05.

1K 181 19
                                    

*****

  Kala fajar menyapa, nyanyian burung-burung kecil bersaut-sautan menyambut hari yang baru. Cahaya keemasan sang fajar menerpa pepohonan tinggi berembun, menciptakan nuansa kilau yang menenangkan. Angin pagi bertiup, menerpa dedaunan hijau dengan ramah dan membuat rerumputan tinggi bergoyang pelan.

Livianne Ludwig duduk di depan pintu masuk goa dalam balutan pakaian kulit bermotif merah, ungu dan hitam. Pakaian atas berbentuk seperti croptop tanpa lengan, hanya dua tali hitam yang dipintal yang menggantung di kedua bahu kurusnya. Untuk pakaian tubuh bawah, sebuah rok dengan bahan yang sama tergantung dari pinggang atas hingga ke area betis.

Kulit Livianne sudah putih (hingga hampir nampak pucat), dengan pakaian berwarna merah, ungu, dan hitam itu hanya akan semakin menonjolkan warna kulitnya.

Pagi ini cuaca sangat dingin, sehingga Livianne harus mempererat balutan selimut di sekitar tubuhnya. Selimut itu adalah selimut dari bulu binatang yang entah apa namanya, namun teksturnya mirip bulu kelinci, hanya saja lebih lembut dan lebih lebat. Warnanya seputih salju, cocok dengan kulit pucat Livianne dan membuat surai kecoklatan gadis itu semakin bersinar.

"Livie?"

Suara serak bernada rendah itu menarik atensi Livianne. Gadis itu menoleh ke belakang, menyambut pria dalam balutan pakaian kulit binatang berwarna hitam. Pria itu tingginya hampir 200cm, sedikit menakutkan dengan tubuh kekar dan tatapan mata tajam. Tetapi, netra birunya sedalam lautan, dan suaranya lebih memabukkan daripada segelas tequila.

Saat Vellios mampu merubah bentuk manusianya, Livianne dibuat terkejut hingga nyaris tak mampu bersuara. Pasalnya, tubuh Vellios setinggi 2m dengan otot sekeras baja, kulitnya putih pucat dengan rambut perak dan sepasang netra biru. Jembatan hidungnya lurus dan bibirnya tipis berwarna merah muda pucat. Meski tubuhnya kekar, Vellios nampak seperti pria tampan yang juga cantik pada saat yang sama.

"Apakah semua sudah selesai?" Livianne bertanya dengan nada lembut, dan seutas senyum muncul di wajahnya tanpa ia sadari. Melihat Vellios dalam bentuk manusia tidak lagi membuatnya terpukau, sudah dibiasakan oleh pengalaman. "Vellios, apakah kamu benar-benar akan membawa aku pulang?"

"Ya," angguk Vellios yang telah mampu merubah bentuk manusianya. "Pakaianmu tidak terlalu bagus. Aku membelinya di tempat terdekat, hanya itu yang tersedia. Nanti jika kita sudah tiba di suku, aku akan membeli pakaian yang lebih indah."

Yang ini tidak indah?

Livianne tidak begitu mengerti.
"Tapi aku menyukainya, terima kasih!"

Rona kebahagiaan yang menguar dari gadis itu menimbulkan benih kepuasan dalam hati Vellios.
"Nanti akan aku belikan lebih banyak."

Mata uang di Benua Orc adalah permata inti— inti energi yang terletak di kepala binatang-binatang roh. Ya, di Benua Orc bukan hanya para orc yang memiliki kekuatan, tetapi juga binatang spesial yang disebut binatang roh.

Tingkat kekuatan binatang roh berbeda-beda, dan warna permata inti juga memiliki warna yang sesuai dengan tingkat kekuatan. Dimulai dari tingkat terendah; putih, merah muda, ungu, biru, ungu, oranye, hitam.

Livianne baru tahu mata uang di Benua Orc setelah Vellios menceritakannya. Hanya saja, ia belum benar-benar paham dan masih kebingungan dengan segala hal di dunia orc ini.

"Tidak perlu, kamu sudah membelikan aku tiga pasang. Itu sudah sangat banyak." Pipi putih Livianne merona malu. Pasalnya, Vellios tidak hanya membeli pakaian luar, tapi juga pakaian dalam. Entah bahan apa yang digunakan, rasanya sangat lembut dan nyaman, hingga mudah menyesuaikan dengan lingkar pinggang seakan disediakan untuk berbagai jenis bentuk tubuh.

MELINTASI DUNIA BINATANG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang