04. Era Baru Dan Sumpah Dari Masa Lalu

300 43 6
                                    

Langit mungkin sedang bergemuruh, badai sedang mengamuk dan di depan sana sang dewa kuno Osial sedang bersiap membumi lantahkan Pelabuhan Liyue. Namun detik ini, sang Vigilant Yaksha baru saja mengalihkan fokusnya beberapa saat ketika pengembara asing yang ditemuinya kemarin baru saja sampai di Jade Chamber dengan kondisi babak belur.

Gadis itu, Lumine namanya. Terlihat sekali baru saja menyelesaikan sebuah pertarungan sengit yang ntah tidak Xiao ketahui dengan siapa. Dan dengan tibanya ia di Jade Chamber yang baru saja akan melangsungkan pertarungan besar, Xiao sangat yakin gadis itu berencana untuk membantu Liyue.

Katakanlah sesuatu seperti merasuki Xiao saat itu, ia berteriak cukup keras ketika melihat Lumine tiba dan langsung memasang kuda kudanya, "Apa yang kalian lakukan disini!!!" seruan nya beradu dengan suara angin dan hujan.

Lumine menoleh, dan mendapati para Adeptus serta Qixing juga sedang berada disana. Dalam hati ia sangat berterima kasih pada nalurinya yang menuntun gadis itu ke Jade Chamber segera setelah pertarungannya dengan Childe berakhir.

"Kalian semua disini? Bagaimana dengan diskusinya?" tanya Paimon.

Ningguang maju beberapa langkah sambil memberikan jawaban atas pertanyaan dari Paimon.

"Kami sepakat bahwa hal itu masih bisa ditunda karena ada ancaman lain yang lebih genting saat ini. Sang Dewa Kuno Osial baru saja bangkit dari dasar lautan, dan bersiap untuk meratakan Liyue. Perang Archon ratusan tahun lalu mungkin akan terulang kembali, namun kali ini kita tidak memiliki Rex Lapis disisi kita. Itulah sebabnya kita membutuhkan semua pedang yang bisa terangkat saat ini. Prioritas kita adalah melindungi seluruh penduduk Liyue!!"

Ningguang sampai di tepian Jade Chamber dan bersiap dengan kemampuannya untuk memasang barrier dan mengeluarkan Guizhong Balista. Sebuah senjata kuno berbentuk panah raksasa yang menggunakan kekuatan adeptus sebagai sumber kekuatan utamanya. Moon Carver, Cloud Retainer dan Mountain Shaper juga bergerak sesegera mungkin untuk menyalurkan kekuatan mereka pada Guizhong Balista. Sisa Adeptus, para Qixing dan Millelith yang hadir juga bertempur sengit untuk menghalau para fatui yang ntah bagaimana bisa muncul disana dan memperkeruh suasana.

Dalam situasi yang porak poranda, Xiao berulang kali merasakan rasa cemas yang sangat menganggunya. Bukan hanya soal Liyue namun juga soal Lumine. Gadis itu tampak babak belur saat ia tiba barusan, bagaimana bisa ia bertahan dalam kondisi pertarungan yang keras seperti ini.

Mata Xiao kemudian tidak sengaja menangkap pandang Lumine yang sedang berjuang di garis depan bersama salah seorang Qixing. Jika ia memiliki sejenak saja waktu untuk tertegun mungkin ia akan memanfaatkannya, tapi sayap kanan dari pertahanan garis depan Jade Chamber juga tidak dalam kondisi baik. Jadi dibanding terkagum dengan betapa kuatnya gadis itu saat ini, Xiao lebih memilih untuk memaksimalkan fokusnya pada pertarungan. Ralat mungkin bukan hanya gadis itu, hari ini ntah bagaimana Xiao juga tampak disandarkan bahwa manusia yang selama ini selalu dianggap lemah dan perlu dilindungi olehnya ternyata bisa bertarung sehebat ini. Baik Lumine, para Qixing juga Millelith yang ikut berjuang bersamanya seolah menyadarkan Xiao bahwa mereka kini juga berdiri sejajar bersama adeptus dalam perang besar.



---oooOooo---





Xiao mungkin adalah satu dari segelintir orang yang tau bahwa Rex Lapis masih hidup. Dalam pertemuan kecilnya bersama sang Archon Geo setelah pertarungan besar melawan Osial, Xiao datang pada Rex Lapis dengan sebuah tanda tanya besar di kepalanya. Jika diizinkan, Xiao ingin sekali mengetahui alasan Rex Lapis memalsukan kematiannya dan memilih hidup sebagai manusia biasa.

Mendengar pertanyaan Xiao, Rex Lapis atau kini Zhongli namanya, menyesap sedikit Osmathus Wine nya sebelum menjawab. "Aku yakin kamu sendiri telah melihat bagaimana para adeptus dan qixing saling bahu membahu untuk melindungi Liyue. Singkatnya saja untuk alasan itu lah aku memilih berhenti dan menikmati hidupku dengan lebih santai. Liyue yang sekarang bukan lagi Liyue yang dulu. Bangsa ini kini telah tumbuh mandiri dan tidak membutuhkan orang tua sepertiku. Kalian para adeptus dan manusia sudah bisa menjaga Liyue dengan kekuatan kalian sendiri."

Xiao tidak bisa mengelak, biar bagaimanapun ia juga telah melihat dengan mata kepalanya sendiri kekuatan manusia yang selama ini tak pernah ia sangka bisa sebesar itu.

"Jadi apa anda akan meninggalkan Liyue setelah ini?" tanya Xiao lagi.

"Tentu saja tidak, jika saatnya kekuatan ku dibutuhkan kembali untuk melindungi tanah ini, aku pasti akan ada disana. Biar bagaimanapun aku juga memiliki janji ku sendiri untuk melindungi Liyue."

Kilas balik saat Zhongli masih seorang dewa muda seolah kembali berputar di kepalanya. Ia ingat betul saat itu sebelum sahabat terkasihnya pergi, sang pendiri Liyue yang sesungguhnya yaitu God of Dust, pernah meminta Zhongli berjanji untuk terus melindungi Liyue yang telah mereka jaga bersama selama ini.

Diantara lautan bunga Glaze Lily yang mekar malam itu, dan dibawah sinar rembulan biru yang temaram, aroma harum menyeruak dari tubuh sang Dewi Debu sebelum raganya terkikis menjadi debu perak dan tersapu angin malam. Di detik detik terakhir kematian sahabatnya itulah, Morax
-namanya saat itu, mengukir sumpahnya untuk terus menjaga Liyue sampai raga dari sang Raja Batu juga terkikis menjadi debu dan kembali bersatu dengan milik sang dewi dalam keabadian.

Xiao diam. Tentu tidak berusaha bertanya tentang janji apa yang dimaksud Zhongli. Tapi sebagaimana sang Archon Geo akan menuntaskan tiap kontraknya, ia juga yakin Zhongli akan melunasi janjinya dalam melindungi Liyue suatu saat nanti.

Ditengah sunyinya ruang kosong yang tercipta diantara percakapan mereka, sayup sayup telinga Xiao mendengar suara Lumine dan Paimon dari kejauhan.

"Sepertinya tamu ku sudah datang. Aku berhutang cerita panjang pada salah seorang gadis pengembara yang membantu kalian kemarin. Bukan kah kamu juga sudah bertemu dengannya?" ucap Zhongli mengisyaratkan datangnya Lumine adalah sesuatu yang telah direncanakannya.

Xiao menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan tentu saja bersiap undur diri kala pertanyaannya telah terjawab. Namun belum sempat ia melangkah pergi, suara lembut gadis itu telah menyerukan namanya dari jauh.

"Xiao!! Master Zhongli!!" sapa nya sambil tersenyum girang dan melambaikan tangannya. Nyaris tampak seperti salam yang biasa dilemparkan orang orang pada teman akrabnya.

Zhongli yang melihat adegan itu kontan menautkan kedua alisnya dan menatap Xiao yang juga terkejut dengan pandangan heran. "Tidak ku sangka ternyata akan ada seseorang yang berani menyapa mu dengan begitu santainya, Xiao."

Gelagat panik dan gugup sangat terlihat jelas dari wajah Xiao, apalagi ketika gadis itu segera berlari lari kecil ke arah mereka berdua.

"Sepertinya kalian cukup dekat usai perang kemarin?" tebakan Zhongli nyaris saja membuat jantung Xiao copot. Meskipun ia tidak merasa demikian tetap saja ada rasa seperti tertangkap basah berteman dengan manusia padahal sedari dulu Xiao sangat menjauhi manusia.

"Aku mohon pamit." dan...

Zrashhh

Xiao menghilang begitu saja saat Lumine sudah hampir tiba dihadapan mereka berdua.

"Ah!! Xiao... Kenapa dengannya? Padahal aku sekalian ingin berterima kasih atas bantuannya kemarin." melihat ia ditinggalkan begitu saja Lumine tentu sedikit kecewa, tapi disisi lain ia malah melihat Zhongli tersenyum kecil sembunyi sembunyi.

"Master Zhongli, apa Xiao marah padaku?" tanyanya bingung.

Zhongli mencoba kembali bersikap senormal mungkin. "Sepertinya begitu, datang lah ke Wangshu Inn nanti, dan beri ia persembahan. Sepertinya Xiao sangat marah pada kalian, terutama kamu." ucapnya sambil menunjuk Lumine.

Zhongli sepertinya baru saja tertular kejahilan Hu Tao lihat saja bagaimana ia berbohong dan memaksa Lumine juga Paimon untuk kembali mengusik Xiao yang barusan cepat cepat pergi karena salah tingkah. Sepertinya melihat mereka berdua berinteraksi lebih sering akan membuat Xiao sedikit melunak, hanya itu satu satunya hal yang bisa Zhongli pikirkan.

"Hadeuh masak masak almond tofu lagi nih kita." ucap Paimon lesu.

Inteyvat | XiaolumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang