Usai membereskan para monster di sekitar Jueyun Karst, Xiao memutuskan untuk beristirahat dan berbaring sejenak dibawah sebuah pohon rindang. Ingatan laki-laki itu kemudian terbang jauh ke moment dimana pertarungan besar Liyue berlangsung beberapa hari lalu.
Saat itu serangan Osial memuncak dan membuat pondasi yang dibuat Ningguang pecah hingga mereka semua berjatuhan. Pikiran Xiao tidak banyak berputar saat itu. Namun satu hal yang membuat Xiao sendiri heran, dari banyaknya manusia yang jatuh saat itu, kenapa badannya seolah memiliki daya tarik magnetis untuk menangkap Lumine lebih dulu dari siapa pun?
Apa karena ia memang tak pernah melepaskan atensinya dari gadis itu? Atau sejak awal memang Xiao sudah menunggu untuk menjadi seseorang penolong bagi gadis itu?
Xiao memperhatikan kedua tangannya. Tangan yang beberapa hari lalu dengan sigap menangkap tubuh kecil seorang gadis dan merengkuhnya dengan begitu erat. Saat itu Xiao memang tidak memikirkan apapun, tapi lambat laun ia jadi sering memikirkan tindakannya saat itu.
"Itu sesuatu yang ku lakukan secara reflek dan kebetulan, tenanglah Alatus tidak ada hal apapun dibalik semua itu." gumamnya mencoba menenangkan diri.
Tapi kemudian sebuah kalimat yang keluar dari mulut Lumine hari itu kembali membuat pikirannya menggila.
"Xiao, kau bisa melepaskan rangkulan mu. Aku baik baik saja."
"ARGH!!!" Dan sedetik kemudian barulah ia sadar, bagaimana tangannya begitu kuat bertengger pada pinggang dan pergelangan gadis itu.
---oooOooo---
Terhitung sudah tiga hari sejak Lumine selalu mampir ke Wangshu Inn di tengah tengah komisinya. Untuk memberikan Xiao persembahan sebagai bentuk permintaan maafnya. Tapi lagi lagi, Yaksha itu tidak pulang ke Wangshu Inn dan almond tofu buatannya harus berakhir diperut Paimon lagi.
"Sepertinya ia benar benar marah Paimon." gumam Lumine khawatir.
Paimon yang sedang sibuk dengan almond tofu yang memenuhi mulutnya hanya menyahutinya asal. "Mungkin kita butuh yang lain selain almond tofu."
Lumine sedikit mencubit salah satu pipi Paimon. "Itu sih mau nya kamu, bukan Xiao!" goda gadis itu yang tau betul teman kecilnya ini doyan sekali makan. Merasa tertangkap basah, Paimon hanya terkekeh pelan sambil lanjut memakan almond tofu nya.
"Malam ini kita sekalian menginap disini saja Paimon." ucap Lumine.
"Eh? Tidak mau pulang ke poci saja?"
"Aku tidak bisa tidur tenang di poci kalau tau Xiao masih marah padaku. Kamu keberatan?"
Paimon menggeleng, "Tidak sih tapi mora kita kan tidak banyak, yakin mau dihabiskan untuk menginap disini?"
"Aku sudah menghitungnya sepertinya cukup."
"Baiklah Paimon ikut saja kebetulan Paimon juga sudah mengantuk ayo pesan kamarnya."
Segera setelahnya mereka pun memesan salah satu kamar kosong di Wangshu Inn. Dan tentu saja, Paimon yang sudah kenyang juga kelelahan seharian ini dapat tidur dalam hitungan menit sementara Lumine masih membersihkan dirinya.
Meski lelah, Lumine menyempatkan waktunya untuk tetap mandi dan mencuci rambutnya. Karena akan sangat menjengkelkan jika harus membawa kotoran sisa sisa pertarungan ke tempat istirahatnya.
"Ah luka yang ini, ternyata masih belum sembuh juga." sambil mengelap tubuhnya dengan handuk kering, Lumine kembali menyadari bahwa disekujur tubuhnya masih dipenuhi banyak luka sobekan maupun lebam yang belum sembuh total. Yah siapa juga yang tidak akan hancur setelah terlibat dua pertarungan besar secara berturut turut dalam waktu singkat. Usai mengenakan pakaiannya, Lumine kemudian membawa ransel miliknya keluar kamar dan mematikan lampu kamar agar Paimon bisa tidur dengan nyenyak.
Gadis itu kini beralih ke teras atas Wangshu Inn yang telah sepi, untuk kemudian mengobati luka lukanya sebelum ia pergi tidur.
Perban dan plester kecil juga salep luka bakar dan lebam adalah hal yang selalu wajib dibawa seorang petualang sepertinya karena ia bisa terluka kapan saja dan dimana saja. Lumine kemudian mengobati luka ditubuhnya satu persatu dengan sangat serius. Saking seriusnya, gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa ada sepasang manik keemasan yang menatapnya sedari tadi dari arah samping.
"Ah selesai juga." serunya senang sambil memperhatikan seluruh tangan dan kakinya.
"Masih ada satu lagi."
Deg
Suara bariton laki-laki itu saja rasanya sudah cukup untuk membuat bulu kuduk Lumine berdiri, apalagi ditambah laki-laki itu dengan sengaja menggeser pelan salah satu sisi panjang rambutnya, untuk memperlihatkan sebuah luka dilehernya yang terlewat.
Pandangan keduanya kemudian bertemu, dan sejenak semesta seolah diisi oleh keheningan tak terbatas hingga keduanya hanya bisa diam mematung dengan wajah bersemu merah.
Xiao tersadar lebih dulu, ia cepat cepat menarik tangannya dari rambut gadis itu dan mengambil sedikit jarak aman. "Ma-maaf..." ucap Xiao tergagap.
Lumine yang terkejut akan kedatangan dan sikap Xiao yang tiba-tiba, tampak masih mengumpulkan kesadarannya. Ia hanya memberikan sebuah dehaman singkat sebagai jawaban atas permintaan maaf Xiao.
Degupan jantung keduanya saling beradu kecepatan. Semburat merah bahkan kian menjalar sampai ke telinga. Malam ini jadi malam yang agak panas bagi mereka berdua.
"Ka-kamu pulang? Aku sudah menunggumu sejak 3 hari lalu. Master Zhongli bilang kamu marah padaku jadi aku kemari setiap hari untuk memberikan persembahan tapi kamu tidak kunjung kembali." sesegera mungkin ketika kesadaran Lumine telah pulih seutuhnya gadis itu mengemasi obat obatannya sambil menyampaikan maksud dan tujuan hadirnya ia di Wangshu Inn saat ini.
Xiao yang juga tampaknya masih berusaha bersikap normal menyahut, "Marah?"
Lumine mengangguk, "Aku berkali kali memikirkan kesalahan ku saat kita melawan Osial beberapa hari lalu. Pasti aku sudah sangat membebani mu. Aku minta maaf Xiao, apa kau luang? Mau kubuat kan sepiring almond tofu sebagai bentuk permintaan maaf ku?"
Xiao dibuat sedikit bingung, sepertinya ada kaitannya dengan kepergian buru buru nya hari itu. "Kurasa ini hanya salah paham, aku tidak marah. Tidak juga menganggap kamu sebagai beban."
"Lalu kenapa kamu pergi saat aku menghampiri mu kemarin?" tanya Lumine. Ia mungkin percaya dengan kata kata bahwa Xiao tidak marah, tapi Lumine tetap butuh penjelasan atas perginya Xiao secara tergesa gesa tiga hari lalu.
"Aku memang sudah hendak pergi, ada tugas lain yang menanti." jelas Xiao singkat.
Otak Lumine berhenti bekerja sesaat. Ternyata sesederhana itu. "Jadi kamu benar tidak marah?"
Xiao menggeleng.
Detik itu juga Lumine kembali mengingat senyum kecil Zhongli sebelum bilang padanya bahwa Xiao marah. Sial, ia pasti sedang dikerjai... "Ahhh!! Master Zhongli!!!" rengek nya pelan saat sadar ia baru saja dipermainkan oleh sang Archon Geo.
Jauh dari tempatnya, Zhongli yang sedang menyesap teh kemudian tersenyum kecil mendengar namanya dipanggil dengan nada rengekan anak kecil.
Xiao juga cepat menangkap situasi, ia menyadari bahwa Lumine mungkin baru saja dijahili oleh Sang Archon. Membuang muka ke arah lain, Xiao kemudian tersenyum tipis melihat bagaimana Lumine tampak sangat frustasi menanti Xiao selama tiga hari terakhir hanya untuk sebuah permintaan maaf yang tidak perlu.
Setelah ribuan tahun mungkin ini lah senyum pertama Xiao karena suatu hal yang ia anggap lucu.
"Kamu sudah mau tidur?" tanya Xiao setelah mengembalikan ekspresi datarnya.
Lumine yang tampak masih memberengut kecil bersiap menggendong ranselnya untuk kembali ke kamar. "Ada apa?" tanya Lumine.
"Keberatan kalau aku minta dibuatkan sepiring almond tofu sebelum kamu tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inteyvat | Xiaolumi
Fiksi PenggemarSedari awal harusnya Xiao sadar bahwa pengembara asing yang dicintainya selama ini, cepat atau lambat akan pergi meninggalkannya. ⚠️ Warning Spoiler Archon Quest ⚠️