03. Vigilant Yaksha Bagian III

311 45 1
                                    

Si gadis dan temannya berakhir di dapur setelah meminta saran Nona Goldet untuk membujuk Xiao. Ia bilang, Xiao biasa tinggal sedikit lebih lama jika ia sedang ingin memakan salah satu jenis dessert manis ini. Yah meskipun pada akhirnya mereka juga tidak tau apa Xiao sedang ingin makan almond tofu atau tidak saat ini.

"Paimon coba ini, apa pudding nya kurang lembut?" gadis itu mengambil sedikit pudding kedelai yang telah dipotong untuk dicoba oleh temannya.

"Hmmm... Mana mungkin ini sih beneran enak sekali. Pengembara memang paling bisa diandalkan urusan masak memasak. Sisakan sedikit ya untuk Paimon." puji temannya.

"Baiklah ayo bawa ini untuk Xiao."

Setelah memberikan sentuhan terakhir dan menata almond tofu buatannya di piring, gadis itu kembali mencari Xiao di balkon atas Wangshu Inn. Dan tentu saja laki-laki itu juga sudah menunggunya daritadi.

"Xiao!" serunya ketika melihat siluet Xiao yang tengah menatap jauh ke arah pegunungan.

Xiao tidak langsung merespon, tapi kakinya juga tidak berencana untuk ia angkat dari tempatnya saat ini.

"Kumohon, maafkan bila sikap ku tadi sore kurang sopan. Ku buatkan sepiring almond tofu, dan bisa kita bicara setelah kamu menghabiskannya? Ini sangat penting."

Gadis itu tak berani mengambil jarak terlalu dekat dengan Xiao, berfikir mungkin saja hal itu bisa menganggu sang adeptus.

Sedikit Xiao memuji kegigihan gadis itu dalam hati. Sekali lagi meskipun tak bicara, Xiao melangkahkan mendekati gadis itu, seolah siap untuk dibawa menuju tempat pembicaraan mereka. Verr Goldet sudah menyiapkan salah satu ruangan untuk itu.

Merasa kali ini ia diterima lebih baik, gadis tadi tersenyum sangat tulus ke arah Xiao. "Terimakasih banyak."

Ntah kapan terakhir kali telinga Xiao mendengar ucapan terima kasih dari seseorang. Selama ini sang Yaksha terakhir selalu bekerja dibalik bayangan dan hampir tidak pernah mendengar seorangpun mengucapkan kata kata itu selama ribuan tahun terakhir.

Hati milik Xiao memang seolah dibuat beku oleh pemiliknya sendiri. Ia begitu menjaga jarak dengan para manusia meskipun jauh dilubuk hatinya yang dalam, ia sedikit penasaran dengan manusia dan ingin bisa membaur dengan mereka. Namun tentu saja hal itu tidak mungkin, karena beban karma yang dibawanya berpotensi menyakiti orang orang. Untuk alasan itulah Xiao selalu bersikap dingin dan tampak tidak peduli pada manusia. Sampai saat pengembara asing itu tiba, hati Xiao seolah sedikit mendapat jawaban atas harapannya untuk bisa berinteraksi bersama manusia dari jarak yang dekat.

"Wajahmu merah Xiao. Apa kamu sakit? Kalau iya, pengembara juga bisa membuatkan mu sup agar cepat sembuh benar kan?"

Argh!! Apa apaan pernyataan si kecil itu. Muka Xiao merah katanya?! Wah benar benar memalukan rasanya bagi Xiao.

Mendengar kalimat itu dari temannya, si gadis jadi memusatkan atensi nya pada wajah Xiao.

"Kamu sakit? Mau ku buatkan sesuatu yang lain selain almond tofu?" tawar gadis itu.

Xiao sedikit panik, namun ia berusaha sekeras mungkin menutupinya, yang lagi lagi dilakukan dengan bersikap dingin.

"Jangan dikira makanan manusia bisa menyembuhkan seorang adeptus seperti ku! Meskipun kalian membawakan obat terbaik dari dunia para manusia, jika seorang adeptus sakit ia tidak akan membaik dengan hal semacam itu." seru Xiao.

Kata katanya mungkin tajam, tapi gadis itu memaknainya dengan cara yang lain, "Jadi kamu benar benar sakit? Bisa beritau aku hal yang bisa ku lakukan untuk membuat mu sedikit lebih baik?" tanya nya tanpa sedikit pun merasa tersinggung.

Ah sial. Xiao benar benar dipukul telak. Perhatian yang diberikan gadis itu benar benar membuatnya tampak sangat kikuk.

"Waktu kita tidak banyak. Cepatlah kalau ingin bicara."

Mengalihkan topik jadi satu satunya jalan terakhir yang bisa Xiao pilih, dan sepertinya masalah yang hendak dibicarakan gadis ini benar benar genting. Karena ia langsung teralihkan.




---oooOooo---



"Jadi itu alasan kalian datang? Rex Lapis telah tiada dan Qixing justru menyalahkan para pengunjung atas kelalaian mereka sendiri. Tindakan para Qixing benar benar sudah keterlaluan. Aku dan para adeptus lainnya akan segera menemui mereka untuk mendiskusikan masalah ini. Untuk sementara ini aku tidak memiliki kuasa atas para Millelith agar tidak menangkap kalian, jadi meskipun tidak bersalah berusaha lah untuk tidak terlibat dengan mereka." ucap Xiao agak panjang setelah mendengar penjelasan gadis itu.

"Kamu percaya kata kata kami barusan?"

Si gadis bertanya demikian, dan sebelum Xiao menjawabnya, lagi lagi ia mengambil sedikit waktunya untuk menatap gadis itu lamat lamat, "Tentu saja, aku bahkan tidak melihat potensi kalian bisa menyakiti Rex Lapis dalam hal ini."

"Tunggu dulu, maksudnya kami ini lemah begitu ya maksud mu?" teman kecil gadis itu kontan protes karena merasa diremehkan.

"Rex Lapis adalah seorang Archon yang telah melindungi Liyue selama ribuan tahun. Ia tidak akan bisa dibunuh oleh seorang manusia fana seperti kalian. Lagi pula bukan kah kamu sendiri yang bilang bahwa tujuan mu bertemu Rex Lapis adalah untuk menanyakan soal keberadaan kakak mu? Untuk apa kamu malah membunuhnya?"

Tadinya gadis itu kira, Xiao hanya akan fokus pada masalah Liyue dan Rex Lapis tanpa memperhatikan kisahnya lebih jauh. Ternyata ia salah. Xiao benar benar menyimak semua yang ia katakan.

"Nona Goldet bilang, Xiao mungkin terlihat dingin tapi dalam hatinya ia sangat baik. Kurasa ia benar, aku jadi mengerti kenapa Rex Lapis memilihmu sebagai salah satu pelindung Liyue. Terimakasih, sudah percaya pada kata kataku dan teman ku. Kami berhutang padamu."

Lagi lagi senyum itu.

Jika boleh jujur, Xiao sangat membenci senyum yang terus menerus diukirkan di wajah gadis itu. Bukan, bukan karena senyum itu tampak menipu atau pun palsu. Justru, sebaliknya senyuman itu tampak terlalu tulus dimata Xiao, yang mana hal itu membuat Xiao sedikit tidak tenang. Tidak banyak manusia yang masih memiliki senyum setulus itu sejauh yang Xiao ketahui. Kebanyakan senyum manusia yang biasa ditemuinya saat ini selalu dipenuhi oleh tipu muslihat yang dapat terlihat lewat aura yang dipancarkan mereka. Namun gadis ini berbeda, senyumnya meninggalkan aura yang cerah seperti milik anak anak. Dan ntah disadari atau tidak hal itu membuat Xiao jauh dalam hatinya, merasa perlu menjaga senyum itu agar tetap merekah.

Sejenak manik madu dan senyum gadis itu menghipnotis sang Yaksha yang perkasa.

"Ini jadi bagian dari tugas ku untuk melindungi Liyue. Aku akan menemui Mountain Shaper terlebih dahulu untuk membicarakan masalah ini dengannya." Ia mungkin sedikit menyadari, bahwa ada batasan yang bisa ditanggung oleh dirinya terkait rasa nyamannya bersama gadis ini. Lagi pula masih ada hutang karmanya yang bisa saja melukai gadis ini bila ia terlalu lama ada disekitarnya. Oleh karena alasan itu lah Xiao segera beranjak untuk pergi dari sisi gadis itu.

"Kalau begitu izinkan kami yang pergi untuk menemui Cloud Retainer." si gadis kembali menawarkan bantuannya.

"Diam disini jadi pilihan yang lebih baik bagi kalian."

"Tapi kita juga tidak bisa membuang waktu lebih banyak lagi. Kita tidak tau ancaman apa yang akan terjadi begitu berita ini sampai ketelinga orang luar bukan?"

Perkataan gadis itu ada benarnya.

"Aku tidak akan memaksa, tapi jika itu mau kalian berhati hatilah."

Xiao sudah bersiap menggeser pintu ruangan ketika akhirnya ia mengingat sesuatu yang harusnya ia tanyakan sejak tadi.

"Nama mu?" tanya Xiao.

Tertegun sejenak sebelum menjawab pertanyaan Xiao, gadis itu tampaknya tidak mengira bahwa namanya akan jadi suatu hal yang akan Xiao tanyakan

"A-aku Lumine... dan teman ku ini namanya Paimon."

Xiao mengangguk paham, "Perjalanan malam menuju Gunung Aocang mungkin akan sangat berbahaya. Pastikan kalian berhati hati."

Dan sebelum sempat gadis bernama Lumine itu mengucapkan terima kasih -untuk kesekian kalinya. Xiao langsung menghilang begitu saja.

Inteyvat | XiaolumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang