Bab 1 : Permulaan

4K 262 2
                                    


"Aksara, tinta pena dan kertas membentuk sebuah cerita."

***

Seorang gadis yang masih bergelung di atas kasur tengah sibuk dengan laptop seketika terhenti kala mendengar teriakkan keras dari luar kamarnya.

“ALLENA... Sini makan dulu, baru lanjut lagi ngetiknya,” teriak wanita paruh baya itu dari luar kamar tidur anaknya.

Allena Rainy Putri, penulis novel romance-fantasy yang baru-baru ini terkenal karena karyanya yang habis terjual di pasaran. Karya Bestseller itu berjudul ‘Love In Another World’ yang langsung habis terjual pada hari pertama penjualan sebab alur ceritanya yang ringan tetapi penuh akan pelajaran hidup.

Selain terkenal sebagai penulis novel, Allena juga terkenal akan kepintarannya di sekolah. Gadis itu sangat aktif mengikuti berbagai Olimpiade dan terbukti karena ia selalu mendapatkan juara, entah itu juara satu, dua, atau tiga. Selain aktif di bidang akademik ia juga sangat aktif dibidang non akademik, seperti memenangkan Olimpiade taekwondo tingkat kabupaten dan berbakat dalam bidang tarik suara.

Allena adalah definisi multitalenta yang sebenarnya, selain cantik ia juga bisa memasak dan di usianya yang baru menginjak 18 tahun ia sudah sangat membanggakan orang tuanya.

Namun dari semua hal-hal baik tentang dirinya, ada satu hal buruk juga tentang dirinya yaitu sikap acuh tak acuhnya. Jika ada orang yang menjelekkannya, ia akan diam. Akan tetapi, malah menyimpan dendam dalam hati. Membuat hatinya lama kelamaan terasa keras dan kosong. Dan mulai tidak percaya akan orang lain selain keluarganya.

Allena menghentikan kegiatannya, “Iya bentar, bun. Lena beresin laptopnya dulu.” Ia bergegas membereskan kegiatannya tadi dan keluar kamar untuk menemui bundanya.

Gadis itu keluar kamar dengan masih menggunakan pakaian tidur. Melangkahkan kakinya ke meja makan, menyapa keluarganya dan mulai memakan makanan yang tersaji di depannya.

Allena dengan lahap memakan ayam geprek buatan bundanya. Membuat mereka yang berada di meja makan mengernyit heran, apakah gadis itu belum makan dari kemarin? Kenapa makannya lahap sekali?

Allena yang merasa diperhatikan melihat bundanya dan bertanya, “Ada apa sih bun? Kok pada liatin Lena kayak gitu? Memang ada yang aneh ya di muka Lena?”

Bunda menggeleng pelan lalu mengusap surai hitam legam milik anak bungsunya, “Gak ada yang aneh kok sama mukanya Lena. Kita semua cuma bingung aja, soalnya Lena makan kayak orang yang gak di kasih makan seminggu,” jelas sang bunda. Membuat semua mengangguk membenarkan perkataannya kecuali Allena.

“Enggak kok, kemarin Lena makan. Ini karena ayam geprek buatan bunda enak banget, makanya Lena nambah terus makannya.” Memang benar adanya, ayam geprek buatan bundanya itu sangat enak sampai membuat Allena yang jarang makan ini menjadi ketagihan ingin memakannya lagi dan lagi.

Semua mengangguk, lalu seorang lelaki yang duduk di depan Allena bertanya, “Lena sesudah lulus mau lanjut kuliah di mana?” tanya Alden.

Alden Zevano Putra, kakak laki-laki Allena. Berusia 23 tahun yang sekarang tengah menyusun skripsi untuk kelulusannya. Friendzone yang berkedok jomblo happy. Sikapnya yang dewasa dan perhatian membuat Allena tak kekurangan kasih sayang.

“Kuliah di kampusnya abang aja deh, biar gak capek jalannya,” kata Allena. Lalu, ia kembali melanjutkan makannya yang tertunda.

Allena memilih universitas yang sama dengan Alden karena universitas itu adalah universitas terdekat dengan rumahnya. Allena adalah tipe perempuan yang jarang keluar rumah dan malas jika harus pergi terlalu jauh dari lingkungan rumahnya kecuali jika ia sedang menulis untuk mencari inspirasi. Barulah ia akan keluar rumah mencari ide-ide untuk tulisannya.

Alden mengangguk, lalu melanjutkan sarapannya sampai selesai. Mereka melanjutkan aktivitas masing-masing.

Hingga malam pun tiba, mereka sekarang tengah berkumpul di ruang keluarga di depan TV dengan posisi bunda yang diimpit oleh putra dan putrinya.

Ayah yang dari tadi memperhatikan betapa manja anak-anak kepada istrinya hanya menggelengkan kepalanya heran. Tidak tahu saja mereka bahwa ayah juga ingin bermanja kepada istrinya tetapi sudah kalah start sama anak-anaknya. Poor ayah.

Allena menyenderkan kepalanya ke pundak kiri bunda. Melahap makanan ringan di atas meja. Mereka menonton TV dengan judul series 'Ikatan Cinta'.

Alden tidur di paha bunda dengan sesekali melirik ke arah TV. Merasa bosan Alden pun berinisiatif bertanya, “Lena masuk jurusan sastra, kan?” tanyanya kepada Allena yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

“Iya soalnya cita-cita Lena kan mau jadi penulis,” Allena menjawab dengan antusias.

Ayah menatap kedua anaknya, “Iya, ayah do’a in cita-citanya terwujud,” katanya. Kemudian pria paruh baya itu kembali melanjutkan acara menontonnya.

Allena merasa hangat bersama keluarganya, ia sangat-sangat bersyukur karena diberi keluarga yang sangat menyayangi dan menjaganya. Walau ia tak percaya akan orang lain ia akan tetap percaya pada keluarganya.

Alden duduk di sofa setelah puas tiduran di paha bunda, ia menengok ke arah Allena lalu terkekeh gemas melihat cara tertidur adiknya.

Ia menatap bundanya lalu menunjuk ke arah Allena, “Bun, liat tuh anak kesayangan bunda, sampe ketiduran gitu,” katanya lalu kembali terkekeh kecil.

Bunda memberi plototan tajam kepada Alden, “Ssstt jangan di bangunin. Mending bang Al tolong gendong adeknya ke kamar, ya.” Bunda membantu Alden mengangkat Allena ke kamarnya.

Alden membawa masuk adiknya ke dalam kamar lalu membaringkan Allena di atas kasur dengan perlahan di bantu sang bunda. Ia tersenyum hangat lalu mengelus puncak kepala gadis manis itu, “Adiknya abang cepat banget sih besarnya, sekarang udah jadi penulis terkenal aja. Bang Al bangga banget punya adek kayak Lena,” lirih Alden.

Kemudian bersama sang bunda, ia meninggalkan adiknya sendiri di kamar. Alden menutup pintu dengan sangat hati-hati agar tak membangunkan adiknya itu.

Setelah itu ia melangkahkan kakinya menuju ruangan di sebelah kamar adiknya yang pasti kamarnya sendiri.

***

Seorang gadis yang masih asyik dengan mimpinya itu mulai terusik dengan cahaya matahari yang dengan tidak sopannya menyelusup masuk ke dalam celah-celah retina matanya.

Gadis itu menggeliat bangun dari atas ranjang, mengucek matanya pelan, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Melakukan ritual mandi seperti biasanya kemudian keluar memakai pakaian rapi dengan celana panjang dan hoodie berwarna lilac kesukaannya.

Allena menatap dirinya di depan cermin, sesekali memoles bedak tipis di wajahnya, memakai liptint agar tidak membuat wajahnya terlalu pucat. Ia mengambil tas selempangnya memasukkan laptop kebanggaannya ke dalam tas.

Membawa tas ke tangan kanannya, ia bergegas keluar kamar setelah memastikan bahwa tak ada lagi barang yang mungkin saja tertinggal.

~o0o~


ALLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang