💌 45 | Only About Us

34 1 0
                                    

45. Only About Us

Kamis, 31 Des 2024
Aletha Aleana
16.00 p.m

💌

Aku selalu menanti hari-hari seperti ini sejak mengetahui Tobi yang sebenarnya.

Dan pria yang sebenarnya adalah Moses itu berdiri di sampingku, memperkenalkanku kepada orang tuanya dan juga saudaranya yang tinggal di sini.

"Kak Letha!" Laviona berseru menyambut kedatanganku. Dia mendekat dengan seorang wanita paruh baya di sampingnya. Ibu dari Moses—kupanggil Tante Brigitta.

"Akhirnya main juga ke sini," ujar Tante Brigitta dengan senyum tulus.

Ya, kami sebelumnya pernah berbicara lewat sambungan video satu bulan yang lalu.

Aku menjawab, "Iya, Tante. Rumahnya adem banget, ya," kataku, sedikit basa-basi. Namun faktanya iya. Rumah yang kupijak detik ini betul-betul luas untuk diisi oleh 3 kepala keluarga dengan masing-masing anggotanya.

Pertama, keluarga Pak Henli—Ayah sambung Moses.

Kedua, keluarga Jevon Ruly Henli—Kakak sambung Moses pertama—Ditambah istrinya dan satu orang anak perempuan.

Ketiga, keluarga Jessie Marian Henli—Kakak perempuan sambung Moses ketiga—Dengan satu orang anak perempuan yang sudah kuliah dan anak laki-lakinya yang masih balita, sementara suaminya sedang pergi dinas ke luar kota.

Sementara untuk kakak laki-laki sambung kedua Moses menetap di Tegal bersama keluarganya karena beberapa urusan.

Aku menghela napas saat Tante Brigitta membalas.

"Iya, hehe. Ayo masuk Aletha." Tante Brigitta mengajakku masuk. Kami akhirnya melangkah bersama, tiba-tiba dalam tiga detik aku langsung disambut oleh Pak Henli.

Aku tercengang luar biasa dengan pemilik kebun teh 6 hektar itu.

Kulitnya putih banget!

"Geulis pisan, bisa Bahasa Sunda enteu?" ucap Pak Henli.

Moses giliran yang berbicara. "Ya nggak lah, Pak." Moses tersenyum lalu mendekat dan merangkul ayahnya.

Tante Brigitta yang melangkah di depanku menoleh ke arahku.

"Aletha nanti menginap kan di sini... jadi kamar tamunya udah siap, Moses?" Tante Brigitta menepuk lengan Moses. "Tunjukkin kamarnya sana."

Moses mengangguk patuh.

Selanjutnya Tante Brigitta memanggil Laviona. "Laviona, siapin makanan yang tadi ke meja." Laviona langsung mengangguk dan melangkah ke arah yang mungkin jalan menuju dapur.

Moses sudah melepas rangkulannya bersama ayahnya itu. Aku sedikit lega karena mereka berdua terlihat akrab.

"Ayo," ajaknya padaku.

Aku tersenyum kecil, menoleh sebentar kepada orang tuanya, pamit berlalu, dan mengikuti langkah Moses membawaku pergi.

Di tengah itu Kakak perempuannya yang bernama Jessie ikut menyapa disaat sibuk menyuapi anak laki-lakinya yang masih batita.

Sedikit jutek (wajar Laviona tak pernah bisa akrab), tapi sudahlah.

"Kalau kakak kamu yang pertama ke mana?" tanyaku saat kami sudah tiba di depan pintu kamar.

Moses menjawab. "Dia lagi liburan di Sumbawa, jadi kayaknya kamu nggak bisa ngelihat dia."

Aku mengangguk dan berkata lagi. "Ini kamarnya?"

Shutting Down My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang