4. 10 AMPagi-pagi sekali Jordan tiba di rumah Joanna. Dia membawa koper kecil yang berisi beberapa pakaian. Sebab dia berencana menginap selama beberapa hari ke depan. Guna membantu wanita itu untuk mengusut tuntas kasus ayahnya.
"Kamu pasti lapar, ya? Masakan Ibuku sudah matang. Ayo sarapan sekarang!"
Rumah Joanna memang masih ramai. Namun tidak seramai kemarin-kemarin. Membuat Jordan bisa lebih leluasa saat ini. Meskipun harus menahan senang sejak tadi. Karena banyak orang yang mengira jika dia pacar wanita ini.
"Makan yang banyak! Berurusan dengan penjahat juga butuh tenaga!"
Ucap Liana sembari menambahkan nasi di piring Jordan. Karena dia juga agak merasa bersalah sebab telah menuduh pria itu sebelumnya.
Setelah sarapan, Jordan istirahat sebentar. Hingga jam delapan. Di kamar Joanna. Karena hanya kamar itu yang tidak ditempati siapa-siapa. Karena kamar lain sudah diinvansi oleh saudara yang masih menginap.
"Jordan, sudah?"
Tanya Joanna sembari membuka pintu kamar. Dia melihat Jordan yang sudah berganti pakaian dan siap membawanya ke kantor polisi sekarang. Guna memperjuangkan keadilan.
Namun baru saja mereka keluar rumah, tiba-tiba saja ada Jeffrey yang datang. Sendirian. Dengan penampilan berantakan. Tidak seperti mereka yang sudah rapi dan siap jalan.
"Jeffrey, kenapa datang kemari?"
Tanya Jordan tiba-tiba. Namun Jeffrey tidak menjawab dan langsung memeluk Joanna. Di depan rumah dan disaksikan banyak orang.
Liana yang melihat juga ikut bingung sekarang. Karena selama ini, dia mengira jika anaknya tidak dekat dengan siapa-siapa. Apalagi dua pria yang terlihat mapan dari kota.
"Aku minta maaf karena telah membuatmu mendapat masalah seperti ini."
Jeffrey memeluk Joanna erat sekali. Membuat wanita itu langsung melepaskan diri. Dengan wajah marah karena pria itu tiba-tiba saja bertingkah seperti ini.
"Lepas!"
Jeffrey tampak menatap Joanna sendu kali ini. Dia bahkan tidak marah ketika didorong wanita ini. Padahal, dia hanya ingin menyampaikan empati. Sekaligus ingin membantunya untuk menguak kasus ini.
Setelah berdebat sengit, Jeffrey akhirnya ikut Joanna dan Jordan ke kantor polisi. Hingga akhirnya si supir bisa mereka temui dan kebenaran terbongkar di sini.
Si supir mengatakan jika doa disuruh orang untuk menabrak Rendy. Membuat Joanna lagi-lagi menangis meskipun sebenarnya sudah tahu hal ini dari Jeffrey.
Jordan memeluk Joanna saat ini. Sedangkan Jeffrey, dia hanya mematung di samping mereka tanpa berkata apapun lagi. Selain karena tahu diri, ini juga karena dia merasa bersalah pada wanita ini. Sebab dialah yang menyebabkan pertikaian ini terjadi.
Jeffrey bukan orang egois yang akan mementingakn kepentingan pribadi daripada orang lain. Sama seperti apa yang dilakukan ketika memutuskan Joanna sebelum menikahi wanita lain. Begitu pula ketika melihat Joanna yang kini dipeluk pria lain. Di depan matanya sendiri.
Di tempat lain, Kalandra sedang menangis. Sendiri. Di dalam rumah yang orang tuanya beri. Rumah besar dengan tiga lantai dan memiliki robot pembersih lantai otomatis. Dengan gerbang tinggi dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
Isi kulkasnya juga penuh setiap hari, meskipun dia hanya belanja seminggu sekali.
Namun, apa daya hidup enak jika tidak memiliki kebahagiaan sama sekali. Tidak memiliki ketenangan hati. Sebab selalu merasa ingin unggul dari orang lain.