Christian yang Tak Kunjung Datang (1)

42 3 0
                                    

14.30-April 2022 

Hari itu, aku mendapatkan undangan dari salah satu teman SMA lewat Whatsapp. Ia mengatakan bahwa alumni kelas IPS 3 angkatan 24 akan mengadakan reuni. Kalau dihitung-hitung, memang hampir lima belas tahun kami tidak pernah bertemu. Reuni itu merupakan reuni ketiga kami.

Setelah mandi dan mengeringkan rambut, aku membuka lemari baju. Kuarahkan pandanganku ke kanan dan kiri sembari melihat baju manakah yang dapat kugunakan untuk pergi ke acara reuni. Setelah lama berpikir, akhirnya mataku tertuju pada celana panjang hitam, kemeja putih, serta jas hitam.

Namun, saat aku ingin menutup pintu lemari, mataku melihat sebuah pakaian yang memikat hatiku.

Ya ampun, baju ini ternyata masih ada, ucapku dalam hati.

Kuambil sebuah baju hangat lengan panjang berwarna biru gerau yang letaknya di pojok kanan. Kuraba serat-serat halus pakaian tersebut. Kurasa aku harus memakainya karena itu merupakan pemberian Chris saat ulang tahunku yang ke-18.

Aku jadi teringat padanya. Christian Eden, teman dekatku saat SMA. Kami lebah dan bunga yang selalu bersama dalam suka dan duka.

Chris merupakan orang yang baik. Ia mau berteman dengan diriku yang dapat dibilang memiliki latar belakang yang jauh berbeda dengannya. Ia sering mengajakku ke perpustakaan untuk membaca novel ataupun meminjam buku. Ia sering mengajakku bermain ke pasar malam. Selain itu, ia ada dan membantuku saat masa-masa tersulit dalam hidupku, terutama saat kepergian ibuku. Dapat dikatakan bahwa Chris merupakan teman terbaik yang pernah kukenali.

Namun, sayangnya lebah dan bunga harus berpisah. Chris memutuskan untuk pindah ke Australia setelah lulus SMA. Waktu itu, aku begitu terkejut mendengar kabar tersebut. Selain dirinya yang mau pindah, hal yang membuatku sedih adalah keterbatasan alat komunikasi. 

Pada waktu itu, telepon seluler bukan jadi kebutuhan orang-orang sehingga kami tidak memiliki nomor telepon satu sama lain. Bahkan, kuminta untuk berkirim surat secara manual saja dia tidak mau. Benar, Chris merupakan orang yang unik karena sifatnya yang sangat tertutup dan tidak mau mengikuti zaman. Kalau istilah anak zaman sekarang, Anti-FOMO. Namun, aku menghormati keputusannya.

Sampai sekarang, saat teknologi dan komunikasi makin mudah dan canggih, aku tetap belum bertemu dengannya. Meskipun diriku gagap teknologi, aku tetap berusaha mencari kontaknya yang dapat kuhubungi. Sayangnya meskipun anakku sudah membantu mencari-cari di Instagram, Facebook, dan media sosial lainnya, ia tetap tidak dapat kuhubungi. Saat aku tak sengaja melewati rumahnya yang dulu, diriku juga tak menemukannya, padahal aku berharap ia kembali ke Indonesia.

Jadi, tersisa foto dan baju hangat itu saja yang mengingatkanku padanya.

Saat reuni yang pertama dan kedua, ia tidak datang. Mungkin, reuni ketiga adalah jawaban dari rasa rinduku kepadanya.

"Pa, udah siap jalan?" tanya anak sulungku. Ia menghampiri diriku yang duduk di tepi ranjang.

"Iya, sebentar. Papa mau cari tas papa dulu," ucapku sambil membongkar isi laci.

"Tasnya di bawah, Pa. Semuanya udah Mama siapin. Yuk turun," ajaknya.

"Oalah bilang dong." Aku berjalan ke luar kamar mendahului anakku.

Di bawah terlihat istriku yang sudah menyiapkan tasku. Aku menghampirinya dan ia memberikan tas tersebut.

"Hati-hati ya, Mas," ucapnya. Lalu, ia mengecup pipi kananku.

"Iya, Ma," ucapku lalu membalas mencium pipi kirinya.

"Nanti biar Yoan yang jemput ya, Mas."

"Iya, Ma."

Antologi SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang