Bab 7 : Perselisihan kecil

187 15 0
                                    

Jangan pernah berharap pada manusia. Karena berharap pada manusia adalah seni menyakiti diri sendiri.

***

Setelah perdebatan yang lumayan singkat itu, sampailah mereka di kantin dengan Zoya yang masih dihimpit oleh Bella dan Sasa. Mengarahkan pandangannya pada meja yang kosong, mereka akhirnya memilih meja yang berada di tengah-tengah kantin dengan 4 kursi pas untuk mereka berempat.

Zoya menarik kursi diikuti oleh ketiga sahabatnya dengan Sasa duduk di depannya, Bella di sebelah Shasa dan Rina yang duduk di sebelahnya. Kemudian, Rina berdiri mengatakan akan memesan makanan untuk mereka berempat dengan pesanan sesuai keinginan masing-masing orang di meja.

Saat Rina pergi untuk memesan, Bella kembali memulai percakapan. "Zoy, itu Shaka lo gak nyamperin dia?" katanya sembari menunjuk meja yang di tempati oleh inti geng VICTOR.

“Iya, Zoy. Yok lah, samperin mereka,” celetuk Sasa penuh semangat.

“Males gue. Kan gue udah bilang tadi gue mau move on dari Shaka." Zoya berkata seperti itu bukan tanpa alasan, karena dia hanya tak ingin mati untuk yang ke dua kalinya. Jadi, ia harus menghindari Shaka and the geng.

Bella dan Sasa saling melirik, sepertinya mereka tidak terima dengan perkataan Zoya. Maka untuk mencairkan suasana, Sasa pun mengubah jalannya percakapan.

"Ya udah deh terserah lo. Tapi nanti jadi kan kita beli mobil sport barunya," ujar Sasa menatap Zoya dengan harapan tinggi.

"Kalo hari ini gue gak bisa deh."

Mendengar perkataan Zoya membuat Sasa cukup kesal. Apa-apaan Zoya ini, kenapa semenjak tadi pagi Zoya seperti berubah drastis. Di mulai dengan tidak memakai make up tebal seperti dulu lagi, seragam yang tidak ketat lagi, tidak marah kepada siswa berkacamata tadi, tidak mendekati Shaka lagi. Itu masih bisa di toleransi dan sekarang Zoya dengan muka sombongnya itu tidak ingin membelikan mereka barang mewah lagi.

Sudah cukup Sasa tidak tahan lagi.

“HEH MAKSUD LO APAAN!” teriak Sasa. Ia berdiri sembari mengebrak meja dengan cukup keras, membuat seluruh atensi siswa di kantin tertuju padanya.

Zoya terkejut bukan main, hampir saja benda pipih yang berada di genggamannya terjatuh ke lantai kantin. Untung saja refleksnya cepat. Jadi benda persegi panjang berlogo apel digigit itu tidak hancur.

Zoya mendonggak menatap Sasa yang menatapnya nyalang. Bella yang berada di sebelah Sasa mencoba menghentikan Sasa yang terlihat sangat marah.

Zoya masih duduk di kursinya dengan santai, tak ada raut ketakutan ataupun rasa bersalah di sana. Yang ada hanya wajah datar dan pandangan malas terhadap orang di hadapannya.

"Terserah gue dong, itu juga kan duit gue, ya kan?" ujar Zoya dengan senyum mengejek kepada lawan bicaranya.

Bella yang awalnya berniat memisahkan malah terdiam sebab perkataan Zoya barusan seakan menyindirnya juga.

“Dan juga gue gak ada tuh bilang mau beliin lo mobil baru, gue kan belum jawab tadi pagi. Lo nya aja yang kegirangan duluan,” sindir Zoya masih dengan tenang duduk di kursinya.

“Anj**g lo, awas aja lo bitch. Gue gak akan biarin hidup lo tenang,” ancam Sasa kepada Zoya.

Sasa dan Bella berniat pergi, tapi sebelum pergi ia mengambil es teh manis yang berada di tangan Rina yang baru datang dari memesan makanan mereka, lalu menumpahkan es teh tersebut ke tubuh Zoya. Sontak kejadian tersebut membuat seisi kantin tercengang karena melihat seorang Queen Bullying di bully oleh temannya sendiri.

ALLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang