Bagian 06

1 0 0
                                    

Apa yang terjadi di tengah konflik hubungan yang tidak diharapkan, antara Sowon dan Jin?

Jin hanya bisa tertawa mendengar kalau Sowon bisa berkata seperti itu, kalau dia sudah tidak suka lagi kepadanya, padahal dia sudah berusaha untuk membuat hubungan mereka membaik. Jin membersihkan ruangan, memasak dan mencuci juga, lalu menyiram tanaman. Dia melakukan semua itu dengan rasa putus asa hanya untuk mereka berdua.

Tidak, menurut Sowon itu bukan untuk mereka berdua, tapi untuk Jin sendiri. Terlebih lagi Sowon sudah yakin kalau Jin sudah tidak tertarik lagi dengannya. Yang paling menyakitkan adalah ketika Jin melupakan hari ulang tahunnya yang ke 17.

Sowon pulang ke rumah hanya untuk mengurus pacarnya yang tidak dinikahi dan cuma tidur. Apa dengan ini terus berlanjut bisa ditoleransi Sowon? Tentu tidak.

Jawaban memusingkan kembali keluar dari mulut Jin. Dia berkata kalau dia tidak meminta untuk semua itu sampai melempar kaleng birnya yang tumpah ke lantai. Selama ini dia tidak pernah bilang untuk dirapikan bajunya atau bahkan untuk dibuatkan bekal setiap hari. Namun Sowon melakukan itu semua.

Dulu, Jin senang karena Sowon mau merawatnya. Bahkan jika sekarang tidak mau, dia tidak akan memaksa Sowon untuk melakukannya.

Tidak, bukan begitu maksud Sowon.

Dia melangkah ke tumpahan bir yang dilakukan Jin. Dia harus membersihkannya, karena dia tidak punya tempat tinggal. Entah sejak kapan dia pernah berpikir di dalam Jin, kalau dia bukanlah pacarnya. Padahal yang diinginkan Sowon itu hanya hal sepele, yaitu ingin diakui Jin.

Jin akhirnya sadar kalau apa yang diperbuatnya selama ini adalah hal yang salah. Karena selama ini dia selalu menganggap Sowon sebagai perwujudan ibunya, tidak seperti seorang kekasih yang dianggap spesial bahkan yang dipilih karena istimewa.

Sowon tahu kalau bukan hanya Jin yang salah. Dia juga salah. Dia seharusnya tidak boleh diam saja. Andai saja dia bisa sadar dari awal. Kini dia sudah resmi tidak membutuhkannya lagi. Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Sowon untuk Jin.

Sowon meninggalkan Jin yang mematung di atas sofa. Semua baju masuk ke dalam tas besar dan dia siap pergi ke mana pun. Namun, dia kembali dihentikan Jin yang belum bisa merelakannya pergi.

Ada satu hal yang Sowon lupakan. Kunci rumah. Sowon mengembalikan kunci yang pernah diberikan Jin untuknya, kini dia sudah tidak membutuhkannya lagi.

Selamat tinggal Kim Seokjin.

Setelah sekian lama menahan diri, akhirnya Sowon memutuskan untuk pergi dari kehidupan Jin. Membawa apa saja yang perlu di bawa pulang, sisanya mulai dari perabotan yang pernah mereka beli bersama tidak dipedulikannya. Dia sudah muak dengan hubungannya dengan Jin selama ini.

Orang yang lebih mengistimewakan sesuatu ketimbang dirinya, orang yang tidak peduli dengan kehadirannya, orang yang bahkan tidak ingat dengan ulang tahunnya. Sama sekali bukan orang yang patut untuk diperjuangkan. Dia bagaikan sampah yang sudah tidak berguna lagi. Pura-pura lupa adalah penyembuh untuk sementara sampai benar-benar bisa melupakannya.

Sowon bahkan tidak pernah bermimpi untuk meninggalkan Jin pergi. Ingin rasanya dia membenci Jin untuk selamanya. Hatinya sudah hancur.

Akhirnya Sowon mengatakannya. Dia harus bangkit walau sudah terjatuh, karena tidak ada yang bisa menolongnya lagi. Tidak berpengalaman, kesepian, kehampaan, dia tidak akan mendapatkan hal itu lagi. Sowon tidak ingin berpikir apa-apa lagi, yang penting lari sejauh mungkin. Sama seperti yang pernah dia lakukan dulu.

Kini yang bisa dirasakan Jin hanya kehampaan. Bahkan game rasanya sudah tidak seseru lagi seperti waktu itu. Dia bangkit untuk sekedar minum, tapi air di dispenser habis. Mau tidak mau dia harus memasak air walau sedikit. Dia jadi teringat akan perkataan Seolhyun waktu itu kalau bagus jika sudah bebas. Mereka bahkan berciuman dengan sengaja.

Mungkin NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang