JOURNEY
"Hou Fa Sheng Bha Liu Shei Fanhg Se yi" seseorang pun mematikan televisi.
"Huh, kenapa selalu saja pengiklan agama harus di televisi" kata Chen, yaitu ibu dari mei.
"Yah mau bagaimana lagi, mungkin mereka tidak punya nyali, atau tidak ada yang ingin bergabung, mungkin"
Kata Zhang, yaitu ayah Mei. Mereka berdua membincangkan itu terus sampai lupa anaknya yang sendirian bermain di kamarnya. Tiba-tiba mei berteriak, "Hou Fa Sheng Bha Liu Shei Fanhg Se yi" kata Mei mengulang-ngulang kata yang sama. Chen dan Zhang panik, saat masuk mereka masuk kekamar Mei, terlihat Mei yang sedang melayang diudara dengan mata yang berwarna hitam pekat, tubuhnya terlihat memanjang seperti ditarik dan air mata keluar dari matanya, dan kata-terakhir Mei sebelum pulih dari kerasukan itu adalah " WU LO BA' YUE FAA", dan lalu Jatuhlah Mei dan tak sadarkan diri.Mereka menidurkan Mei diatas kasurnya dan memikirkan kejadian itu terus.
"Bagaimana.. bagaimana itu bisa terjadi? Apakah kita melakukan sebuah kesalahan" kata chen takut bercamput khawatir
"Tidak Chen, aku yakin kita tidak berbuat apa-apa!"
"Tunggu, apa kau ingat sesuatu!?" Kata Chen dengan nada seperti menemukan sebuah jawaban ke zhang.
"Apa chen?"
"Kau ingat waktu iklan agama di televisi tadi? Bukankah dia juga menyebutkan hal yang sama? Hou, hou apa?"
"Hou fa sheng bha liu shei fanhg se yi." Ucap zhang ke chen
"Nah itu dia! Apakah.. apakah ini ada hubungannya dengan kejadian tadi? Apakah ini pertanda bahwa agama itu agama yang sesat dan bisa mencelakakan orang lain dengan menonton-"
"Diam Chen. Kita tak bisa menuduh seperti itu, apalagi Agama adalah hal spiritual, kita berfikir yang baik saja, kemungkinan kita harus mengunjungi mereka. Kebetulan mereka tidak beda pulau dengan kita, kita bisa mengunjungi mereka!" Kata Zhang menjelaskan ke Chen yang panik.
"Mungkin, mungkin, besok kita akan pergi, dan semoga mereka bisa membantu.."
Dan berakhirlah malam panjang itu. Dimalam harinya Chen terbangunkan dengan suara itu lagi, kata kata yang diucapkan berulang-ulang oleh Mei. Chen melihat sampingnya dan ternyata suaminya, Zhang, sudah tidak ada. Chen berfikir positif bahwa Zhang sedang mencari tau arti dari kata-kata itu, makanya ia bangun tengah malam dan mengucapkannya berkali-kali. Namun apa boleh buat, chen terlalu penasaran dan akhirnya bangun dari sana, ia pun keluar dari kamar dan mengikuti alunan suara, ternyata itu dari luar. Saat ia membuka pintu, betapa terkejutnya ia, ternyata diluar terdapat banyak sekali orang yang menggantung diri di sebuah pohon, langit-langit tiba tiba menjadi berwarna merah darah, kata-kata itu semakin kuat dan kuat, chen tak bisa lagi menahannya dan berteriak.
Akhirnya chen bangun, dan itu semua hanyalah mimpi, chen melihat sekitar dan ternyata sudah pagi dan aman-aman saja. Ia bergegas bangun dan melihat keluar kamar. Terlihat Zhang dan Mei yang sedang bersiap siap untuk pergi kesana, zhang pun menyapa chen yang baru bangun.
"Hai chen, tadi subuh kau berperilaku aneh""Aku mengalami mimpi yang aneh.. maaf" kata chen menjelaskan
"Mimpi apa?"
"Aku tidak ingin memberi tau." Kata chen mau menyembunyikan mimpi itu dari zhang dan anaknya. Akhirnya zhang hanya meng-iyakan dan mereka bersiap-siap untuk pergi kesana. Barang barang, makanan dan juga usng sudah siap, sekarsng saatnya mereka pergi kesana. Mereka memasuki mobil dan pergi bersama, melewati hutan, jalanan yang rusak, hewan yang melintas, semuanya mereka alami! Seperti alam sangat melarang mereka untuk kesana. Dimanakah disana? Itu adalah, desa Wei. Mereka sebenarnya sudah pindah lama sekali dari sana, karena perekonomian desa yang sulit. Namun akhirnya mereka terpaksa kembali karena anaknya itu.
Sampailah mereka akhirnya ke desa wei, disana ada sebuah penginapan, maksudku, satu-satunya penginapan. Zhang, Chen dan anaknya menyewa kamar disana, kamarnya terlihat kotor dan disuatu laci dekat dengan kamar tidur, terlihat ads kertas surat yang sekali lagi bertuliskan "Hou Fa Sheng Bha Liu Shei Fanhg Se yi". Zhang agak muak dengan kata-kata itu yang sering kali muncul. Merekapun lalu berfikir untuk melanjutkan perjalan di esok hari saja, malam sudsh tiba, mereka memakan daging yang dibeli oleh chen tadi sore dipasar. Chen bercerita bahwa banyak sekali orang yang senang karena kedatangan chen kembali, namun anehnya, mereka meminta chen untuk memasuki agama mereka lagi.
"Sungguh tak bisa diterima, apa-apaan itu, apakah aku harus disambut seperti itu!? Ini tidak wajar zhang"
"Iya, aku tau. Tolonglah, kita berfikir positif saja, lagi pula disini kita bisa bernostalgia sedikit, kan?" Kata zhang menenangkan emosi chen akibat para warga-warga.
"Sudahlah, mari kita tidur saja chen, Mei! Ayo kita tidur"
"Baik papa!" Kata mei dan lalu pergi kedekat ayahnya.
Merekapun menuju ke kamar di penginapan dan tidur bertiga. Namun pada malam itu, tepat jam 11, zhang terbangun. Kehausannya membuatnya tidak bisa kembali tidur dan mengambil segelas air. Saat ia pergi kedapur untuk mengambil air dari keran, ia mendengar di dekat jendela dapur ada orang yang bernyanyi dan memainkan alat music, seperti drum, gong dan suling. Zhang pun mengintip dari jendela dan melihat segerombolan warga(?) sedang berjalan ke arah pegunungan dengan membawa kotak mayat yang digotong oleh 6 warga(?). Zhang merasa kepo, tapi apa boleh buat, dia tidak boleh sama sekali ikut campur masalah ini, akhirnya ia meminum gelas berisi air itu dan kembali kekamar untuk tidur.
Malam hari pun sudah selesai, matahari kembali terbit. Chen bangun paling awal, jam 5 pagi. Ia pun mrmbangunkan Zhang dan Mei. Hari itu sangat berembun, jadi susah untuk melihat sekitar, tetapi mereka tetap memaksa untuk melanjutkan perjalanan mereka ke kuil. Kuil itu dinamakan kuil Chungdu. Diperjalanan kabut yang menutupi membuat zhang yang menyetir hanya bisa melihat ke jalanan, kiri dan kanannya dipenuhi dengan embun yang membuatnya tak bisa melihat apa-apa. Zhang melihat ada tanda panah yang mengarah kedepan, dengan tulisan "kuil chungdu".
Zhang senang mengira mereka dudah dekat dengan kuilnya. Ia pun maju lagi, sekitar 2 menitan berjalan hanya kedepan, tidak ada belokan sama sekali, zhang melihat tanda panah lagi yang berisi pesan sama, "kuil chungdu". Menurut zhang ini sedikit aneh, namun ia tetap melanjutkan perjalanannya. 2 menit berlalu lagi dan zhang melihat lagi dan lagi tanda panah yang sama. Karena curiga, zhang berkata kepada mei dan chen untuk menunggu dimobil, sedangkan dia akan melihat lebih lanjut di tanda panah tersebut.
Zhang keluar dari mobil dan mendekati panah tersebut, ia melihat ada sebuah kertas tertempel dibalik tanda panah tersebut, dan itu adalahSebuah potongan kertas yang difikirkan oleh Zhang tidak berarti apa-apa.
Namun Zhang ingin menyimpannya tanpa alasan. Ia memasukkan kertas itu kesakunya dan kembali ke mobil."Apa yang kau temukan?" Kata Chen melihat ke Zhang yang sedari tadi terlihat memengangi saku celananya.
"Oh, bukan apa-apa, mari melanjutkan perjalanan"
End of part 1
KAMU SEDANG MEMBACA
Mestroch Multiverse.
Randommenceritakan semua kejadian yang terjadi di mestroch, senang, duka, amarah, kebingungan, semuanya ada