Love Sign: A Swiz of Disaster (3)

39 6 0
                                    

Part 3:

Disaster

Sabtu pagi, Sean bangun lebih pagi dari biasanya. Ia mandi, sarapan, memakai pakaian, dan melakukan perawatan wajah. Setelah melakukan perawatan wajah, ia mulai menata rambutnya.

Ia melihat cermin yang ada di depannya. Rasanya ada yang kurang dan terlupakan untuk digunakan pada mukanya. Ia baru ingat, bibirnya belum mendapatkan sentuhan ajaib. Lalu, Sean memoleskan sedikit olesan lipstik merah  pada bibirnya yang sedikit pucat.

Voila, seorang lelaki tampan dengan setelan perpaduan hitam dan abu-abu terlihat pada cermin.

Benar, hari itu adalah hari Sean dan Justin akan bertemu secara langsung. Saat malam hari, Sean tidak bisa tidur karena membayangkan apa yang akan terjadi saat ia bertemu dengan Justin. 

Jantungnya berdetak lebih kencang saat membayangkan bahwa ia akan melihat Justin untuk pertama kalinya. Ia bahkan mengecek ulang isi tasnya supaya semua barang, termasuk hadiah yang ia beli untuk Justin, tidak tertinggal.

Sebelum menghubungi Justin, Sean melakukan berbagai pose untuk mengumpulkan rasa percaya dirinya. Ia melenggak-lenggok dan menunjukkan berbagai ekspresi di hadapan cermin.

Karena merasa penampilannya sangat spesial, ia mengeluarkan ponsel kesayangannya dan mulai mengambil banyak foto dan video. Kurang lebih tiga puluh menit, suara kamera terdengar berulang kali.

"Pukul dua belas siang. Pukul dua belas siang. Pukul dua belas siang," ucap Mongie berulang kali.

Sean terkejut dengan pemberitahuan tersebut. Saat mengetahui bahwa ia harus segera berangkat, Sean segera menghubungi Justin. Ia membuka aplikasi Love Sign dan menelepon Justin. Nada telepon berdering tiga kali sebelum Justin mengangkat telepon.

"Halo sayangku," ucap Justin.

"Hai baby," balas Sean.

"Sudah siap ketemu aku belum?" tanya Justin.

"Oh my God. Apa aku perlu kirimin foto aku buat kasi tunjuk seberapa aku gak sabar buat ketemu kamu?" balas Sean dengan nada menggoda.

"Mau dong lihat foto kamu." Justin membalas dengan nada seperti anak kecil yang merajuk.

"Ini aku kirimin sekarang." Sean kemudian memilih satu foto yang ia ambil dari sudut atas. Foto itu menampilkan setengah badan Sean.

"Uh boy... I can't wait anymore. I wanna kiss you on your lips, neck, finger, and all of your sexy body," ucap Justin.

"Wait for me okay. Aku bakal tangkap dan culik kamu hahaha," balas Sean dengan nada yang menggoda.

"Catch me if you can, Sweetheart. By the way, aku sudah pesen taksi online buat kamu dan pengemudinya datang sebentar lagi. Aku kasi screenshot pesanannya ya."

"Oh wow, kamu baik banget mesenin aku taksi online." Sean merasa senang sekali karena ia tidak perlu bersusah payah memesan taksi online.

"Anything for you my lovely boy. Itu fotonya udah kukirim ya," ucap Justin.

Kemudian, Sean mengecek foto yang dikirim Justin.

"Oke deh, thank you ya, Justin. By the way, aku ke bawah dulu ya. Biar bapaknya gak tunggu kelamaan." Sean merapikan barang-barangnya, tasnya dan hadiah Justin.

"Oke sip. Hati-hati ya, Honey. Nanti pas sudah sampai kabarin aku ya. Oh iya, sekali lagi hati-hati ya," ucap Justin.

"Hati-hati kenapa beb?" tanya Sean yang bingung dengan ucapan repetitifnya.

Antologi SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang