0

3 2 0
                                    

Risha melajukan kakinya secepat mungkin. Peluh sebiji meluncur bebas melalu dahinya, rambutnya yang hanya ia sisir, semakin kusut plus lepek karena keringatnya.

Permasalahannya adalah ia terlambat. Ini memang bukan hari senin melainkan hari rabu. Sialnya ada satu acara rutin yang digawangi oleh osis sekolahnya, jika tidak mengikutinya hukuman plus catatan merah akan ditulis di buku kedisiplinannya.

Permasalahan lainnya, Risha sangat menjaga catatan pada buku rapotnya. Nilainya, juga catatan kepribadiannya, Risha usahakan untuk mendapat A atau B+ minimalnya.

Namun ternyata nasib baik tidak mendekat kearah Risha. Masalah yang tadinya hanya angan semata kini menjadi kenyataan, tepat saat seorang siswa beratribut lengkap berjalan kearahnya dengan penuh wibawa. Buku besar yang lelaki itu bawa disodorkan kearahnya.

"tulis nama dan asal kelas." perintah cowok itu dengan wajah datarnya.
Risha meringgis pasrah menerimanya. Yang didepannya ini adalah ketua osis SMA nya, bagaimana tidak aura dominasinya membuat suasana lebih mencekam baginya.

"Firly!"

Kak Firly. Risha merapal nama kakak osis didepannya berbarengan dengan seorang lainnya-cowok- yang juga menyebut nama si ketua osis. Dari suaranya, Risha serasa familiar. Suara yang sama yang pasti ia dengar setidaknya dua kali dalam seminggu, saat pulang sekolah-saat jadwal ekstrakulikuler yang diikutinya berjalan.

"loh Risha. Kamu terlambat?"

Risha meringis malu. "iya kak Bayu."

Bayu-cowok yang menghampiri keduanya dengan kelengkapan atribut seragam yang sama dengan Risha- adalah ketua ekskul PMR, sekaligus teman kak Firly setahu Risha.

"kemarin pulang jam berapa?"

"Jam sebelas malam nyampe rumah, kak."

"loh kok?"

Baru Risha akan menjelaskan yang mana juga alasannya terlambat saat ini, kak Firly dengan sukarela memotong sesi pembicaraan antara senior ekstrakulikuler dengan juniornya-Bayu dan Risha.

"langsung masuk pasukan kelas kamu. Nanti istirahat dan selesai jam pulang datang ke perpustakaan buat rapihin buku dan bersih-bersih disana."

Untuk ketiga kalinya-Risha meringis, menggangguk menyanggupi. Selain catatan merah yang akan ada dibuku kedisiplinannya, hukuman yang ia dapatkan ternyata tidak terlalu memberatkan. Dibanding mengpel koridor sekolah atau menyikat toilet siswi perempuan, jelas merapihkan perpustakaan adalah pilihan paling baik. Apalagi jika teman sepernasibannya-siswa yang terlambat banyak. Jelas itu sangat memudahkannya.

Dalam langkahnya, sayup-sayup Risha mendengar pembicaraan singkat kedua kakak kelasnya itu.

"Fir, bukannya yang telat itu baru dua orang, ya?"

Risha melotot mendengarnya.

"literasi masih ada lima menit lagi. Kita lihat siapa yang telat lagi...."

Kalau begitu itu tidak lagi jadi kabar-sedikit-menyenangkan untuknya. Merapihkan ratusan buku, apalagi setelah jam literasi yang biasanya akan sangat berantakan karena siswa yang meminjam menyimpan asal.

Menghela nafas lelah, ya ini bukan hari baiknya.

###

"yang tadi junior, lo?"

"hooh. Kayaknya dia telat gegara pertemuan PMR. Di rundown acaranya nginep, tapi gue dapat telpon acaranya dijadiin satu hari doang. Udah jadwal terakhir, langsung di pulangin. Lo bisa ngasih keringanan sama Risha?"

"maksudnya?"

"ya gue gak enak aja sama dia. Dia terlambat gegara gantiin gue. Apalagi temen telatnya si Rudi. Tahu sendirikan tabiat preman yang satu itu?"

Firly mengendikkan bahunya, acuh. "kita lihat nanti aja."





RishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang