Peraturan FWB HaRam-RamaH

2.3K 34 1
                                    

|| Author's POV

Setelah kurang lebih tiga puluh menit di perjalanan, Rama dan Haris tiba di sebuah vila. Vila itu mempunyai halaman yang indah dan ruang terbuka yang luas.

Rama segera turun dari motornya setelah memarkirkan motor sportnya. Kemudian Rama melepas helm full face sekaligus jaket kulit yang ia kenakan. Selesai dengan aktivitasnya, Rama bingung melihat Haris yang masih setia menangkring di atas motornya.

"Kamu ngapain lagi, Ris?" tanya Rama yang merasa capek dengan tingkah lakunya.

"Saya gak bisa turun, pak. Tinggi banget," jawab Haris.

Rama menghela napas panjang. Ia kemudian menggendong Haris hingga ruang tamu dan menurunkannya di sana. Tiba-tiba saja, Haris langsung berkata "Kita ngewe di mana, pak?"

"Haris, kita masih belum kenalan. Kita juga belum bikin peraturan dan larangan selama kita FWB. Kamu lupa?" balas Rama mencoba sabar.

"Kita bicarain sambil ngewe aja bisa gak, pak?" tanya Haris.

Rama ingin marah, tapi ia berusaha sabar dan berkata "Gabisa. Justru kita bicarain ini sebelum masuk ke sana. Otakmu isinya cuma ngewe aja, ya, Ris?"

"Bukan, pak. Otak saya isinya cuma ada Pak Rama."

"Kalau saya cium, kamu bisa diam gak?" tanya Rama.

"Coba aja, pak."

"Beneran?"

Haris menjawabnya dengan anggukan.

Cup

Rama mencium bibir Haris dengan cepat. Setelahnya ia segera menjauhkan diri dari Haris. Entah kenapa ia menjauhkan diri dari Haris padahal Haris tidak mengandung radiasi berbahaya.

"Maaf, pak. Yang barusan gagal. Harus coba lagi, belum berhasil," ujar Haris guyon.

"Haris, cukup! Saya jadi gak nafsu buat ngewe sama kamu."

"Mungkin hari ini bapak banyak kerjaan, jadi udah capek. Kita tidur dulu aja, pak. Tidur sambil saya peluk, deh," tawar Haris.

"Hmm... Mungkin kamu ada benarnya juga, Ris. Aturannya ini kita tunda sampai besok pagi aja, deh. Tapi saya gak mau dipeluk sama kamu karena belum ada perjanjian," balas Rama.

"Ya... Terserak bapak aja, deh."

***

|| Haris's POV

Aku masih tak menyangka bisa bertemu dengan Pak Rama melalui aplikasi itu. Dan bagaimana bisa aku baru sadar bahwa Pak Rama mempunyai badan yang sedemikian bagusnya. Aku ingin belai tubuhnya dan menyaksikan keindahan tatonya secara langsung.

Malam ini pikiranku dipenuhi dengan imajinasi liar bagaimana menawannya Pak Rama ketika di ranjang. Dan imajinasiku hancur seketika ketika lampu kamarku padam. Aku segera meraba-raba kasur untuk mencari telepon pintarku.

Ketemu! Aku pun segera menyalakan senter. Ternyata tidak hanya kamarku saja yang mati lampu. Rupanya semua bagian vila mengalami kejadian yang sama. Entah dari mana datangnya, aku jadi terbayang-bayang akan hantu sebuah penginapan tua.

Aku panggil Pak Rama dengan keras-keras agar ia mendatangi asal bunyi suaraku. Tetapi kenapa seakan-akan tak ada tanda kehidupan? Apakah aku dijadikan tumbal? Pikiranku makin kacau.

Tiba-tiba punggungku disentuh oleh sebuah tangan. Aku pun jantungan bukan main. Untunglah Pak Rama datang. Aku yang ketakutan segera memeluknya.

"Pak, takut..." rengekku.

Friends With Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang