"Akan sangat sulit bertemu dengan beliau. Tapi jika kalian ingin mencobanya mungkin kalian bisa naik ke balkon paling atas penginapan. Meski sangat jarang, Tuan Xiao masih bisa sesekali terlihat disana."
Gadis itu rupanya ingin bertemu dengan Xiao. Meskipun harusnya Xiao sudah menduga hal ini karena ia adalah satu satunya adeptus yang ada di sekitar sini -yang mana mungkin saja itu alasan si gadis membawa Simbol seribu izin- Xiao tetap saja tidak menduga bahwa gadis itu tau tentang dirinya bahkan dengan lancang meminta untuk bertemu dengannya. Xiao yakin betul gadis ini belum sepenuhnya tau tenang para adeptus, terutama dirinya. Ia mungkin seorang adeptus tapi disaat yang sama ia juga seorang Yaksha dan selalu diliputi oleh hukum karma yang menggerogoti jiwanya. Jika gadis itu tau, Xiao yakin nyali gadis itu akan menciut dan ia akan membatalkan apapun tujuan dari kedatangannya kemari.
Si gadis sampai di balkon Wangshu Inn lebih dulu dari Xiao yang juga hendak bertatap muka dengannya, kaki kecil gadis itu rupanya cukup cepat untuk menaiki puluhan anak tangga dari tempat Verr Goldet menyapa para tamu.
Sedikit gadis itu menyempatkan waktunya untuk menikmati pemandangan langit sore dari atas sana saat ia tiba. Langitnya saat itu terasa sangat hangat, dan semburat kilau jingga keemasan yang dipancarkan sang mentari, berhasil membawanya sedikit mengingat kenangan tentang kakaknya.
"Aether..." gumamnya sangat pelan nyaris tak terdengar oleh siapa pun.
Hawa kesedihan dan keputusasaan adalah sesuatu yang bisa dilihat oleh mata Xiao. Sama seperti aura karmanya yang hitam pekat, aura kesedihan dan keputusasaan dari manusia juga memiliki warna yang gelap, meskipun tak sampai hitam pekat seperti miliknya. Tak terkecuali dari gadis dihadapannya, yang baru saja diselimuti sedikit aura kesedihan mendalam.
"Mata manusia fana mungkin terbuka, tapi mereka tak pernah bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi."
Berbeda dengan kebanyakan manusia fana yang memaknai senja sebagai sesuatu yang hangat, indah, ataupun menyedihkan, Xiao memaknai senja sebagai sesuatu yang selalui ia waspadai. Karena ketika matahari telah terbenam, saat itulah kegelapan mulai merenggut jiwa orang orang. Bagi Xiao, manusia terlalu banyak disibukan oleh hal hal yang tidak perlu, yang menjadikan mereka memaknai senja dengan cara yang berbeda dengan Xiao. Padahal menurut Xiao, 'kebenaran' dalam kata katanya barusan, adalah sesuatu yang seharusnya lebih dikhawatirkan manusia, yakni kegelapan yang selalu menjadi ancaman bagi mereka.
Meski demikian, Xiao tentunya juga tidak berharap manusia bisa mengerti ke khawatiran nya akan segala ancaman yang mungkin menimpa mereka, karena itu bukan lah tugas mereka. Itu adalah tugas dari para adeptus.
Kalimat Xiao barusan tentu saja tidak bisa dipahami oleh si gadis maupun teman kecilnya. Keduanya hanya bisa menatap Xiao dengan pandangan terkejut, karena Xiao tiba-tiba saja ada disebelah mereka dan mengucapkan kata kata yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.
"Xiao?" Otak gadis itu bekerja cepat. Mungkin juga karena tampilan Xiao yang berbeda dari kebanyakan warga Liyue, ia bisa dengan mudah mengenali Sang Adeptus yang kini menatapnya tajam.
"Apa mau kalian?" tanpa mau repot berbasa-basi Xiao langsung menanyakan maksud dan tujuan mereka berdua untuk bertemu dengannya.
Gadis itu tak langsung menjawab namun ia segera mengeluarkan Simbol Seribu Izin yang dibawanya.
"Langsung saja." ucap Xiao ketus.
Sejujurnya hal itu sedikit membuat si gadis merasa tidak enak hati, ia jadi merasa kedatangannya sudah menganggu Xiao namun tetap saja kematian Rex Lapis pagi ini bukan hanya jadi urusan gentingnya seorang tapi juga para adeptus.
"Aku perlu bicara dengan mu, tapi tidak disini kita perlu tempat yang lebih kondusif." gadis itu menjawab. Ia berkata demikian karena telah memperhatikan sekitar bahwa ada masih ada banyak orang disekitar penginapan dan jika sampai pembicaraan mereka terdengar pasti akan jadi runyam, karena sepertinya kabar besar itu belum sampai kemari.
Xiao tampak tak senang dengan ajakan gadis dihadapannya yang menurut Xiao sangat tidak sopan. Ia menampakkan dirinya saja sudah suatu hal yang sangat jarang, sekarang gadis ini memintanya bicara empat mata?
"Dengarkan aku! Kalian mungkin tidak datang dengan tangan kosong, tapi simbol yang kalian bawa ini hanya bisa mencegah ku untuk tidak melukai kalian. Ini artinya kalian masih bisa terluka dengan cara lain." masih Xiao dengan nada ketusnya yang terdengar sangat menyebalkan.
Teman terbang gadis itu kemudian bertanya, "Cara lain bagaimana maksudnya?"
Xiao menatap si gadis dari atas hingga bawah terlebih dahulu, "Sebagai seorang Yaksha aku menanggung beban karma yang terus menggerogoti jiwa, dan beban karma ini dapat menular. Tubuh manusia fana seperti mu tidak akan sanggup menanggungnya, jadi sebelum hancur pergilah dari sini dan jangan coba coba mencari urusan dengan ku atau adeptus lainnya."
Zrashhh...
"Tunggu tapi, Moon Carver yang mengirim ka- astaga dia benar benar pergi."
Si gadis hanya bisa menatap sisa jejak yang Xiao dengan sedikit kecewa. Adeptus satu ini sulit sekali di dekati bahkan hanya untuk sekadar diajak bicara.
Teman gadis itu yang merasa di perlakukan buruk kontan berteriak dan merutuk, "UGH!! Apaa apaan sih sikap sombongnya itu. Egois sekali memangnya cuma kita yang dalam situasi genting, Liyue juga sama kan. Bisa bisanya dia pergi seenaknya begitu. Beneran, Paimon rasanya mau kasih dia julukan jelek tapi takut kalau kalau nanti kita dikutuk dan semua chest yang kita buka isinya cuma kubis... Ahhh kesal!"
Jangan dikira Xiao tidak mendengar ucapan dua karib itu. Karena Xiao tidaklah pergi jauh dari lokasinya barusan. Ia hanya berpindah beberapa meter diatas mereka berdua dan bersembunyi dari balik rimbunnya daun. Sejujurnya saat ia mendengar gadis itu berkata bahwa Moon Carver lah yang mengirim mereka dan sesuatu yang genting terjadi pada Liyue, Xiao hendak mengurungkan niatnya untuk pergi. Tapi apa ada ia terlalu cepat menghilang dan tidak lucu rasanya bila ia langsung muncul kembali secara tiba-tiba dalam hitungan mili sekon.
Xiao memegangi kepalanya, sedikit merutuki tingkah gegabahnya karena bisa saja alasan Moon Carver mengirim mereka berdua ada kaitannya dengan firasat buruknya pagi ini.
Dari tempatnya saat ini Xiao hanya bisa mengintip keduanya yang masih asik mengobrol kecil, sambil sedikit berharap mereka tidak langsung pergi begitu saja dari Wangshu Inn.
"Kurasa kita juga salah Paimon. Kedatangan kita yang tiba tiba mungkin terasa tidak sopan bagi sebagian adeptus, tapi tentu saja kita tidak boleh menyerah begitu saja. Ayo tanya nona Goldet bagaimana cara membujuk Xiao."
"Baiklah, ayo Pengembara."
Untunglah, gadis itu memiliki tekad yang cukup kuat untuk kembali berkomunikasi dengan Xiao setelah semua sikap kasar laki laki itu. Jika ia seperti kebanyakan orang, mungkin ia sudah angkat kaki sesegera mungkin dari Wangshu Inn dan bukannya meminta saran pada pemilik penginapan.
'Tunggu sebentar, pengembara?'
Usai mendengar teman kecil gadis itu memanggilnya dengan sebutan pengembara, Xiao sedikit mengingat kembali cerita para pengunjung tentang seorang pengembara asing beberapa minggu lalu. Mungkin kah gadis ini yang dimaksud orang orang? Jika benar, prasangka buruk laki-laki itu sedikit berkurang. Sepertinya gadis itu memang bukan gadis biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inteyvat | Xiaolumi
FanficSedari awal harusnya Xiao sadar bahwa pengembara asing yang dicintainya selama ini, cepat atau lambat akan pergi meninggalkannya. ⚠️ Warning Spoiler Archon Quest ⚠️