan oleh Michelle. Kini, ia telah kembali pulih. Tanaya bisa berdiri dan berjalan. Rasa saki di tubuhnya kian berkurang dan luka luka semakin menghilang.

"Masalahnya gue udah bisa berdiri lagi, gue udah bisa ngurus diri sendiri lagi, tapi elu masih aja ngurusin gue"

"Biarin dong, suka suka gue"

"Apa pacarlu gak marah?"

"Gak bakalan marah dia Tan, wong cewek diluar sana udah sangat langka, dia pasti gak mau kehilangan gue, lagian gue udah berkorban banyak buat dia, harusnya sekarang gue bisa hidup enak di IKN"
.
"Dasar cewek!"

"Ayo! Kita keluar kamar! Hari ini elu mau ikutan neliti mayat hidup"

"Neliti gimana maksud lu?"

"Ya membantu Jordan buat mempelajari kehidupan mereka"

"Hadeuh, mending lu hidup bareng sama zombi!"

Mereka berjalan menaiki tangga menuju lantai 3. Di sana Jordan terlihat sedang sibuk menulis sebuah catatan. Di hadapannya terdapat sebuah kamar yang terkunci rapat.

"Pagi Jordan" sapa Tanaya.

"Pagi Tan, wah gimana kabar lu hari ini?" balas Jordan.

"Alhamdulillah, gue semakin baik, gue udah bisa jalan lagi, bahkan lari"

"Syukurlah kalo begitu, hari ini gue pengen nunjukin sesuatu buat elu"

Jordan mengajak Tanaya untuk menghampiri sebuah jendela yang tertutup tirai kain. Perlahan Jordan membukanya hingga terlihat bagian dalam kamar di balik jendela itu. Tanaya melihat ada seorang perempuan paruh baya, usia sekitar 50 an. Wanita itu tengah berdiri menghadap ke jendela yang terhubung dengan Tanaya berada. Wajahnya terlihat pucat dan matanya menatap kosong. Tubuh wanita itu sangat kurus dan pakaiannya kumal. Tanaya melihat luka yang menganga di lehernya. Luka itu telah mengering.

"Dia Ibu gue Tan, udah setahun dia dikurung di sini, gue bener bener gak tega buat bunuh dia" Jordan meneteskan air matanya.

"Ibu lu belum mati Dan, dia cuman sakit, sama kayak Chelsea dan zombi zombi lainnya, mereka tak layak dibunuh, tapi harus diobati" Tanaya berusaha pengertian.

Hidup di Tanah BencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang