I

174 26 5
                                    

Entah sudah berapa jam kau menangis di sebuah pojok ruangan yang tertutup oleh banyak rak buku yang menjulang tinggi.

Kau sedikit bersyukur karena pengunjung perpustakaan kota hari ini sangat sepi sehingga kau tau hanya dirimu yang berada disana.

Sesampainya di perpustakaan beberapa menit yang lalu,
yang kau lakukan hanya mendudukkan diri di lantai, melipat kedua kaki, dan menaruh wajahmu di lutut yang tertekuk agar kau bisa menangis tanpa suara.

Air mata yang kau keluarkan ternyata tidak cukup untuk menghilangkan rasa sedih dan kecewamu. Kau memang marah, tapi itu bukan kepada seorang Gojo Satoru melainkan dirimu sendiri.

Sejak awal menjalin hubungan dengan Satoru, kau sadar bahwa dia seorang playboy. Beberapa bulan setelah kalian berpacaran pun Satoru mulai membawa perempuan lain ke apartemen kalian hingga sekarang berani melakukan "itu" di apartemen.

Kau tau semua itu, tapi kau justru lebih memilih buta dan memaafkannya. Kau mengabaikan semua yang Satoru lakukan dengan alasan kau yang sangat dan masih mencintainya. Demi cintamu pada Satoru, kau rela memutuskan hubungan dengan sahabatmu, Nobara.

Mengingat itu tangismu semakin menjadi hingga tanpa sadar hal itu menarik perhatian pria yang selalu berada di tempat itu.

Pria itu berjalan mendekat kearah mu dengan perlahan. Ia merendahkan tubuhnya untuk membawa kedua pundak bergetar mu masuk kedalam pelukannya. Kau yang saat itu kalut, menerima pelukan itu begitu saja tanpa melihat siapa yang melakukannya.

Rematan tangan mu di pakaiannya begitu jelas hingga kusut akan terlihat jika kau melepas rematan itu, sayangnya sepertinya kau tidak akan pernah melepaskannya dalam waktu dekat.

"Kenapa dia melakukan itu? Apa aku saja tidak cukup?" Pertannyaan itu keluar di sela tangismu.

"Kau sempurna, dia yang bodoh karena melepaskan berlian sepertimu."

"Jika aku memang berlian, kenapa aku seakan di buang dan tak berharga?"

"Karena berlian itu jatuh di tangan yang salah. Berlian itu jatuh kepada seseorang yang sudah memiliki banyak berlian lain di sekitarnya, bukan kepada seorang kolektor yang hanya memiliki satu berlian untuk disimpan selamanya."

Tangis mu terhenti. Kau mencoba melihat siapa seseorang yang sedari tadi kau jadikan pelampiasan atas rasa kecewa mu.

Tampak seorang pria yang kau temui di tempat kau bekerja. Mahito, penjaga perpustakaan kota. Semenjak bertemu dengannya, yang kau lihat hanyalah ekspresi teduhnya serta senyum tipisnya, sedikit membuat hatimu lebih baik.

"Mahito-san? Maaf, kemeja mu basah dan kusut karena aku."

Mendengar itu Mahito hanya tersenyum dan mengusap perlahan kepalamu. "Jangan menangisi seseorang yang bahkan tak tau kalau kau menangis karenanya."

Berada di pelukan Mahito membuat dirimu lebih tenang, jauh lebih tenang daripada saat bersama kekasihmu Satoru. Satoru tidak pernah memberikan pelukan sehangat ini, yang ada justru pergi melarikan diri.

"Apa perpustakaan akan tutup sebentar lagi?" Tanya mu lirih.

"Perpustakaan akan selalu terbuka untukmu, menangis lah hingga kau merasa tidak mampu menangis lagi." Dengan senyum yang selalu sama, Mahito beranjak dan akan segera pergi.

"Tunggu! Bisa kau disini saja?"

"Dengan senang hati."

Mahito mengambilkan satu buku untuk mu dan kau hanya menatap buku itu bingung.

"Bacalah, dan ceritakan pandangan mu tentang cerita itu."

Kau mengangguk, jari lentik mu mulai membuka satu persatu halaman. Sepertinya kau sangat menikmati acara membaca itu hingga kau tak sadar akan Mahito yang menatapmu lekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Library (Mahito x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang