01.

1.8K 214 54
                                    


*****

Livianne Ludwig adalah gadis cantik dengan surai kecokelatan bergelombang yang indah, matanya hitam pekat, seakan mampu menarikmu untuk hanyut ke dalamnya. Karena ayahnya ialah seorang pria asal Swedia, tinggi Livianne terbilang diatas rata-rata gadis seusianya.

"Livie, pulpenmu tertinggal!"

Itu Jino, pemuda berdarah aceh yang telah lama mencoba memangkas rasa asing di antara mereka. Tetapi Livianne enggan, baginya pria adalah sosok munafik yang tidak bisa dipercaya.

Seperti halnya ayah yang mengejar ibu selama lebih 6 tahun, hanya untuk selingkuh ketika Livianne berusia 6 tahun.

Livianne telah mengenal apa itu perceraian di usia belia, dan ia telah tumbuh dengan melihat bagaimana ibunya menderita untuk hal bernama cinta. Sehingga Livianne tidak memiliki keberanian untuk menaruh kebahagiaannya pada timbangan bernama cinta.

Dengan senyum lembut namun terasing, Livianne menerima pulpen yang diberikan.
"Terima kasih, maaf merepotkanmu."

"Tidak, tidak, sama sekali tidak repot." Wajah pria dengan kulit kecokelatan itu memerah, sebenarnya sedikit lucu dan menggemaskan, tetapi Livianne bahkan enggan untuk menatapnya.

Gadis itu hanya mengucap kata pamit dan berbalik tanpa mau menoleh barang hanya sekali. Sementara pria yang tertinggal di belakang, menatapnya dengan jejak penyesalan, tahu bahwa perjuangannya tidak bisa meruntuhkan tembok yang telah lama gadis itu bangun.

Ketika tiba di rumah, Livianne mengabaikan hubungan harmonis dari keluarga tiga orang di ruang tamu. Pria paruh baya yang dengan hangat menepuk kepala putrinya itu adalah ayah kandung Livianne, sementara gadis yang bahagia itu ialah saudari tirinya— Arrasie Ludwig. Oh, jangan lupakan wanita dengan lipstik merah muda yang terus-menerus menghujani Livianne dengan tatapan angkuh.

Livianne tidak mengerti mengapa ibu tirinya begitu benci kepadanya. Toh, Livianne adalah korban dari 'cinta bergelora' antara sepasang anak manusia yang mengabaikan betapa sakralnya janji pernikahan.

"Livie sayang, bersiaplah dan segera turun untuk makan malam." Tatapan angkuh berubah menjadi wajah ramah, ibu tirinya memang handal memanipulasi diri. Pantas ayahnya terpikat tanpa bisa membedakan mana kanan dan mana kiri.

Livianne mengangguk sopan, "ya."

Pada wanita yang membuat ibu kandungnya mengalami depresi dan akhirnya bunuh diri itu, Livianne tidak banyak menaruh benci. Lagipula, kebencian adalah salah satu jenis emosi yang paling kuat dan paling boros energi. Itu buang-buang waktu.

Tetapi ada kalanya hati Livianne dibuat naik pitam saat wanita itu menyebut-nyebut nama ibunya dengan nada merendahkan. Dan setiap kali hal itu terjadi, Livianne tidak akan sopan untuk menampar, bahkan jika hal itu hanya akan merusak hubungan ayah-anak yang telah lama renggang.

Mungkin ibu tirinya sengaja, tetapi Livianne tidak peduli.

Ketika ibu kandungnya meninggal, Livianne dipaksa untuk berjanji bahwa ia harus hidup untuk dirinya sendiri. Tidak perlu menghabiskan waktu untuk membenci, dan tidak perlu memaksa diri untuk menjadi gadis suci yang pemaaf.

Oleh karena itu, untuk ibu tiri ini.., Livianne benar-benar telah menyimpan banyak kejutan.

Memikirkan kejutan yang ia siapkan, Livianne tersenyum bahagia.

*****

M

akan malam hari ini terasa aneh bagi Livianne, firasat buruk terus-menerus mengorek ketenangannya bagai cakar kucing. Tetapi setiap kali ia mencoba mencari tahu kejanggalan yang ada, yang ia dapat adalah makan malam sempurna.

MELINTASI DUNIA BINATANG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang