Joanna datang ke tempat Kalandra dua hari kemudian. Setelah uangnya dikembalikan. Membuatnya lekas bertamu di rumah Kalandra setelah sekitar satu bulan lebih tidak datang ke sana. Karena disibukkan dengan berbagai urusan di kepolisian."Seharusnya kamu tidak perlu buru-buru mengembalikan ini. Aku juga tidak butuh-butuh amat dengan uang ini."
Ucapan Kalandra membuat kekehan Joanna terdengar. Bukan merasa jika wanita itu sedang meyombongkan diri. Namun merasa lucu pada dirinya sendiri. Karena akhirnya berhasil mengembalikan uang ini dalam kurun waktu secepat ini.
"Kamu mau makan? Aku masak banyak hari ini."
Joanna ingin menolak, namun akhirnya menurut juga. Padahal, dia sudah makan sebelum datang. Bersama Jordan. Karena dia diantar pria itu ketika mengambil uang di bank dan ke rumah Kalandra.
Mereka makan siang bersama. Kalandra juga banyak bercerita jika dia bosan di rumah sendirian. Apalagi dia tidak memiliki asisten rumah tangga.
"Kamu masih tinggal di kontrakan yang itu? Di sana aman?"
"Iya, masih di sana. Tapi sepertinya akan pindah ke tempat lain bulan depan."
"Bagaimana kalau pindah ke rumahku dulu sebelum dapat tinggal baru? Di sini ada banyak kamar kosong. Kamu tenang saja. Jeffrey pasti mengizinkan. Dia mana berani menentang permintaan istrinya."
Joanna agak terkejut akan permintaan Kalandra. Sebab hal ini agak berbahaya. Bukannya apa-apa, dia hanya takut mendapat gunjingan jika ada orang yang tahu keberadaannya.
Karena bagaimanapun juga, tinggal di tengah-tengah pasangan lain memang cukup berbahaya. Karena memiliki tendesi jika orang itu akan menjadi orang ketiga.
5. 10 PM
Jeffrey baru saja pulang kerja. Dia terkejut ketika melihat banyak kardus besar di depan rumah yang ternyata milik Joanna. Karena Kalandra memang belum mengatakan apa-apa padanya. Membuatnya sedikit marah karena keputusan yang diambil tiba-tiba.
"Joanna akan tinggal di sini selama satu bulan. Kamu tidak masalah, kan? Sampai dia mendapat tempat tinggal baru bulan depan. Kasihan, kamu tahu sendiri kontrakannya sepi dan tidak layak huni sebenarnya. Aku takut terjadi apa-apa jika dia terlalu lama tinggal di sana."
Jeffrey baru saja akan memprotes ucapan istrinya. Namun hal itu langsung diurungkan setelah melihat Joanna yang baru saja menuruni tangga dengan rambut panjang yang kini sudah digulung asal. Memperlihatkan lehernya yang jenjang. Tidak lupa dengan jejak keringat yang membasahi wajah, leher dan bagian atas dada.
"Perlu bantuan?"
Ucapan Jeffrey benar-benar di luar ekspektasi Kalandra. Padahal dia yakin, jika Jeffrey tampak marah sebelumnya. Karena dia lupa memberi tahu hal sepenting ini pada suaminya.
"Tidak. Aku bisa sendiri. Kamu pasti lelah karena kerja seharian ini. Diizinkan tinggal di sini saja aku sangat sangat berterima kasih."
Joanna menatap Jeffrey dan Kalandra bergantian. Lalu tersenyum singkat dan berlalu begitu saja. Sebab ada tiga kardus lagi yang harus diangkut ke kamar.
Jeffrey mulai membalikkan badan. Meletakkan tas kerja di atas meja terdekat. Lalu membantu untuk mengangkat dua kardus besar Joanna dalam sekali angkat. Membuat Kalandra agak terkejut menatapnya.
Sebab suaminya ini tampak tidak seperti biasa. Iya, Kalandra sedikit cemburu tentu saja. Padahal, dia sudah yakin jika Joanna tidak mungkin banyak mengancam keberadaannya. Secara, dia lebih sempurna dari segi apapun yang terlihat.
Kalandra mulai menggelengkan kepala. Berniat menghilangkan pikiran kotor di kepala. Lalu lanjut mengaduk sup ayam yang sebentar lagi matang.
Tbc...