***
Mata gadis itu terbuka lebar kala rasa sakit menghantam kepalanya. Gadis bersurai cokelat gelap itu menelisik ruangan serba putih yang kini di tempatinya, lalu menatap selang infus yang melekat di atas tangan kirinya. Bau obat-obatan dan suara alat pemeriksa detak jantung terus berbunyi normal, serta alat bantu pernapasan yang bertengger di wajahnya.
Gadis itu mencoba mengingat kembali kejadian yang membuatnya sampai masuk rumah sakit. Seingatnya ia tertabrak mobil saat sedang menyeberang jalan, yang ia ingat adalah ia akan pulang ke rumah setelah dari kafe dekat rumahnya. Namun, mengapa dirinya sendirian di sini? Kemana keluarganya?
Gadis itu menyentuh kepalanya yang terbalut kain kasa dengan sedikit bercak obat dan darah di kainnya. Sekelebat bayangan seperti kaset rusak berputar di kepala, rasa sakit itu tiba-tiba kembali menghantam kepalanya.
Gadis itu meringis kesakitan, mengapa ada banyak sekali ingatan lain yang sedikit asing masuk ke dalam kepadanya, seolah-olah ingatan itu adalah ingatan miliknya sendiri.
Ringisan itu terhenti kala mendengar suara derap langkah kaki mendekat ke arah ruangan. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Pintu itu terbuka memperlihatkan tiga orang pria dan seorang wanita yang menatapnya penuh arti di ambang pintu ruangan itu.
Wanita setengah umur dengan usia kira-kira kepala tiga itu menatapnya sendu, “Allena sayang kamu udah bangun, nak,” kata wanita itu. Sesekali terisak di dalam dekapan seorang pria yang seumuran dengan wanita itu.
Allena masih diam, ia masih mencerna semua keadaan yang sedang menimpanya.
Seorang pria yang kira-kira seumuran dengannya itu bertanya, “Masih ada yang sakit gak?” Pria itu menatap Allena seolah merasa benar-benar bersalah karena tak bisa melindungi adik satu-satunya.
“Lo siapa? Kalian siapa? Terus, kenapa gue dipakein infus gini? Ini juga, kenapa kepala gue diperban?” tanya Allena beruntun.
Perkataan Allena membuat mereka yang ada di sana menatapnya heran, lalu mengalihkan tatapan kepada seorang pria dengan jas dokter, seolah meminta penjelasan pada sang dokter.
Dokter pria itu menghembuskan napasnya kasar, menatap satu persatu manusia yang ada di hadapannya.
“Mohon maaf sebelumnya, sepertinya nona Allena mengalami Amnesia ringan,” kata Dokter itu.
“Namun kalian semua tenang saja, ia akan sedikit demi sedikit menggingat semua hal kembali, sebab hal ini hanya efek samping anestesi dari operasi.”
Dokter itu menjelaskannya sedetail mungkin tentang keadaan pasien pada walinya. Kemudian, memberikan Allena dan keluarganya ruang untuk saling bercengkrama.
Wanita setengah umur itu mendekati Allena lalu mengelus surai halus berwarna coklat miliknya, “Sayang, ini mommy kamu, nak. Nama mommy Danita Ivvona Aldebaran dan ini daddy kamu, namanya Leonardo Aldebaran,” tutur Nita pada sang putri.
Allena semakin pusing dengan nama-nama yang di sebutkan oleh wanita yang mengatakan bahwa ia adalah ibu dari Allena.
Sebentar, Allena tau sekarang marga Aldebaran, marga yang ia pakai sebagai marga dari keluarga pemeran utama pria dalam novel buatannya.
Allena menggunakan marga Aldebaran karena ia sangat menyukai karakter Mas Al di sinetron yang selalu ia tonton bersama keluarganya.Wanita setengah umur itu kembali menatap putrinya, lalu mengalihkan pandangannya kepada sang putra, “Dan dia kakak kamu, namanya Arshaka Vain Aldebaran.” Merasa miris dengan nasib anak bungsunya yang harus kehilangan ingatan di masa mudanya.
Arshaka, nama itu adalah tokoh utama pria dalam novelnya. Wah, apa sekarang ia benar-benar masuk ke dalam novel karyanya sendiri. Namun, peran apa yang di ambil olehnya sekarang? Protagonis?Antagonis? Atau mungkin, sebagai figuran?
Setelahnya apa yang harus ia lakukan jika ia ada di tubuh gadis ini? Tidak mungkin ia berpindah jiwa tanpa tugas yang harus ia selesaikan, bukan?
“Lalu kamu, nama kamu Allena Lauren Aldebaran, kamu sama kakak kamu cuma beda 2 tahun, jadi jangan sungkan buat bicara sama dia. Mukanya emang kayak tembok, tapi orangnya perhatian kok,” ucap Nita. Sengaja menyindir Shaka agar tak terlalu dingin pada keluarganya.
Allena, karakter figuran tanpa dapat bagian kalimat sama sekali dalam novel. Allena muncul dalam novel saat Shaka sang protagonis pria mengunjungi makamnya. Ya, kala Shaka merindukan adiknya, ia akan datang ke makam adiknya dan menceritakan semua peristiwa yang terjadi hari itu pada makam adiknya.
Seingat Allena, ia tak banyak menjelaskan detail tentang bagaimana karakter Allena meninggal. Yang ia ingat hanya tentang Allena yang sudah meninggal saat pertengahan alur novel berjalan.
Allena dalam novel juga sangat tertutup kepada keluarganya, bahkan di sekolahnya pun Allena adalah karakter gadis pendiam dan sangat acuh akan lingkungannya. Tak banyak yang tahu bahwa Allena adalah adik dari most wanted sekolah. Sebab, Allena menyembunyikan identitasnya dengan sangat rapat sehingga ia bisa leluasa berteman dengan siapa pun tanpa memandang harta dan kedudukan.
Allena saat SMP ikut home schooling karena kesehatannya yang terus menurun semenjak operasi yang dilakukannya saat ia masih kecil. Membuat ia tak memiliki teman dan hanya mengandalkan kemanpuan otaknya saja untuk bersosialisasi.
Kenapa ia banyak mengetahui tentang Allena dalam novel, karena ia terus mendapatkan ingatan-ingatan yang terasa asing sekaligus familiar secara bersamaan di kepalanya.
***
“Mommy kapan Lena boleh pulang?” tanya Allena. Ia membiasakan diri untuk bertanya dan beradaptasi dengan keluarga dan lingkungan barunya. Untung saja, nama panggilan bahkan sikap antara ia dan Allena di dunia novel sama, jadi ia tak terlalu stres jika saja ia sampai membuat kesalahan.Sudah seminggu semenjak ia memasuki tubuh Allena dalam novel dan ia sudah tahu akan kejadian apa yang membuat Allena masuk rumah sakit.
Saat bertanya kepada keluarganya mereka akan menjawab karena ia yang mudah sakit dan terjatuh dari tangga di sekolahnya. Namun, Allena masih tidak percaya bahwa itu adalah kejadian yang sebenarnya, ia merasa ada orang lain yang sengaja menjebak Allena untuk jatuh dari tangga. Bahkan kejadian itu tidak terekam kamera CCTV, kerena itulah mereka semua menyimpulkan bahwa kejadian tersebut sebab tubuh Allena yang mudah sakit dan lemah.
Nita meletakkan piring di tangannya ke atas nakas lalu menatap anak perempuannya, “Sayang~ tunggu kamu sembuh dulu, ya. Baru bisa pulang,” ujar Nita membujuk Allena.
Allena menatap mommynya dengan wajah ditekuk, “Tapi Lena ingin pulang sekarang.”
“Gak bisa gitu Lena sayang, nanti kalo Lena sakit lagi, Lena sendiri bukan yang repot. Jadi, tunggu kamu agak sehat ya,” ujar Nita.
“Baiklah mommy, Lena berjanji akan cepat sembuh.” Nita mengangguk lalu kembali mengambil piring di atas nakas dan kembali menyuapi Allena.
Jangan tanya di mana Shaka dan Leo, karena Leo yang sekarang tengah sibuk di kantornya dan Shaka yang sekarang ada kegiatan bersama teman-temannya.~o0o~
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLENA
Teen FictionBagaimana jadinya jika jiwa seorang penulis novel romantis berpindah ke raga figuran dalam novel karyanya? Allena mati dalam perjalanan menemui sahabat lamanya. Ia berpindah jiwa ke raga seorang karakter figuran dalam novel karyanya dan masalah ter...