💌 47 | It's Been 7 Years

33 1 0
                                    

47. It's Been 7 Years

Terbukti. Sepanjang hari ini Astrid menguntit Daffa yang lebih banyak bersamaku. Dimulai saat di perpustakaan, kantin, hingga di restoran ini. Aku menyadari semua itu ketika saat di perpustakaan tadi mendapati Astrid yang tengah membaca buku sekilas yang ia ambil dari rak. Tak jarang matanya melirik mengamati kita berdua.

"Masalah kita bukannya udah selesai, ya, Tha?" kata Astrid padaku.

"Sangat. Sangat sudah selesai."

Astrid menggiring aku dan Daffa ke parkiran resto ini. Tidak ramai. Baguslah. Dan bagus juga karena Astrid mengerti untukk bisa membicarakan ini semua baik-baik.

Tubuh langsing Astrid masih tegap berdiri, dia tidak menundukkan kepala sama sekali. Tatapan yang ia beri kepadaku sulit kuartikan, aku hanya bisa membaca antara kemarahan dan kesedihan yang terlarut pada raut wajahnya.

"Lu yakin, Tha?" Astrid mengangkat satu alis.

"Kenapa tidak."

Mata Astrid melirik ke arah Daffa, lalu balik menatapku.

"Karena lu rebut cowok gue."

Dahiku mengerut kaget. "Enggak, Astrid. Gua nggak rebut cowok lu."

Daffa menyahut. "Kita udah selesai Astrid, jangan ikut campur masalah aku lagi."

Aku mengangguk samar, lalu berkata lagi.

"Lagipula kita nggak pacaran."

"Terus?"

Aku menjawab. "Hanya teman, nggak lebih."

"Kamu?" tanya Astrid pada Daffa.

"Sama."

Astrid berdecak sembari memutar matanya.

"Nggak percaya."

Aku langsung lontarkan saja.

"Percaya nggak percaya itu juga bukan urusan lu, Trid. Mendingan lu move-on dari Daffa, cari cowok yang lebih kuat buat ngadepin lu dibanding dia."

"Maksud lo? Daffa mutusin gue karena diri guenya?" Astrid mulai melipat tangannya.

"Tanya aja sama mantan lo sendiri," ujarku.

Astrid mulai melirik Daffa lagi. "Kamu belum kasih kejelasan kenapa kita harus putus."

Daffa belum menjawab apapun. Ia tengah mengatur napasnya perlahan dengan leher yang tertunduk.

"Kenapa, Daf?" kata Astrid.

"Kenapa kita putus?"

Mata Daffa mulai memandang Astrid.

"Yang bisa jawab cuma diri kamu sendiri," jawab Daffa.

"Kamu nyalahin aku?"

"Nggak." Daffa menggeleng. "Kamu nggak salah."

"Yang salah itu aku, karena udah gak bisa mencintai siapa kamu sebenarnya, Astrid."

Kulihat mata Astrid tampak merah.

"Siapa yang rebut hati kamu?" tanya Astrid.

"Aletha."

Diriku langsung terperanjat mendengar Daffa berbicara terus terang. Itu sangat berisiko!

Pupil mata Astrid menajam.

"T-Tapi kita nggak pacara--"

"LO JELAS-JELAS LAGI PDKT!" potong Astrid. Mulutku spontan tertutup.

Astrid menghela kasar lalu berkacak pinggang, mendongakkan kepala sejenak, dan tatapan yang tak kuinginkan itu menusuk lagi padaku.

"You're fucking asshole!"Astrid mengumpat.

Shutting Down My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang