10. catatan baru Jidan

79 71 21
                                    


"Untukmu sang hujan, bukannya aku marah saat kamu memilih untuk menginjakkan kaki di bumi, namun bisa kah aku memohon agar kamu mau memberikan kesempatan kepada Sang mentari agar bisa mengahangatkan bumi?"


"Untukmu sang hujan, bukannya aku marah saat kamu memilih untuk menginjakkan kaki di bumi, namun bisa kah aku memohon agar kamu mau memberikan kesempatan kepada Sang mentari agar bisa mengahangatkan bumi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dokter Dion keluar dari ruangan itu.

"Dion gimana keadaan kakak saya ?" Tanya Awin khawatir.

"Lia sudah tenang, kami harus menyuntikan obat penenang kepadanya, dan untuk kondisinya semuanya stabil, hanya saja pikiran dan emosi yang kurang stabil itu yang memicu penyakit yang di deritanya Kambuh lagi"

Jelas Dion pada Awin kemudian dokter itu mengusap lembut kepala Jidan.

"Ibu kamu Bakal baik baik saja, selama ia tidak emosional seperti tadi, dokter bakal sembuhin ibu kamu, kamu ngga usah khawatir yah" jelasnya kepada Jidan yang masih saja menatap kearah jendela ruangan itu. Melihat kondisi ibunya yang kini sudah terbaring.

Dion dan Awin merupakan teman lama, mereka berteman sedari SMA. Dan tinggal besar di lingkungan sama dengan tempat tinggal Jidan sekarang.

Saat Awin SMA ia tinggal bersama kakaknya di rumah yang sekarang Jidan tinggali. Rumah yang di bangun oleh dermawan saat menikahi Lia. Awin tinggal disitu saat Jidan masih berumur 2 tahun. Maka dari itu Lia yang dulunya seorang guru mengajar di salah satu sekolah dasar di desa itu menghentikan pekerjaan dan merawat Jidan dengan penuh kasih.

Di tambah ia juga harus mengurus suami serta adiknya yang tinggal bersamanya.

Kala itu, suasan rumah begitu ramai, di tambah dengan Jidan kini mulai beranjak besar. Dengan tingkahnya yang begitu lucu dan polos membuat rumah itu penuh dengan tawa.

Saat Jidan mulai memasuki umur 5 tahun. Awin sudah lulus dari SMA Dan Awin memutuskan untuk pergi ke luar kota. Melanjutkan studinya di akademi penerbangan di kota Jakarta.

"Jidan kamu masuk, temenin ibu didalam" pinta kak Awin

"Makasih yah udah nelfon gw"
Lanjutnya Sambil menepuk pundak dokter itu.

"Iya,gue juga baru tau, kalau jidan itu ponakan lu, makanya pas kemarin dia lari bawa Kak Lia kesini, gue bener bener kaget, makanya gue langsung nelfon lu" jelas Dion

"Ohh iya Win, ada yang pengen gw jelasin tentang kondisi kak Lia"

Dokter Dion menjelaskan semua yang terjadi pada tubuh kak Lia, "gw bakal manggil psikiater buat nyari tau kondisi mentalnya gimana, karna itu salah satu pemicu dari penyakit ini"

"Dan satu lagi, apa yang terjadi sama kak Lia, kenapa ia mengatakan hal seperti itu kepada Jidan"

"Hah maksudnya gimana" tanya Awin tak kala penasaran.

"Sebelum kamu datang, kondisi Lia sebenarnya baik baik saja, ia berbicara, tersenyum, sampai gw ngga bakal menyangka kalau hal tadi bakal terjadi. Tapi saat ia melihat Jidan masuk kedalam ruangan, Kak lia berubah 180°, satu kata yang selalu ia katakan kamu bukan anakku , anakku bukan pembunuh, itu yang sedari tadi ia katakan" jelas Dion secara rinci

ANOTHER MOON | Park Jisung [ HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang