Love Sign: A Swiz of Disaster (2)

37 6 0
                                    

Part 2:

Sign


"Sean, lu lagi ngapain sih? Sibuk banget kayanya," tanya Hans.

"Tahu nih. Lu fokus amat ke handphone sampai nggak nyautin omongan kita." Hugo ikut berbicara.

"Ini lho, Kak. Aku lagi cari barang tapi gak ketemu-temu," ucap Sean sambil menunjukkan layar handphonenya yang berisikan katalog baju.

"Lu ngapain nyari baju koko, Sean? Mau lebaran lu?" tanya Ferdy yang datang tiba-tiba.

"Ihh asyik. Beliin baju buat kita dong, Sean," pinta Hugo seraya ikut menggoda Sean.

"Oh my God, Sean mau beliin baju buat kita semua? Pertanda apakah ini hehehe," ucap Hans yang datang lalu sambil mencolek-colek pinggang Sean.

"Ihh, gak ada apa-apa tahu. Ini juga emang stylenya mirip baju koko" Sean yang mukanya merah hanya bisa tertawa malu.

"Iya, santuy aja sama kita Sean. Kagak usah malu-malu, kita pasti mau kok hehehe. Atau jangan-jangan kamu lagi cari baju buat pacarmu ya?" tanya Hugo sambil menyeringai.

"Wah iya ya. Lu udah punya pacar belum Sean? Namanya siapa, Sean?" tanya Ferdy ikut memperlama pembicaraan pada topik tersebut.

"Iya, Sean. Penasaran nih." Hans mendekat ke arah Sean.

"Em... Namanya Jus-"

"Hei, hei, hei. Hayo kerja yang bener." Belum sempat Sean menyebut nama kekasihnya, Pak Christopher datang tiba-tiba dan mengejutkan mereka berempat. Mereka langsung kembali ke meja masing-masing. Mereka hanya bisa tertawa diam-diam, suasana yang biasa di ruang kantor mereka.

Ngomong-ngomong, hampir satu bulan yang lalu, Sean telah menemukan lelaki 'sempurna' yang ia temukan lewat aplikasi Love Sign. Justin, laki-laki sempurna yang telah membuat Sean jatuh cinta.

Justin merupakan laki-laki yang berusia setahun lebih muda dari Sean. Ia seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama. Wajahnya yang menyerupai orang dari Negeri Sakura membuat Sean makin menyukainya.

Oh iya, jangan lupakan bahwa Justin merupakan laki-laki yang sangat romantis menurut Sean. Justin dapat membuat Sean tersenyum hanya dengan pesan singkat berisikan ucapan selamat pagi, selamat tidur, kata-kata motivasi, dan rayuan singkat yang ia dapatkan lewat chat.

Mereka setiap malam akan berkomunikasi entah itu lewat chat atau video call. Obrolan mereka berisikan informasi satu sama lain, cerita tentang orang-orang terdekat, permasalahan hidup, dan ucapan-ucapan manis layaknya pasangan pada umumnya. 

Bahkan, terkadang mereka menuntaskan gairah seksual satu sama lain dengan mengirimkan foto atau melakukan video call. Ya ... sambil meneriaki nama satu sama lain dalam desahan-desahan yang terdengar lewat speaker handphone.

Dirasa cukup untuk mengenal satu sama lain, mereka berencana untuk bertemu secara langsung. Oleh karena itu, Sean sibuk mencari dan melihat-lihat katalog dari salah satu olshop yang menjual pakaian.

Di sela-sela pekerjaannya, Sean masih asyik melihat berbagai produk dari olshop lain. Sean tertarik dengan sebuah produk, kemeja berwarna hitam yang terlihat sangat mewah. Ia melihat foto testimoni para pembeli dan penilaiannya sangat baik. Kemeja yang difoto oleh para pembeli juga tidak beda jauh dengan yang ditampilkan oleh toko tersebut.

Sean akhirnya memutuskan untuk membeli kemeja itu. Kemeja itu ia beli dengan ukuran L karena ia merasa bahwa ukuran tersebut akan terlihat pas pada tubuh Justin yang kekar.

"Sean, senyam-senyum melulu deh." Suara Ferdy membuat Sean terkejut.

"Astaga, Kak. Bikin kaget aja ih," ucap Sean sambil mengelus dada.

"Mikirin apa sih?" tanya Ferdy. Ia duduk mendekat ke arah Sean.

"Ini Sean mau ketemu sama pacar Sean," balas Sean dengan senyum yang lebar.

"Eh iya, belum dilanjutin tadi. Jadi, nama pacar lu siapa?" tanya Ferdy.

"Namanya Justin, Kak."

"Wih, Justin. Fotonya ada gak, Sean? Lihat dong." Hugo tiba-tiba ikut bergabung ke dalam pembicaraan Ferdy dan Sean.

"Astaga, Kak Hugo bikin kaget aja ih! Btw, ini fotonya, Kak." Sean menunjukkan foto Justin yang paling 'hot' menurutnya.

"Eh lihat juga dong." Hans tiba-tiba datang setelah menguping pembicaraan mereka.

"Ya ampun. Sean, Hans, Hugo, Ferdy, kalian lagi ngapain sih? Kok bukannya kerja?" Pak Christopher terusik lagi dengan keributan yang dibuat oleh anggota timnya.

"Ini, Pak. Pacarnya Sean. Bapak mau lihat fotonya gak?" tanya Hans.

"Haduh, haduh. Mana sini." Pak Christopher ikut bergabung ke dalam pembicaraan mereka.

"Wih ganteng banget, Sean. Orang luar ya?" tanya Hans setelah melihat foto yang ditunjukkan oleh Sean.

"Iya, Sean. Lebih ganteng pacarmu daripada pacarku hahaha," balas Ferdy.

"Iya, dia kaya bule kan ya? Seksi-seksi gitu heheh," balas Sean yang diikuti dengan suara cekikikan anggota tim.

"Semoga langgeng ya, Sean," ucap Hugo.

"Iya, Sean. Semoga langgeng sampe punya baby hehe," ucap Hans.

"Sudah lihat foto pacarnya Sean kan?" tanya Pak Christopher.

Hening, tidak ada yang menjawab.

"Balik kerja," ucap Pak Christopher dengan ekspresi 'senyum yang memerintah'. Setelah Pak Christopher mengucapkan hal tersebut. Mereka semua kembali ke kursi dan meja masing-masing.

Sean menarik napas dan membuangnya dengan lega. Ia senang karena mereka tidak bertanya-tanya lebih dalam lagi mengenai pacarnya. Ia merasa malu untuk memberitahukan bahwa ia bertemu Justin lewat aplikasi Love Sign. Jadi, lebih baik ia sembunyikan saja hal tersebut daripada ia menjadi bahan ejekan anggota timnya.

NEXT CHAPTER: DISASTER

Antologi SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang