14. Ketahuan

129 29 17
                                    

Soonyoung telah mengantarkan ibu Jihoon sampai ke tempat tinggal anaknya. Namun, sudah sekitar satu menit mereka mengetuk pintu tersebut dan belum ada jawaban dari dalam. Soonyoung pun menawarkan diri untuk membuka kunci pintu tersebut.

Dia mengetahui password-nya karena Jihoon sendiri yang memberi tahu. Mereka sudah berteman cukup lama. Jadi, tidak ada yang dirahasiakan untuk hal sederhana itu.

Saat pintu telah terbuka, Soonyoung mempersilakan ibu Jihoon untuk masuk terlebih dahulu. Rumah tersebut pun terdeteksi kosong. "Haruskah aku meneleponnya?" Soonyoung bicara sendiri sambil memainkan ponselnya.

Dia mencari kontak Jihoon dan membuat panggilan langsung. Namun, saat nada sambung terdengar, panggilannya berbunyi di ruangan itu. Kerutan menghiasi kening Soonyoung. Dia menjauhkan ponselnya dan memasang telinga lebih peka pada nada dering yang bernyanyi itu.

Soonyoung berjalan menghampiri meja Jihoon. Setelah menemukan ponsel yang berbunyi, pria itu pun mematikan panggilan sia-sianya. Dia menyeringai. "Bisa-bisanya kali ini tidak dibawa. Padahal handphone ini tidak pernah tertinggal."

Kepala Soonyoung segera teralih saat ibu Jihoon tiba-tiba memekik. Wanita itu tergesa-gesa menghampirinya dengan wajah kalut. Tangannya juga membawa kain yang terlihat seperti pakaian. "Soonyoung-ah! Kau pernah melihat wanita yang dekat dengan Jihoon?"

"Sejujurnya aku tidak tahu tentang wanita yang sedang dekat dengannya," jawab Soonyoung dengan santai.

Ibu Jihoon pun menyerahkan pakaian itu padanya. Mata Soonyoung membelalak setelah menerima baju tersebut. Pakaian wanita! Soonyoung sangat terkejut.

"Di kamar Jihoon, ada satu lemari kecil yang penuh dengan pakaian wanita."

Soonyoung diam dalam keterkejutan. Matanya berkedip beberapa kali untuk mencerna kejadian di luar prediksinya itu. "Aku tidak tahu jika keadaannya seserius ini."

♡♡♡

Jihoon sedikit lega karena Soo Ah sudah ceria kembali. Dirinya beruntung karena suasana hati gadis itu selalu cepat berubah. Jika tidak, dia akan sangat bingung menangani Soo Ah yang tiba-tiba menangis tadi.

Dia sendiri juga masih terkejut. Jihoon merasa tidak melakukan apa pun. Dia tidak menyakiti Soo Ah secara fisik ataupun ucapan. Namun, tiba-tiba saja air mata gadis itu menetes. Dia yang tidak mengerti pun hanya refleks memeluk Soo Ah dengan terus meminta maaf atas kesalahan yang belum diketahui.

Pria itu memijat keningnya sambil mendengkus keras. Ada saja kejadian yang aneh, batin Jihoon.

Dia mulai sedikit lelah secara mental. Libur kerja justru membuat tubuhnya makin menderita. Terlebih karena sekarang dirinya sedang berada di tengah kerumunan hanya untuk menemani Soo Ah memandangi tulip-tulip ini. 

Mata Jihoon melirik Soo Ah yang tengah tersenyum memegangi tanaman tidak berjiwa itu. Tidak lama kemudian, bibirnya ikut tertarik secara tidak sadar. Setidaknya gadis ini sudah tersenyum lagi. Ini lebih baik daripada harus melihatnya menangis. Pendapat batin Jihoon.

Meski sebenarnya, hari ini Jihoon berniat mengulik isi pikiran Soo Ah. Sudah lama dia ingin mencari tahu sesuatu yang belum tergenggam olehnya itu. Mereka sudah tinggal berdua selama kurang dari dua bulan, tetapi Jihoon masih tidak tahu banyak hal tentang pribadi asli gadis itu.

Dia berencana memulainya hari ini, tetapi ... sepertinya harus diurung kembali. Saat ini dia terlalu menikmati keindahan yang ada di bawahnya itu. Senyum yang selalu bisa membuat batinnya gundah.

Bruk!

Lamunan Jihoon mendadak kabur saat ada seseorang menabrak kakinya. Jihoon terperanjat dan mundur cukup jauh dari orang tersebut. Dia juga meninggalkan Soo Ah yang masih berjongkok hingga membuat gadis itu terkejut dengan reaksi berlebihannya setelah ditabrak anak kecil.

S.O.S [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang