Kesempatan Kedua

88 9 10
                                    

Tanaya duduk di jok kiri, bersebalahan dengan Yusup. Bis melaju pelan menyusuri kawasan terminal menuju pintu keluar. Perasaan Tanaya bercampur aduk saat itu, ada senang, sedih maupun bingung. Ia senang karena bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yag ia sayangi, sedih karena tahu kalau dirinya sudah meninggal, dan bingung kenapa dia bisa berada di terminal bis?

Bis perlahan mulai memasuki jalan raya, namun tiba-tiba lajunya terhenti oleh teriakan seorang perempuan. Awalnya sopir tak mengidahkannya, namun perempuan itu menggedor pintu bis. Tanaya penasaran dengan sosok yang menghentikan bis ini, ia langsung beranjak dari tempat duduk menuju pintu. Ketika membuka pintu bis, ternyata sosok yang menggedor itu adalah Chelsea.

Begitu melihat Tanaya muncul, Chelsea langsung menarik tangan Tanaya hingga ia keluar dari dalam bis. Chelsea pun langsung memeluknya erat-erat sambil menangis. 

"Tanaya kamu jangan pergi dulu!" lirih Chelsea yang membuat Tanaya terheran-heran.

"Kamu kok bisa bicara lagi Chelsea? Bukannya kamu zombi?" tanya Tanaya yang seakin bingung.

"Aku memang zombi, tapi aku belum mati seperti keluargamu di dalam bis ini... kamu harus ikut aku Tan, banyak orang yang membutuhkanmu!" lanjut Chelsea.

"Tapi... aku udah nyaman dalam bis ini"

"Kamu belum waktunya pergi Tanaya!"

Yusup tiba tiba keluar dari dalam bis, diikuti oleh keluarga Tanaya. Mereka ikut terkejut melihat sosok artis terkenal sedang berpelukan dengan Tanaya.

"Chelsea Islan? Apa itu Chelsea Islan??" seru Aisyah dengan mata berbinar.

"Iya Aisyah... ini Chelsea Islan, dia pacarku...hahahahaha" jawab Tanaya yang mendadak sombong.

Aisyah pun bersalaman dengan Chelsea, lalu memeluknya. Ia masih shock dan tak percaya akan bertemu dengan artis terkenal. Emak dan Bapak pun ikutan menyalami Chelsea.

"Ayo Tan kita harus pergi sekarang!" ajak Bapak.

Chelsea tiba tiba kembali menggengam tangan Tanaya dan menariknya, seolah ia tak mau Tanaya masuk kembali ke dalam bis. Semua orang pun dibuat terheran-heran olehnya.

"Dek Chelsea... tolong lepaskan Tanaya, dia akan pergi sekarang!" pinta Bapak.

"Enggak... enggak mau, Tanaya gak boleh pergi!" tolak Chelsea dengan tegas.

"Chelsea... Tanaya harus pergi sekarang sama keuarganya" sela Yusup sambil memegang tangan Tanaya yang lainnya.

"Enggak... Tanaya belum mati!! Dia masih hidup" Chelsea bersikeras.

"Chels... tolonglah kamu ngerti... dia ini udah mati" Yusup terus menarik tangan Tanaya.

Kericuhan pun terjadi di antara mereka. Yusup dibantu Aisyah menarik tangan kiri Tanaya, sedangkan Chelsea bertahan dengan menggengam erat tangan kanan Tanaya. Kericuhan itu tak belangsung lama hingga ada sebuah petir di langit yang sinarnya sangat menyilaukan mata. Petir itu membuat Yusup dan Aisyah mendadak berhenti, lalu melepaskan tangan Tanaya.

"Jadi lu belum mati Tan?" tanya Yusup.

"Lah gue sendiri juga gak tau" Tanaya masih kebingungan.

"Kayaknya Aa harus ikut sama Kak Chelsea... Aa... belum waktunya ikut kita" tambah Aisyah.

"Tapi... tapi... aku kangen kalian... aku pengen bersatu lagi sama kalian" lirih Tanaya.

Tiba tiba Bapak dan Emak turun kembali dari dalam bis, lalu mereka memeluk Tanaya secara bergantian. 

"Kalo itu maumu, maka kamu harus sabar menunggu Tanaya... Bapak, Emak dan Aisyah akan menunggumu di sana.... sekarang saatnya buat kamu melanjutkan hidupmu! Rupanya Tuhan memberikan kesempatan kedua buat kamu" ungkap Bapak dengan bijak.

Hidup di Tanah BencanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang