“Lepasin tangan gue!”
Zoya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria itu, tetapi hasilnya nihil malah semakin erat genggaman pria itu. Zoya menghentikan langkahnya, otomatis pria itu juga menghentikan langkahnya.
"Lepasin tangan gue, Shaka!" teriak Zoya penuh penekanan, lalu kembali mencoba menghempaskan genggaman pria itu.
"Gak."
Shaka menatap Zoya yang sudah berkaca-kaca menahan tangisnya. Lalu entah dorongan dari mana, ia mendekap tubuh Zoya yang sudah basah dengan es teh itu.
Rasanya sangat hangat, Zoya tak pernah mendapatkan pelukan sehangat ini, karena dulu saat ia masih menjadi Zora ia adalah anak yatim piatu yang di adopsi oleh keluarga yang cukup kaya, tetapi ia tak pernah mendapatkan kasih sayang layaknya seorang anak.
Dulu Zora selalu dibandingkan dengan adiknya, selalu adiknya yang mendapatkan kasih sayang lebih. Zora dulu layaknya hanya sebuah pancingan agar ibunya cepat hamil, dan saat ibunya hamil ia malah tidak dianggap.
Mencoba mendorong tubuh Shaka menjauh dari tubuhnya. Namun nihil, tubuh Shaka lebih kuat dan besar darinya. Shaka malah semakin erat mendekap tubuhnya, entah rasa apa yang menjalar dalam hatinya. Zoya membalas pelukan hangat itu tanpa sadar air matanya lolos begitu saja.
Isakan demi isakan kecil keluar dari mulutnya, Zoya menangis sembari menyembunyikan wajahnya di dada bidang Shaka. Setelah lumayan tenang, Shaka membawa Zoya ke toilet untuk mengganti seragam Zoya yang basah akibat es teh tadi.
Shaka sudah membawa seragam Zoya yang baru yang ia beli di koperasi sekolah. Shaka tadi menitah temannya untuk membelikan itu. Ia bergegas ke toilet perempuan dan menyerahkan seragam itu kepada Zoya.
Zoya menerimanya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti seragam yang sudah basah itu dengan yang baru. Lalu setelah beberapa menit akhirnya Zoya keluar dari toilet dengan tampilan yang lebih segar dari pada yang tadi.
Saat akan segera menuju ke kelas Zoya di kejutkan oleh Shaka yang ternyata tetap menunggunya di depan toilet dengan tangan terlipat di depan dada dan bahu lebarnya yang menyender di tembok.
Shaka mengalihkan atensinya kepada gadis yang baru saja keluar dari toilet, ekspresi gadis itu sangat lucu saat terkejut karena melihat dirinya. Ditambah dengan mata sembab dan hidung merah yang berair. Zoya sangat menggemaskan di mata Shaka.
Entah bisikan setan mana, Shaka dengan impulsif menarik lengan Zoya untuk pergi menuju rooftop sekolah bersamanya.
***
Semilir angin dari atap gedung sekolah membuat dua remaja itu menikmati sensasi sejuk dengan cara memejamkan mata. Layaknya pasangan yang sedang menikmati kebersamaan mereka, dua sejoli ini berdiri dengan posisi Shaka yang memeluk tubuh Zoya dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher jenjang milik Zoya.
“Kenapa lo jauhin gue?” tanya Shaka sedikit berbisik di telinga Zoya, Zoya dibuat merinding mendengar suara serak dan dingin itu. Seketika membuat jantungnya berdebar dan wajahnya memanas.
Zoya menghembuskan nafasnya pelan untuk menetralkan degub jantungnya yang tidak normal, melonggarkan sedikit pelukan Shaka darinya kemudian berbalik badan. Bukannya normal kembali, justru semakin kencang suara degub jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLENA
Teen FictionBagaimana jadinya jika jiwa seorang penulis novel romantis berpindah ke raga figuran dalam novel karyanya? Allena mati dalam perjalanan menemui sahabat lamanya. Ia berpindah jiwa ke raga seorang karakter figuran dalam novel karyanya dan masalah ter...