Assalamu'alaikum, happy reading semoga kalian suka😊
•••Suasana di bandara Purboyo pagi ini begitu ramai sehingga semua orang harus berdesak-desakan demi menuju tempat tujuan masing-masing. Seorang lelaki sedang berada ditengah-tengah mereka dengan hanya membawa satu ransel di pundaknya karena semua barangnya sudah dikirimkan satu minggu yang lalu ke rumahnya. Setelah berhasil keluar dari sesaknya bandara, ia pun berhenti sejenak hanya untuk menghirup udara segar, udara yang selalu ia rindukan selama ini. Setelah empat tahun berada di Kairo, akhirnya ia bisa kembali ke tanah air tercinta ini.
Pesawat mendarat tepat pukul 04.15 WIB dari jauh, terlihat sebuah mobil Nissan mendekati lelaki tersebut dan keluarlah seorang lelaki yang berumur tiga tahun lebih tua darinya menemui lelaki yang baru saja keluar dari bandara tersebut.
“Assalamu’alaikum Farhan, kamu sehat?” tanya lelaki yang keluar dari mobil tadi kepada adiknya tersebut. Ya, lelaki yang keluar dari bandara tak lain tak bukan adalah putra kedua Umik Shofia dan Buya Hasan, sedangkan yang menjemputnya adalah kakaknya.
“Wa ‘alaikumsalam Bang, Alhamdulillah Farhan sehat, Bang Fatih apa kabar? Umik dan Buya gimana? Sehat?” tanya Farhan kepada kakaknya yang ia rindukan.
“Iya Han, kami semua sehat, Alhamdulillah, kita langsung pulang ke apartemen Abang dulu ya, biar kamu bisa istirahat dan bersih-bersih dulu, nanti agak siangan kita pulang ke rumah Abah,” ucap Fatih yang langsung diangguki oleh Farhan, ia sudah sangat lelah dan ingin segera ambruk di atas kasur. Fatih memang memiliki apartemen di dekat bandara ini, karena ia sering mendapat undangan di daerah Malang, ketika ia lelah pasti akan pulang ke apartemennya terlebih dahulu sebelum pulang ke Rembang.
Mereka pun segera memasuki mobil, Fatih pun menjalankan mobil menuju Apartemennya. Farhan meringkuk kedinginan di atas kursi penumpang, karena udara pagi di Malang sangat dingin, walaupun dinginnya tak sebanding dengan udara dingin Mesir, tapi pagi ini Farhan sangat kedinginan. Mungkin memang kondisi tubuhnya yang lelah sehingga ia mudah kedinginan walaupun ia sebenarnya suka udara dingin.
•••
Farhan terbangun pada pukul sembilan pagi, sesampainya di apartemen tadi ia Shalat Subuh terlebih dahulu sebelum akhirnya tertidur di atas sajadah. Ia terbangun karena perutnya terasa lapar, apalagi ditambah aroma masakan dari arah dapur yang sangat menggoda membuat perutnya semakin lapar. Ia bangkit dari tidurnya kemudian menuju dapur untuk melihat apa yang membuat perutnya semakin lapar. Ia melihat Fatih yang memasak di dapur dengan menggunakan celemek bermotif Hello Kitty. Melihat itu pun Farhan langsung terbahak dan membuat Fatih terlonjak kaget ketika mendengar suara Farhan yang tiba-tiba muncul.
“Astagfirullah Farhan, kebiasaan deh kamu bikin kaget aja, untung saja telurnya nggak numplek.” Farhan pun hanya cengengesan mendengar ucapan abangnya.
“Lah Bang Fatih yang buat kaget duluan, itu celemeknya kenapa Hello Kitty gitu?” Farhan pun melanjutkan tawanya yang masih tersisa, terasa lucu ketika ia melihat abangnya yang selalu terlihat macho, memakai celemek bermotif Hello Kitty.
“Jangan ketawa, ini itu pilihan ponakan kamu, disuruh milihin celemek malah dikasih yang Hello Kitty, kalo nggak dituruti itu nangis, makanya mau nggak mau ya Abang pakai,” ucap Fatih panjang lebar yang hanya dibalas anggukan oleh Farhan. Masakan yang sejak tadi ditunggu-tunggu oleh Farhan pun akhirnya jadi, kedua kakak beradik itu pun langsung menyantap makanannya.
Setelah makan, mereka berdua segera bersiap-siap untuk pulang ke Kediri menemui orang tua mereka yang juga merindukan putranya. Fatih mandi di kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, sedangkan Farhan mandi di kamar mandi tamu agar tidak berlama-lama. Setelah itu mereka pun segera berangkat menuju Kediri.
•••
Di waktu yang sama, ada tiga gadis yang sedang sibuk di dapur ndalem, menyiapkan ini itu untuk menyambut kedatangan putra Buya Hasan dan Umik Shofia. Alma senang karena bisa menjadi bagian dari kesibukan tersebut, ia berjanji untuk bekerja semaksimal mungkin, agar semua keluarga ndalem puas dengan hasil kerjanya. Tak jauh berbeda dengan suasana sibuk di dapur ndalem, di lapangan bersama pun penuh dengan kang-kang yang sedang menyiapkan kedatangan gus mereka. Semua santri di kumpulkan di lapangan bersama untuk menyambut kedatangan Gus Farhan.
“Thola’al badru ‘alaina min tsaniyatil wada’....” Suara riuh santri Al-Munawir tatkala melihat sebuah mobil Nissan memasuki area pesantren. Acara penyambutan berlangsung sangat rapi dan ter koordinir sehingga tidak ada keributan di kalangan santri.
Setelah tepat berada di depan ndalem, mobil pun berhenti dan keluarlah dua orang lelaki idaman para santri. Jangan lupa suara riuh yang terdengar dari arah santri putri ketika melihat gus mereka keluar dari mobil. Muhammad Farhan Al-Hasan, pria berparas tampan yang selalu membuat kaum hawa meleleh, suaranya pun merdu, tak heran jika santri putri begitu riuh ketika melihatnya. Ahmad Fatih Shidiq Al-Hasan, biarpun Gus Fatih sudah memiliki istri dan anak, tapi kekaguman santriwati tidak pernah pudar pada Gus mereka itu.
Alma yang sedang berada di dalam rumah Buya Hasan pun heran mendengar suara riuh santri putri.
“Mbak Wulan, itu kenapa santri putri heboh gitu ya?” tanya Alma kepada Wulan yang masih sibuk menyiapkan jamuan.
“Palingan juga karena melihat Gus Farhan dan Gus Fatih, nggak kaget sih kalau mereka heboh seperti itu karena kedatangan kedua Gus itu selalu mereka tunggu selama ini.” Alma pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau ia mengerti. Seorang Gus memang selalu menjadi idaman para santrinya, menurut beberapa novel yang ia baca juga banyak yang menceritakan tentang santri putri yang sangat mengagumi Gusnya.
Setelah acara penyambutan santri selesai, kini giliran penyambutan keluarga, di ndalem sudah ada beberapa kerabat yang sudah menunggu kedatangan Gus Farhan. Para kerabat pun menyambut Gus Farhan dengan bahagia dan bangga atas kelulusannya. Putra Buya Hasan tersebut pun menyalami semua kerabat yang ada di sana sebagai tanda hormat.
Setelah acara penyambutan selesai, dilanjut acara syukuran. Tiga wanita yang sedari tadi berkutat di dapur pun akhirnya keluar untuk memberikan hidangan kepada para tamu. Semua makanan yang telah mereka buat tadi, mereka keluarkan semuanya. Saat sedang menata makanan untuk para tamu, tak sengaja mata Alma dan Farhan berpapasan, tapi mereka berdua segera memutus pandangan tersebut karena khawatir akan terjadi zina mata. Jamuan demi jamuan akhirnya sudah dikeluarkan semua, Alma dan dua gadis lain pun masuk kembali.
Alma beristigfar beberapa kali, entah apa yang ia pikirkan tadi sehingga berani menatap Gus Farhan yang bahkan belum pernah ia kenali sebelumnya. Ia mengakui, Gus Farhan memang tampan, tapi tak sepantasnya ia melihatnya seperti tadi, bagaimana jika Gus Farhan salah paham perihal tatapan tadi, Astagfirullah.
•••
Tbc
Jangan lupa Voment nyaa🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Roda Waktu
RomanceBagi setiap santri, menikah dengan seorang Gus adalah impian yang selalu diidam-idamkan. Namun, tak semua santri merasa pantas untuk menikahi Gus mereka yang pastinya ilmu agamanya yang tinggi sehingga siapa pun akan merasa tidak pantas bersanding d...