Part 1: The Ordinary Life Without Love In This House
tw: doemstic, verbal, and physical violance; harsh word; self harm; smoking
It's like how it used to be. So it's a normal day. Gitu aja kali ya balesnya. Anjing capek banget bangsat balesin satu-satu, ucap Kianu dalam hati setelah selesai menuangkan kata-kata terakhirnya untuk story instagramnya yang terakhir hari ini.
Trend NGL yang ada membuat Kianu tertarik untuk mengikutinya. Siapa yang tidak penasaran dengan apa yang orang lain katakan. Terutama saat kita bisa dengan anonim mengirimkan pesan kepada orang yang ingin kita tuju.
Beberapa jam yang lalu, Kianu sedang asyik membaca satu per satu pesan anonim yang muncul di aplikasi tersebut. Tidak ada pesan yang bernada ujaran kebencian padahal Kianu tahu bahwa dirinya merupakan pembuat onar di sekolahnya.
Mungkin, semua orang sudah jatuh cinta dengan pesona dingin dan 'bad boy'nya yang khas. Alhasil, semuanya kebanyakan menanyakan hal-hal berbau romantis yang Kianu jelas-jelas benci.
"Mas, rumahnya yang sebelah mana ya?" tanya lelaki tua yang duduk di kursi pengemudi.
"Rumahnya yang ujung pak, yang sebelah kiri warna abu-abu pagar putih," ucap Kianu mengarahkan pengemudi tersebut untuk sampai di depan rumahnya.
Kianu berada di dalam taksi online yang membawanya pulang dari tempat tongkrongannya di PIK 2 menuju rumahnya yang ada di Bekasi Timur.
Memang tidak waras kalau dipikir-pikir. Anak SMA yang baru pulang sekolah pergi ke tempat tongkrongan dengan menempuh perjalanan sejauh 63 km dengan menaiki taksi online. Sangat membuang waktu dan biaya.
"Oke, yang ini ya, Mas." Pengemudi itu memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Kianu.
"Iya, benar, Pak. Udah dibayar pakai transpay ya, Pak?" tanya Kianu memastikan biayanya sudah dibayar secara online.
"Siap benar, Mas. Terima kasih banyak ya, Mas," ucap Sang Pengemudi dengan ramah.
"Baik, terima kasih, Pak," ucap Kianu sambil membuka pintu untuk turun dari mobil.
Pukul 01.12
Dari luar, Kianu dapat melihat lampu ruang tamu yang masih menyala.
Suara perempuan dan laki-laki yang bernada tinggi dapat terdengar dari tempatnya berdiri, di depan pagar.
Saat Kianu ingin mengarahkan tangannya untuk memegang selot pagar, perasaan yang begitu berat serta hantaman yang muncul secara abstrak di dalam kepalanya membuatnya malas dan berat sekali untuk segera membuka pagar.
Ia pikir, pulang dini hari setelah bepergian sangat jauh dan segala biaya serta waktu yang ia kuras tidaklah segila apa yang harus ia alami di dalam bangunan yang ada di depannya.
Ralat, neraka yang ada di depan matanya.
Segera dengan perasaan gelisah dan lelah, ia membuka pintu pagar dan menguncinya kembali tanpa digembok.
"Pikir pakai otak." Suara laki-laki terdengar saat Kianu melepaskan simpul tali sepatunya.
"Eh tai! Gue udah mau mampus, lu masih bisa ngomong begitu. Kalau berani, lu langkahin mayat gue!" Dibalas dengan suara perempuan. Kianu menenteng tasnya kembali.
Kianu membuka pintu rumahnya. Di hadapannya tersajikan pemandangan 'biasa' yang menjadi makanan rutinnya.
Orang tuanya saling berargumen dan meneriaki nama satu sama lain. Mereka layaknya dua anjing yang menggong-gong demi menjadi si paling benar dan tak bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Seungmin
FanficKumpulan cerita dengan tokoh utama Seungmin serta pairingnya member Stray Kids. Kebanyakan isinya cerita BXB dengan genre yang beragam. Selamat membaca <3 Twitter @maimeejun