WELCOME!
Setengah cerita nehhhh
YEAYYY
hng
okedeh, vomment janlup!
Listening to: Mess It Up - Gracie Abrams
01:43 ━●━━━───── 03:19
⇆ㅤ ㅤ◁ㅤ ❚❚ ㅤ▷ ㅤㅤ↻
ılıılıılıılıılıılı
ᴠᴏʟᴜᴍᴇ : ▮▮▮▮▮▮Happy readinggg
Rabu, 13 Des 2023
Aletha Aleana20.00 p.m.
💌
Aku sudah menghitung berapa lama kebersamaanku dengan Alesha akan berakhir semenjak aku menjemputnya 8 bulan, 24 hari yang lalu. Waktu itu tentunya berjalan jauh lebih cepat daripada selama empat tahun aku tidak pernah melihat wajah Alesha selama ia dipondokkan. Lagi-lagi aku harus berjarak lagi dengannya. Kudengar, Alesha meminta mama untuk mempaketkan pianonya itu ke Kairo. Kurasa, hal itu ia lakukan karena Alesha ingin memenuhi janjinya padaku bahwa ia tak akan pernah berhenti memainkan piano upright kesayangannya itu.
Aku memandang adikku itu yang masih memperhatikan pemandangan dari dalam mobil. Satu-dua pesawat berlalu lalang di udara. Cahaya lampunya kerlap-kerlip di langit malam.
Mataku berpindah ke sisi kursi sebelah supir. Disana ada mama yang duduk bersandar di sebelah Ronnie yang fokus melajukan mobil. Dari sini aku bisa mengamati rautnya yang datar serta mengetahui apa penyebabnya. Omong-omong, Bella tidak ikut bersama kami. Ia harus menghadiri sebuah pameran sebagai juri dan Alesha tidak keberatan Bella tidak ikut mengantarnya. Jadi hanya kami berempat sekeluarga.
Sepuluh menit kemudian kami tiba. Lalu mengurus koper Alesha. Mulai menggenggam erat tangannya sebelum ia bergabung dengan rombongannya yang sama pergi ke Kairo.
"Kak, sendirian dong." Suara Alesha menyentakkanku dari lamunan. Kami masih berjalan dan bergandengan tangan. Saat aku menatap matanya yang bentuknya hampir sama seperti milikku, bedanya mataku mungkin memerah dan berkaca saat ini sementara milik Alesha tidak.
"Ya, begitulah," kataku.
"Urusan sama Pak Rio gimana?" Dia masih saja sempat-sempatnya bertanya begitu. Aku sontak terkekeh.
"As you know. Tanggal 15 tetep ke kampus."
Alesha membalas. "Jam 3 pagi?"
Aku tersenyum. "Ya, jam 3 pagi."
Kami berempat tiba di ruang tunggu. Mama sudah berada di rombongan itu terlebih dahulu karena ada beberapa urusan dengan guru pesantren Alesha, sementara Ronnie di belakang hanya mendorong troli bandara mengekori kami.
"Duduk aja," ujarku. Kami berdua mengambil tempat duduk.
"Kak," panggil Alesha.
"How's Tobias?"
Aku mengangkat sebagian alis. "Kenapa?"
"Waktu aku nyayiin Hopeless Love. Kenapa emang, Kak?"
Alesha menyadari itu rupanya.
"Hmm, Tobi gak seamin sama Kakak."
Mata Alesha membulat. "Kaget."
"Ya."
"But, I love him, Kak. I think he's better than Haven."
Aku memiringkan kepala. "Kok bisa?"
"I kinda see Haven on him," jawabnya. Seketika aku diam.
"You don't know anything, Sasha."
"I know right. But looks he loves you and... comforting you. As long as you feel comfort with him, I don't care about his own religion."
Alesha terdiam sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya.
"Because I know in the end you won't betrayed Allah. Never."
Kami berdua sama-sama diam selama beberapa detik. Aku menghela napas dan tersenyum singkat. "Inshaallah."
Alesha melirik lagi ke arahku. "You know exactly what I mean, Sis." Dia tersenyum manis, sehingga menghasutku untuk tersenyum manis juga.
Satu jam berlalu. Aku harus melepaskan Alesha.
"Where you gonna go?" Aku tak rela
"What?"
"Jangan pergi dong. Sini aja," ucapku.
Alesha melepas eratannya dan tersenyum. "I will. But not today, or long day until I should come back here."
"Okay. Call me whenever if you want."
Alesha mengangguk, ia melirik jam di tangannya. "Gotta go."
Aku jauh lebih merasa sendirian saat ini.
SHUTTING DOWN...💻
yES yesssss
SPAM "ALESHA" hereeee
thankss, see you all on the next chappp
KAMU SEDANG MEMBACA
Shutting Down My Heart
Romansa[ON GOING] ꯴᩠ꦽꦼ💌↦ 𝚂𝙷𝚄𝚃𝚃𝙸𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚆𝙽 𝙼𝚈 𝙷𝙴𝙰𝚁𝚃 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒍𝒆𝒕𝒉𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈. 𝑫𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒎𝒑𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒊𝒔𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓...