5

1 1 0
                                    

Risha kira hidupnya akan berubah setelah kejadian itu. Tetapi ternyata tidak. Hidupnya tetap berjalan monoton seperti biasanya.

Sore itu Risha-terpaksa mengiyakan, menerima ajakan pacaran dari Firly. Diikuti berbagai kesepakatan yang baik Risha sendiri maupun Firly sama-sama mengajukannya.

Kecuali orang tua Firly yang dimaksudkan, hubungan mereka tidak perlu diketahui siapapun. Tetap bertingkah selayaknya senior dan junior yang hanya sebatas mengenal nama. Tidak perlu bertegur sapa, apalagi tukar bercanda tawa selayaknya pasangan kekasih yang baru merajut kasih.

Risha tak ingin hidupnya yang tentram berubah rancu hanya karena statusnya sebagai pacar-settingan- ketua osis disekolah mereka.

Lagipula tujuan hubungan ini ada, hanya untuk menyelamatkan Firly dari jadwal kencan yang sudah diatur oleh bundanya.

Risha paham itu. Ia mengerti jika hadirnya diperlukan untuk didepan keluarga Firly saja. Selebihnya ia tetaplah seorang gadis yang berambisius akan mimpi-mimpinya dimasa depan.

Namun kenapa rasanya aneh. Seperti ada yang janggal setiap Firly hanya berlalu didepannya, tanpa memandangnya. Padahal biasanya juga seperti itu.

Kini seperti ada radar khusus akan keberadaan laki-laki itu. Jikapun ia ada dibelakangnya, Risha akan refleks menoleh lalu menantikan pacarnya itu meski sekedar untuk bertukar pandang saja.

Risha tak suka. Itu membuatnya tidak fokus setiap detiknya.

"Risha.."

Gadis itu menoleh, mendapati Noval-teman sekelas sekaligus ketua di kelasnya, sudah berdiri didepan mejanya.

"antar ambil tugas sejarah, yuk."

Inginnya menolak, tapi mengingat bahwa ia adalah wakil dari temannya ini, Risha menyetujuinya. Mereka pergi setelah Risha pamit sekilas pada Dian yang sibuk menggosip dengan teman dibelakang mejanya.

Dalam perjalanan mereka, keduanya acap kali mengobrol diiringi tawa geli. Risha akui, dibanding cowo-cowo yang menjadi teman sekelasnya, Noval lah yang paling dekat dengannya. Anaknya humble, asik. Risha yang sedikit pasif bersosialisai terbantu banyak oleh Noval. Lainnya, anak itu pintar. Risha sensiri suka meminta bantuan akan ptugas yang tidak dimengerti olehnya kepada lelaki itu, pun sebaliknya. Dan yang membuatnya lebih bersinar adalah, kabar burung yang seantero murid, guru bahkan sampai pekerja disekolah merekapun tahu, Noval lah yang akan menggantikan Firly pada periode mendatang.

Ruang guru yang akan mereka tuju itu berada disebrang lapangan utama. Berederet dengan ruang perpustakaan, uks sekaligus markas ekstakurikuler pmr juga ruang Tata Usaha. Dibanding bergedung tinggi, sekolah mereka terbilang luas. Lapangan utama sebagai pusat jika digambar, lalu arah utara adalah ruang guru yang mereka tuju beserta kawan-kawannya. Sisanya adalah ruang kelas, laboratorium, ruang olajrag indoor juga ruang osis dan tentunya toilet.

"Risha!"

Yang dipanggil menoleh, mendapati senior ekstrakurikulernya-Bayu dari arah belakang.
"berdua aja, mau kemana?" tanya lelaki itu, namun Noval yang menjawab.

"ke TU bang, ngambil tugas dari pak Imam."

Bayu mengangguk pelan. "ngambil tugas doang kan, gue pinjem Risha nya bentar boleh kali."

"Hahaha.. Dikata si Risha pensil. Asal jangan diilangin aja."

"kalo dilanjutin lo pasti ngegembel. Kuy, Sha ikut gue dulu."

Risha yang memang sudah paham hubungan baik kedua lelaki itu ikut terkekeh pelan. Langkahnya mengekor masuk kedalam ruang dengan aroma antiseptik yang khas yang ada disisi sana. Well, sebenarnya mereka berhenti tepat didepan ruang kesehatan.

Risha membola saat kedua matanya menatap sosok yang sedikit dinantikannya duduk anteng di bangku penjaga. Hawa damainya berangsur menghilang selepas merasakan dingin dari tatap datar itu.
Namun seperti biasa, wajah itu kembali melengos seakan diantara mereka tidak ada apa-apanya.

Tapi.., mereka memang tidak ada apa-apanya, kan?

"Sha, siapa nama temen Pluto lo."

Untungnya ada Bayu. Orang itu berlagak seperti biasa-karena memang tidak tahu apapun. Dan itu dapat mengalihkan perhatian Risha dari rasa gugupnya. Meski sedikit.

"Mars, Kak."

"nah, bener itu bocah. Lo sama dia-terserah kapan minta stok obat ke puskes sama apotek ya. Ini proposal pengajuannya." Risha menerima beberapa map bayu berikan.

"paling lambat kapan kak?" tanya Risha untuk lebih jelas.

"kalo obat umum semacam pereda nyeri atau obat sakit kepala masih ada sih. Tapi obat alergi, terus juga kayak tabung oksigen habis. Takutnya senin depan hectic banyak yang tumbang." Risha mengangguk paham.

"udah kak?" seacuh apapun Risha mengabaikan eksistensi yang satunya, nyatanya ia tetap tidak kuat. Berkali-kali saat mendengar ucapan Bayu, ia dengan sadar melirik takut-takut pada pemuda yang sibuk dengan ponselnya.

"lo tahu kan pmr sebelah ngadain acara dan ngundang perwakilan se korwil buat datang kesana?" Risha mengangguk. Ia tahu betul karena ia adalah perwakilan angkatannya untuk bergabung dengan forum ke-PMR an sekota mereka.

"lo bakal datang?" tanya Bayu sambil mengularkan amplop putih dengan rekat yang sudah dibuka.

"nggak tahu kak. Sabtu kan acaranya?" Bayu membenarkan.
"males kak. Weekend sering mager. Emang kenapa gitu?"

Bayu mencebik bibirnya, mengejek. "cewe kok mageran." yang dibalas dengan kekehan malu dari Risha.

"tadinya gue mau ajak lo"
"emang ka Hanum kemana kak?"

"Sama kayak lo, mageran juga."

Ceklek

"permisi Bang, Rishanya udah belum?" Noval menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Matanya mengabsen kedua orang itu, sampai menemuka mahluk lain yang juga ada disana.

"Eh ada Kak Firly juga. Siang kak.

Firly mengangguk sekilas lalu kembali pada ponselnya.

"pak Imannya ada, Val?" Noval mengangguk dan tak lama keduanya pamit pergi.

"makasih ya Sha."

###

"Firly." tidak ada jawaban, tapi Bayu tahu kalau temannya itu mendengarkannya.

"coba kurangin deh aura dingin lo. Si Risha sampe ketakutan gitu pas tahu ada lo."

Bayu menyadari gelagat Risha yang menutupi rasa tak nyamannya. Namun ia tak tahu betul alasan Risha bersikap demikian, yang mana itu tidak sesederhana presepsinya.

Pun dengan Firly, ia tahu kalau gadis yang menjabt sebagai kekasihnya itu sering mencuri lirik padanya. Tidak hanya tadi, tapi juga sebelum-sebelum dan sebelumnya.

Namun Firly menghiraukannya. Seperti ucapannya, merek akan berpacaran didepan orang tuanya saja-terkhusus ibunya. Selain itu, mereka hanya orang asing yang mengenal sebatas nama.

Interaksi Risha dengan Bayu dan juniornya-Noval tadi sedikit mengganggu kinerja otaknya.

Well, ia kepikiran saat Risha yang jelas terlihat tak nyaman bersamanya dapat tertawa renyah dengan dua orang tadi. Juga yang lainnya.

Benarkan ia semenakutkan itu?

Tak ingin kepikiran lebih jauh, Firly memutuskan sesuatu untuk mencari tahu.





































To: Risha Xi.a 1
Tunggu Gw pulsek nnt.

Send

RishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang