NGL (Never Gonna Lie) 2

111 5 0
                                    

Part 2: The Only One Who Sees My Tears

tw: mention of suicide, self harm, and domestic violance


"Ngapain lu?" tanya seorang lelaki yang mendatangi Kianu dari belakang.

"Lu ngapain di sini?" Kianu bertanya balik seakan-akan terkejut dengan kehadiran lelaki tersebut.

"Lu ngepost SG, pasti ada sesuatu kan," ucap Hwang Jeffery (a.k.a Hyunjin), teman SD, SMP, dan SMA Kianu. 

"Nothing happened to me," balas Kianu lalu mengisap rokoknya yang hampir habis.

"But something is happened to your significant others, isn't it?" ucap Jeffrey yang tidak dibalas lagi oleh Kianu. Keheningan itu Jefferey anggap sebagai 'Iya' dari Kianu.


Kianu mengisap sisa rokok yang terakhir, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah yang berada tidak jauh di sebelah kursi. 

Kianu memandang jalanan kosong yang ada di sebelah kirinya. Ia memandanginya begitu lama, tidak mengarahkan kepalanya untuk melihat orang yang ada di sebelah kanannya. 

"Everything in this world happens without us knowing about what are we gonna or have to do in the future. Gue rasa lu juga udah capek dengan apa yang gue akan bilang. Intinya, if everything happens, please tell me. I'll always be your glass to keep your water and never gonna spill any drops from it like how we used to be since we're a kids right?" Jefferey meletakkan telapak tangannya pada punggung Kianu. Dirasakannya bahwa tubuh temannya sedikit bergerak naik dan turun dengan tempo lambat.

Kianu terdiam dan tidak membalas perkataan Jefferey. 

"dan, kalau lu mau bersuara juga gpp kok. Lu boleh nangis sekenceng mungkin, mau teriak-teriak juga gpp." Jefferey sudah mengetahui kebiasaan Kianu yang akan menangis dengan memalingkan wajah dan tanpa mengeluarkan suara.

 Hanya anggukan kepala pelan yang menjadi jawaban perkataan Jefferey.

Jefferey kini mengusap punggung Kianu dengan lembut. Setiap ia mengusap punggung temannya itu, ia seakan-akan merasakan bahwa begitu kerasnya hidup yang dialami oleh temannya. Punggung yang menanggung semua luka yang tak pernah terucapkan.

Kianu kemudian menatap Jefferey. Begitu pun Jefferey menatap mata Kianu yang memerah. Air mata keluar begitu derasnya membasahi pipinya. Jefferey merasakan sakit di dalam lubuk hatinya.

Yang membuat Jefferey semakin sakit adalah Kianu yang masih bisa tersenyum dengan air mata yang mengalir melewati dua sudut bibirnya.

Ia tidak tahan. Alhasil Jefferey segera mendekatkan badannya kepada Kianu dan memeluknya dengan erat. Punggungnya ia usap berkali-kali.

Alhasil, pelukan tersebut membuat Kianu mengeluarkan suara tangisannya. 

Tak peduli apabila bajunya basah oleh air mata Kianu, ia lebih bahagia dan bersyukur apabila Kianu dapat mengekspresikan semua hal yang ia rasakan.

"Gue capek keluar rumah tiap hari. Gue capek nongkrong tiap hari. Gue capek ke klub, mabok tiap hari. Gue capek karena gue gak bisa ngutarain isi hati gue. Gue capek karena harus nahan dan gak bisa ngeluarin air mata gue."

Jefferey mengelus tengkuk Kianu dengan pelan.

"Gue capek harus pura-pura di depan semua orang yang gue temuin. Gue capek diem. Gue capek di rumah ataupun di luar rumah. Gue capek lihat ortu gue berantem karena hal yang seharusnya gak mungkin jadi alasan mereka berantem."

Jefferey menggerakan badannya ke kanan dan kiri dengan pelan masih sambil memeluk Kianu.

"Sebenarnya, sia-sia gue berusaha supaya mereka gak cerai. Gak ada gunanya gue tingal di rumah. Tapi, g-gue gak mau pergi dari rumah, gue masih sayang keluarga gue, tapi semua hal yang ada di rumah terlalu memaksa gue untuk pergi keluar, menjauh, bahkan hilang aja dari dunia ini. Gue udah capek hidup begini."

Antologi SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang