Joanna menatap pasangan pengantin baru di depannya. Jeffrey dan Kalandra. Mereka tampak begitu serasi dengan balutan sweater yang senada warna hijau tua. Sebab hujan memang turun sangat deras hingga hawa dingin semakin terasa."Kamu temui saja temanmu. Aku yang buatkan minum!"
"Terima kasih, Sayang! I love you!!!"
Kalandra mengecup pipi kanan Jeffrey singkat. Membuat si pria tersenyum senang. Lalu mengambil tiga gelas yang akan diisi teh, gula dan air hangat.
Perlahan, Kalandra duduk di depan Joanna. Menatap teman kerjanya lekat-lekat. Karena tumben sekali dia bertamu tiba-tiba.
"Ada apa, Jo? Tumben sekali kamu datang. Malam-malam pula."
Joanna tampak gelisah. Kedua tangannya saling bertaut di bawah meja. Sebab takut jika apa yang diucapkan akan membuat Kalandra marah.
"Aku tahu ini terdengar sangat tidak tahu diri. Tapi kedatanganku ke sini memang ingin meminjam uang dalam jumlah yang tidak sedikit---"
"Berapa? Untuk apa?"
Joanna tidak langsung menjawab pertanyaan Kalandra. Karena Jeffrey tiba-tiba saja datang dan meletakkan dua gelas berisi teh hangat di atas meja. Sebab dia juga akan langsung pergi dari sana agar tidak mengganggu mereka.
"750 juta. Aku ditipu Giana."
"Ya Tuhan! Jadi kamu salah satu korbannya juga? Kamu investasi padanya sebanyak 750 juta?"
Joanna mengangguk singkat. Tangannya kembali bergetar. Kedua matanya juga sudah memanas karena ketakutan. Sebab uang yang diinvestasikan bukan 100% uangnya. Namun uang beberapa temannya juga.
"Kok bisa? Kukira kamu ini pintar dan tidak mungkin tertipu Giana! Anak satu kantor kita hampir tertipu semua. Mereka investasi rata-rata hanya 20 juta. Kenapa bisa kamu investasi sebanyak ini, sih?"
"Ini memang salahku. Karena terlalu percaya pada Giana dan tidak memeriksa bisnisnya lebih lanjut. Sebenarnya, aku berinvestasi sebanyak 1 milyar. Tapi itu bukan uangku semua. Hanya 25% saja milikku. Selebihnya milik teman-temanku. Mereka sudah mendengar berita tentang Giana. Mereka mau aku mengganti uangnya dan mengancam akan melaporkanku ke polisi juga. Aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Apalagi aku tidak bisa meminjam di bank karena sudah resign kerja. "
"Loh? Kenapa? Sejak kapan?"
"Baru tadi pagi. Aku berhenti kerja agar bisa fokus mengurus masalah ini. Sampai Giana keluar dari tempat persembunyian dan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik kami."
Kalandra mulai bangun dari duduknya. Lalu memeluk Joanna yang sudah menyeka air mata.
"Sabar, ya? Aku akan membantumu. Aku tidak ada uang sebanyak itu sekarang. Besok kamu datang lagi, ya? Agak siangan. Aku beri cash."
Joanna langsung berterima kasih pada Kalandra. Sebab wanita itu memang terkenal baik dan suka membantu orang. Ditambah, mereka juga cukup dekat karena lebih dari lima tahun kerja di tempat yang sama.
Sebelum Kalandra resign setelah menikah pada satu bulan sebelumnya. Sebab ingin fokus menjadi ibu rumah tangga kerena suaminya yang meminta demikian.
Pukkk...
Jeffrey yang sedang melamun di belakang rumah langsung terlonjak ketika Kalandra menepuk pundaknya. Membuat teh hangat yang sedang dipegang sedikit tumpah dan mengenai tangan.
"Aduh! Maaf! Aku tidak sengaja, Sayang! Panas?"
"Tidak apa-apa. Tidak panas. Temanmu kamu tinggal?"
"Sudah pulang dia."
Kalandra mulai memeluk Jeffrey dari depan. Setelah pria itu meletakkan teh hangat pada meja terdekat.
"Naik apa? Hujannya masih deras loh, Kal!"
"Tidak tahu. Grab, mungkin."
Jeffrey langsung melepas pelukan Kalandra. Lalu menuju teras. Melihat teman Kalandra yang kini sedang berjalan di bawah payung hitam. Menuju pos satpam yang ada di depan gapura perumahan.
"Permisi, Pak. Saya boleh numpang berteduh di sini?"
"Boleh, Neng! Silahkan! Masuk saja, di luar dingin!"
Joanna hanya mengangguk singkat. Lalu berdiri di depan pos satpam. Sebab dia agak takut sebenarnya. Karena daerah ini sepi dan tidak ada orang. Apalagi, samar-samar dia mendengar suara desahan wanita yang ada di dalam.
"Ayo, Neng! Masuk saja!"
Tangan Joanna ditarik oleh salah satu satpam yang ada di sana. Sedangkan satpam yang satunya baru saja keluar dari dalam dan membenarkan bagian depan celana. Sembari menatap sekelilingnya.
"LEPAS! AKU TDIAK MAU! LEPAS ATAU AKU TERIAK!? TOLO---"
Belum saja Joanna berteriak meminta tolong, tiba-tiba saja suara klakson mobil terdengar. Jeffrey pelakunya. Dia datang bersama Kalandra. Membuat satpam tadi langsung melepas cengkraman tangan.
"Ayo masuk, Jo! Aku antar! Sekalian mau belanja bulanan!"
Tanpa pikir panjang, Joanna langsung memasuki mobil. Dengan raut pucat pasi. Sebab hampir saja dia mendapat pelecehan oleh dua orang tadi.
"Kamu tidak apa-apa? Untung suamiku peka dan langsung menyusulmu segera. Dua satpam di sana memang agak bermasalah. Anehnya kok tidak diberhentikan!"
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih."
Joanna masih menormalkan detak jantungnya. Sembari meletakkan payung hitam di bawah tubuhnya. Sedangkan Jeffrey, dia mulai mengulurkan tangan ke belakang. Memberikan botol air mineral kecil yang ada di sarung belakang jok mobilnya.
Tbc...