06.

926 170 17
                                    


Suara hujan rintik-rintik membasahi hutan hijau dengan berbagai pohon raksasa yang seakan mampu menyentuh langit. Langit biru tertutup awan hitam, menghalangi sinar mentari, dan berhasil meredupkan dunia. Sesekali terdengar auman guntur, percikan kilat dan tiupan angin kencang bersaut-sautan dengan arogan.

Di sebuah goa berukuran sedang, Livianne duduk bersandar pada tubuh serigala perak raksasa untuk menghangatkan diri. Suhu semakin turun saat hujan menerpa, dan api unggun di depannya sama sekali tidak berguna.

"Vellios, menurutmu, kapan hujan ini akan berhenti?" gadis cantik itu tahu bahwa sang serigala tak mampu memberikan balas, namun ia tetap kekeuh untuk bicara untuk menepis kesepian. "Sepertinya akan butuh waktu lama untuk tiba di sukumu."

Serigala perak itu menatap sang gadis dengan sorot mata lembut dalam netra birunya. Sebab cahaya api unggun membuat senyuman gadis itu semakin lembut, terasa nyata dan tidak nyata pada saat yang sama.

Ketika guntur sekali lagi meraung, angin kencang bertiup dan berhasil memadamkan api unggun di dalam goa.

"Vellios!" Livianne berseru takut. Ia melepas kulit macan yang sedang ia jahit dan berbalik memeluk tubuh sang serigala. "Bagaimana ini? apinya mati lagi."

Serigala itu melolong pelan sembari mengusapkan kepalanya ke tubuh kurus sang gadis; berniat menenangkan ketakutannya. Kemudian, dengan sedikit tiupan lembut di bibir sang serigala, sebuah sihir api terbentuk dan membakar nyala api unggun yang sempat padam.

Sihir aneh di Benua Orc memanglah hal yang menakjubkan. Tidak peduli berapa kali Livianne melihat hal itu, ia masih akan terperangah dan kagum olehnya. Butuh waktu lama bagi Livianne untuk kembali tersadar, dan memutuskan untuk berhenti menjahit jaket kulit macan idamannya.

Bahkan jika keluarga Ludwig adalah keluarga yang terbilang cukup kaya, kulit binatang asli seperti macan bukanlah sesuatu yang bisa mereka sentuh. Tetapi di dunia antah berantah ini, Livianne memakai kulit ular bertanduk tiga sebagai pakaiannya, menggunakan bandana dengan rajutan batu ruby, dan sekarang ia ingin membuat jaket kulit macan. Oh, Vellios berjanji untuk mencari binatang roh kuda unicorn untuk mengambil ekornya yang kuat untuk membuat kalung untuk Livianne!

Kapanpun itu, gadis ada pecinta kecantikan. Sehingga ketika Livianne memikirkan berbagai rencana masa depannya, ia tak mampu menahan rona antusias.

"Oh, saatnya makan siang!" Livianne menepuk keningnya kesal. "Vellios, angkat wajan batunya."

Di tumpukan api unggun, telah diletakan tiga batu saling berhadapan, dan ketiga baru itu akan menjadi tumpuan bagi wajan batu kesayangan Livianne.

Setelah lima hari berjalan, Livianne melepaskan ketakutan dan kecemasannya pada tempat baru dimana semut mungkin bisa membunuhnya tanpa banyak usaha.

Dulu, Livianne tidak akan mengajukan diri untuk mengikuti Vellios berburu. Sebab baginya yang lemah dan tidak tahu apa-apa, mengikuti Vellios hanya akan menjadi beban dan mungkin menyebabkan banyak masalah. Namun sekarang berbeda, mereka dalam perjalanan dan Livianne memiliki kesempatan untuk melihat dan belajar banyak hal.

Wajan batu ini misalnya. Livianne muak dengan daging bakar tanpa rasa, jadi dia mulai memikirkan banyak hal. Dengan bantuan Vellios, akhirnya terbentuklah wajan batu setelah berdiskusi dan menguji ketahanan batu terhadap api.

Sebenarnya, kesabaran Vellios terhadap setiap keinginan Livianne membuat gadis itu tidak bisa menahan kehangatan di dasar hatinya.

"Aku akan membuat masakan kesukaanmu." Dengan ucapan itu, Livianne mulai fokus dengan masakannya.

Sebagai orc serigala, Vellios adalah tipe karnivora, jadi tentu saja makanannya adalah berbahan utama daging. Di dalam goa, terdapat daging-daging segar yang baru saja dicuci dan dibersihkan, tidak hanya itu, terdapat beberapa tas kain dan beberapa tabung bambu yang digantung.

MELINTASI DUNIA BINATANG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang