08.

1.1K 185 37
                                    

*****

"Dia ... dia juga orc wanita cacat sepertiku?"

Wajah pucat Livianne membuat Vellios khawatir, "ya, ada apa?" ia bertanya dengan setengah hati. Tanpa sadar, tangan Vellios bergerak dan memperbaiki anakan rambut Livianne yang berantakan.

"Livie, kamu mungkin terlalu lelah selama ini. Lihatlah, wajahmu sangat pucat."

Livianne tidak menyangkali hal itu, dia hanya mengangguk dan mengikuti Vellios menuju goa tempat Vellios tinggal. Sepanjang perjalanan, beberapa kali Livianne ditahan oleh para orc laki-laki untuk diberikan hadiah, yang tanpa ampun langsung ia tolak.

Pernyataan Rozun mengenai sistim poliandri masih membekas dalam ingatan Livianne, sehingga gadis itu memutuskan untuk menunjukan penolakannya secara terang-terangan dan tegas.

Bahkan jika Livianne tumbuh dalam keluarga yang berantakan dan disuguhi oleh kenyataan ayahnya yang berselingkuh, gadis itu percaya bahwa pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang sakral antara dua orang. Dan jika pernikahan melibatkan orang ketiga, keempat, atau bahkan kelima ... semua itu hanya akan merusak kesucian dari pernikahan itu sendiri.

Ketika mereka tiba di goa Vellios, Livianne membantu untuk membersihkan, namun akhirnya dia terlalu lelah dan memutuskan untuk langsung tertidur di atas ranjang batu. Sementara itu, Vellios dengan senang hati mulai merapikan rumahnya.

Sebagai pria bujangan dengan label cacat yang diledeki selemah seorang perempuan, Vellios tidak pernah berpikir untuk menikah. Jadi, kediaman Vellios sangat apa adanya dan terkesan kosong-melompong.

Dengan keberadaan Livianne, Vellios mulai merapikan banyak hal di rumahnya —yang sebenarnya tidak berantakan karena hanya terdapat beberapa hal penting.

Mengingat bahwa Livianne sangat suka mandi dengan air hangat, Vellios segera membakar api dan memanaskan air. Sebelum akhirnya berangkat untuk menyiapkan kebutuhan sehari-hari Livianne dengan bantuan Sihar— Istri Liam, sahabat Vellios.

Ketika Vellios pulang, dia melihat Livianne berdiri panik di depan pintu gerbang. Wajah gadis itu tidak lagi pucat, namun raut wajahnya seperti panik dan sedih.

"Livie!" Vellios berseru khawatir dan mempercepat langkah kakinya.

Sapaan Vellios membuat Livianne menoleh ke arah kedatangannya, "Vellios, darimana saja kamu?" pertanyaan itu dipenuhi keluhan yang tidak Vellios mengerti.

"Aku membelikanmu barang-barang kebutuhan para wanita, ada apa? apakah sesuatu terjadi?"

Livianne hanya mendengus kesal dan berbalik, "masuklah untuk makan malam."

Makan malam berlangsung sangat tenang, yang sebenarnya sedikit aneh dan ganjil bagi Vellios. Biasanya, Livianne akan berbicara tentang banyak hal sepele. Tapi kali ini berbeda, gadis itu makan dengan sangat dingin, bahkan tidak mau menatap wajahnya.

"Livie, apakah aku melakukan kesalahan?"

Livianne mendengus, "kamu tidak menyadarinya?"

"Ya?" Vellios sudah lama berpikir tentang hal bodoh apa yang ia lakukan sejak tadi, namun tak kunjung menemukan jawaban.
"Livie, katakan saja agar aku tahu."

"Kamu pergi tanpa pamit!" Livianne tanpa sengaja menaikan nada suaranya. Sebenarnya, dia tidak begitu marah dan sedih. Namun ketika Vellios memintanya untuk mengatakan alasan kemarahannya, Livianne tidak mampu menahan tangis.
"Sudah aku katakan berulang kali, jangan tinggalkan aku. Kenapa kamu pergi tanpa pamit? aku sangat khawatir, aku pikir kamu akan pergi meninggalkan aku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MELINTASI DUNIA BINATANG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang