2

0 1 0
                                    

Risha kira, minggu ini adalah minggu paling apesnya. Bagaimana tidak, ia kira Rabu kemarin adalah pertama dan terakhirnya ia terlambat. Tapi ternyata, hari ini ia kembali mengulangi kesalahan yang menurutnya sendiri sangat fatal.

Risha hanya mampu menggigit bibirnya saat didepannya, berdiri lagi si ketua osis yang menatapnya cemooh.

"jadi, apalagi alasanmu terlambat hari ini?"

Risha tidak bisa menjawab bahwa ia lupa menyetting alarm via handphonenya tadi malam, di tambah jam beckernya rusak dan ibunya pergi entah kemana.

Pun gadis itu tak menampik bahwa tidurnya tadi malam terlampau nyenyak. Kebiasaannya saat weekend mengistirahatkan segala aktivitas akademiknya di sekolah. Tapi Risha, hari ini adalah hari sabtu.

Dimana sabtu untuk sekolah lain adalah tambahan libur, sedang disekolahnya digunakan full untuk kegiatan esktrakurikuler. Paitnya, ia terlambat.

"ikut saya."

Risha menurut mengekori langkah Firly yang memisahkan diri dari siswa-siswa terlambat lainnya. Mengernyit heran saat ruangan yang dimasukinya adalah ruang khusus rapat osis yang disediakan oleh pihak sekolahnya.

Ruang seluas kelasnya belajar dengan fasilitas berbeda itu sepi. Namun Risha terlampau takut bahkan sekedar untuk meneguk salivanya. Lelaki yang berdiri di hadapannya ini sukses membisukan suaranya, terlebih ia juga sukses membekukan suasana diantara mereka.
Dan Risha merasa takut.

"Risha Rahmawati," Risha sontak mendongak saat nama lengkapnya diucapkan.
"-kelas 11 Mipa 1." kepalanya meneleng saat melihat seniornya itu mengangguk-anggukan kepalanya yang menuduk, membaca data siswa yang berada ditangannya.

"dengar ini." tiba-tiba suara Firly berubah. Jauh lebih berat dan datar dari yang pernah Risha dengar. Tersirat ketegasan seakan bermakna untuk Risha dengan serius memasang kedua rungunya. Seakan pembicaraan kali ini, mengenai hidup dan matinya Risha di sekolah ini.

Entah mendapat keberanian dari mana, Risha tetap memasang raut bingungnya saat mata tajam itu menatap lurus kearahnya. Bola matanya yang hitam gelap seperti menguarkan aura dominasinya terhadap Risha, memaksanya untuk tunduk sekaligus menyelami gelap disana.

Huft.

"lo boleh anggap gue brengesek, bajingan atau osis yang menyalah gunakan kekuasaanya dengan situasi lo saat ini. Terserah, bebas. Tapi.. Gue butuh bantuan lo,"

Sejak kapan seorang Firly dengan segala wibawanya berucap informal kepadanya yang-notabene adik kelas, junior dan orang terlambat yang harus menjalankan hukumannya- jelas tidak akrab dengannya.

"dan cuman lo yang bisa bantuin gue."
Bentuk perempatan pada dahinya semakin jelas. Memang apa yang akan ia lakukan?

"jadi pacar gue."

Rasanya dunia berhenti untuk beberapa saat, rotasinya terhenti-balik menjungkirkan Risha yang terkejut. Kakinya seakan tak menapak, dan ia kesulitan mengais udara membuat dadanya engap.

Berlebihan? Tidak untuknya.

Untuk seorang Risha yang cukup susah dekat dengan temannya, dan kini ia mendengar pernyataan cinta langsung dari seorang yang bahkan tidak pernah berbicara barang satu kata dengannya.

Terlebih Firly adalah sosok fenomenal disekolahnya, karena posisinya sebagai presiden siswa se-sekolahnya, juga masalah percintaanya yang terumbar beberapa bulan yang lalu.

Tunggu, ini pernyataan cinta kan?

"atau kalau lo keberatan, lo boleh anggap ini hukuman lo karena telat."

Jelas bukan, Risha.

###

Pada sudut lelaki itu, ia dapat melihat bahwa juniornya dengan nyata memasang wajah campur aduknya.

Antara terkejut, heran dan tak percaya. Entah mana yang lebih dominan.

Firly tak peduli.

Yang penting hari-harinya aman dari ocehan ibunya akan tradisi turun temurun di keluarganya.

Persetan!

Ia muak dengan itu.


























+++

Swipe up wan kawans🤗

RishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang