PART 3

0 0 0
                                    

Assalamu'alaikum, makin sepi aja hehe gapapa lah yaa namanya juga usaha pasti ada down nya
Still happy aja lah yaa
Happy reading gaess😚
***

Seorang lelaki berlari menuju bandara internasional Kairo, sebentar lagi penerbangan menuju Indonesia akan lepas landas dan ia masih berlari hanya karena bangun kesiangan. Waktu menunjukkan pukul 09.30 dan pesawat akan terbang pada pukul 10.00, lelaki itu pun mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan pesawat. Keluarganya pasti sudah menunggunya di rumah, karena ia sudah berbicara dengan keluarganya kalau ia akan sampai ke Indonesia hari ini. Bagaimana perasaan keluarganya kalau ia harus menunda penerbangannya.

Pada pukul 09.45 lelaki tersebut sampai di bandara Internasional Kairo dan benar saja pesawat sudah persiapan akan lepas landas ia pun chek in terlebih dahulu kemudian segera berlari menuju pesawat yang akan ditumpanginya.

Pada waktu yang sama, seorang perempuan sedang bersiap-siap untuk ngaji diniah, di Indonesia saat ini sudah pukul 15.00. Perempuan tersebut terlihat anggun dengan mengenakan jilbab warna pink baby dan baju senada. Ia saat ini sedang menunggu teman-temannya untuk pergi bersama menuju kelas diniah.

“Santi, buruan ih! Keburu telat, nanti dihukum sama ustazah Hilda,” teriak Alma kepada Santi yang dari tadi belum selesai membenarkan jilbabnya padahal Ratih dan Tari sudah selesai sejak tadi.

“Iya, Al, udah selesai nih.” Tanpa banyak bicara lagi, keempat sahabat tersebut pun berangkat diniah. Tak lama kemudian mereka pun sampai di kelas, bertepatan dengan Ustazah Hilda yang hendak memasuki kelas mereka.

“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,” ucap Ustazah Hilda yang kemudian di jawab oleh semua penghuni kelas. Ustazah Hilda pun menerangkan pelajaran Nahwu kepada semua santri diniah. Setelah satu jam, akhirnya beliau pun mengakhiri pelajaran hari ini. Alma dan teman-temannya pun beranjak meninggalkan kelas. Di dekat gerbang pondok putri, mereka bertemu dengan Bu nyai Shofia, mereka pun mengucapkan salam seraya menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan.

“Di antara kalian, ada yang bernama Alma?” tanya Umik Shofia kepada empat gadis di depannya.

“Ss ... saya Umik,” jawab Alma gelagapan, ia bingung, mengapa Umik Shofia mencarinya.

“Oh, jadi kamu yang namanya Alma? cantik juga ya.” Umik Shofia tersenyum tulus dan dibalas senyuman pula oleh Alma. “Kamu katanya mau ngabdi di ndalem ya?” tanya Umik Shofia kepada Alma.

“Nggih Mik, leres.” Senyum Umik Shofia semakin lebar mendengar jawaban Alma.

“Kamu langsung ikut saya ya, kitabnya kamu titipin ke temenmu, titip ya Mbak,” ucap Umik Shofia kepada tiga teman Alma.

“Nggih Mik,” jawab mereka serempak, setelah itu Umik Shofia pun pergi meninggalkan tiga gadis tersebut setelah mengucapkan salam kepada mereka, tak lupa, Alma pun segera mengikuti dari belakang.

Sesampainya di ndalem, Umik Shofia dan juga Alma memasuki dapur yang di dalamnya sudah ada Wulan dan satu mbak santri yang tidak dikenali oleh Alma. Maklum, ia masih santri baru, jadi belum begitu mengenal semua santri di sini.

“Mbak Wulan, tolong di handel dulu ya, kerjaan di dapur, saya mau beli bahan-bahan yang masih kurang. Alma, kamu temenin saya belanja ya?”  Wanita paruh baya itu pun segera meninggalkan dapur setelah mendapat anggukan dari Alma.

Setelah mengelilingi Super market, dua wanita berbeda umur tersebut pun berjalan menuju kasir dan membayar semua belanjaan mereka, khususnya hanya Umik Shofia yang membayar, Alma hanya bertugas membantu bawa belanjaan mereka. Gadis itu sebenarnya bingung, mengapa Umik Shofia belanja sebanyak ini? tapi Alma menahan kebingungannya dan hanya mengikuti perintah Umik Shofia. Ketika membayar, petugas yang melayani Umik Shofia menatap dua wanita di depannya.

“Anaknya cantik ya Bu, sama kaya ibunya yang cantik dan awet muda.” Alma sedikit kaget dengan ucapan petugas tersebut, berniat mengelaknya, tapi dicegah oleh Umik Shofia. Alma semakin heran, wanita paruh baya tersebut tidak membantah ucapan petugas kasir, melainkan hanya tersenyum.
Setelah membayar, mereka pun keluar dari super market menuju tempat parkir mobil. Setelah semua belanjaan masuk ke bagasi, dua wanita itu pun masuk mobil dan duduk di bangku penumpang. Alma hendak bertanya perihal sikap Umik Shofia tadi, tapi ia tak memiliki nyali untuk menanyakannya.

“Semua santri yang mondok di Al-Munawir, sudah saya anggap seperti anak saya sendiri Alma, terlebih lagi santri putri.” Gadis tersebut sedikit tercengang, bagaimana bisa wanita di sampingnya itu tahu tentang apa yang dipikirkannya?

“Kamu juga pasti bingung, kenapa saya belanja sebanyak ini, betul?” Tepat sasaran, Alma hanya menatap wanita di depannya itu sekilas kemudian menunduk lagi. Ia tersenyum malu, ternyata Umik Shofia juga menyadari kebingungannya sejak tadi.

“Besok pagi, anakku mau pulang nduk, sekarang pasti dia sedang di perjalanan, semua belanjaan ini ya untuk menyambut dia dan besok akan ada perayaan kecil-kecilan untuk merayakan kelulusannya,” jelas Umik Shofia menjawab kebingungan Alma. Sebenarnya ia sedikit penasaran dengan kedua putra Kyai Hasan dan Umik Shofia, pasalnya ia sering mendengar santri putri begitu antusias ketika menceritakan kedua putra pengasuh Pesantren tersebut.

Suasana mobil sekarang hanyalah hening, Umik Shofia sedang tidur, mungkin kecapaian setelah berkeliling super market tadi. Alma pun hanya diam, melihat Umik Shofia, ia jadi teringat bundanya di rumah, ia sangat merindukan bundanya.

***
Duh duh, udah mulai masuk ke inti nihh
Jangan lupa Vote & comment gaess

Roda WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang