18. Kim Minhee

132 30 29
                                    

Belum apa-apa, Jihoon sudah menggeram saat memasuki ruang kerjanya. Pintu yang biasa selalu terbuka, kali ini ingin dia tutup. Setelah menemukan privasi, dia mendengkus lebih kencang.

"Apa seaneh itu aku datang siang?!" ketusnya pada ruangan yang tidak bisa menjawab. Dia terlampau kesal dengan pandangan orang-orang kantor yang melihatnya dengan tatapan aneh.

Jika diperhatikan seperti itu kan, aku sendiri yang takut. Dengkusan Jihoon berubah jadi helaan napas. Dia mendekati kursi dan menjatuhkan tubuh di sana.

Semua berkas yang sudah menumpuk, dia pindahkan terlebih dahulu agar tidak memenuhi meja. Tidak langsung bekerja, tangan Jihoon justru berlalu merogoh saku celananya untuk mengambil selembar catatan kecil. Dia membaca nama itu sekali lagi dan melafalkannya, "Kim Minhee?"

Jihoon tidak tahu harus memulai dari mana? Dia tidak dekat dengan banyak orang. Sekalinya ada yang kenal, dia juga hanya mengetahui marganya. Jihoon sangat jarang memanggil seseorang yang belum dikenal dekat dengan namanya.

Kepalanya berpikir cukup keras sampai dia teringat pada seseorang. Mungkinkah Kim Imo bernama Minhee? Dengan segera Jihoon meraih ponselnya untuk mencari kontak yang dia beri nama 'Kim Imo'. Seorang bibi pembersih yang selalu dia percaya untuk membersihkan rumahnya.

Panggilannya sudah tersambung. Namun, karena terlalu lama dibiarkan, teleponnya terputus sendiri. Sepertinya imo sedang sibuk. Pikir Jihoon.

Dia kembali menghela napas sambil meletakkan ponselnya sembarangan. Sebenarnya Jihoon belum bisa tenang. Di dalam dirinya, ada rasa ingin mencari keberadaan ibu Soo Ah secepatnya. Namun, dia tetap harus bersikap profesional untuk menyelesaikan semua pekerjaannya terlebih dahulu.

Napasnya terus mengembus kasar. Sudahlah! Ayo kita selesaikan ini dulu segera agar Soo Ah tidak menunggunya pulang, batinnya.

Dia membuang semua pikiran yang ada di luar dan mulai serius mengerjakan pekerjaannya. Namun, saat telepon berbunyi, fokus Jihoon cepat teralih. Tangannya pun refleks menggeser tombol hijau dan mengangkat panggilan tersebut.

"Yeoboseyo!"

"Jihoon-ah, ada apa menelepon? Tadi imo sedang kerja, jadi tidak melihat panggilan darimu. Kau butuh bantuan bersih-bersih?" jelas Kim Imo di seberang sana.

"Tidak, Imo. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu." Jihoon menyandarkan punggungnya agar tidak tegang. Setelah Kim Imo mempersilakan, dia kembali berkata, "Apa nama Imo adalah Kim Minhee?"

Tidak butuh waktu lama untuk Jihoon mendapatkan jawabannya. "Ne." Suara Kim Imo mengalun panjang.

Jantung Jihoon mulai menggebu. "Apa Imo pernah melihat ada wanita yang masih agak muda masuk ke rumahku sebelum aku pulang dinas kemarin?"

Ada gumaman seperti tengah berpikir di seberang sana. Jihoon sedikit tidak sabar saat menunggu jawaban dari Kim Imo. Namun ....

"Aku tidak melihat siapa pun di rumahmu. Rumahmu kosong seperti biasa," jawab Kim Imo.

Itu bukan jawaban yang diinginkannya. Mata Jihoon pun terpejam sejenak. Padahal dia mengira sudah menemukan orang yang tepat.

"Kenapa menanyakannya?" Karena Jihoon tiba-tiba diam, Kim Imo bertanya balik.

"Tidak ada apa-apa." Bohongnya. Jihoon sengaja tidak berkata jujur karena masalah akan makin rumit jika banyak yang mengetahui keberadaan Soo Ah.

"Imo yakin sehari sebelum aku pulang, tidak ada yang masuk?" tanyanya lagi.

S.O.S [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang