....jadi kamu ingin bergabung dalam pasukan TAPOPS!"
"I-ya"
"Apakah kamu yakin"
'karena ini pilihan kapten aku harus menerimanya'
"Iya, saya sangat yakin" ujar Fang mantap.
"Bagus kalau begitu setelah urusanmu disini selesai datang lah ke station TAPOPS, untuk mengikuti ujian masuk TAPOPS"
"Baik"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari berlalu, bulan berganti, dan tahun pun berganti, tidak terasa sudah kini Fang berumur 14 tahun.
Begitu banyak kejadian yang telah ia lewati seperti bergabungnya Boboiboy dan teman- temannya ke TAPOPS, menjalankan misi bersama mereka.
Bahkan pengalaman yang menakutkan baginya ialah melawan kapten Vargoba dan Reta'ka, dua musuh yang sangat kuat seperti borara dulu.
Namun di balik semua itu ia bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup dan dapat melihat semua teman-temannya yang berlari menuju keluarganya.
Setelah semua yang terjadi mereka pantas mendapatkan sebuah imbalan yaitu pelukan keluarga yang tidak mungkin Fang dapatkan.
"Boboiboy!!"
"Atuk!"
"Yaya!!"
"Mak"
"Ying!!"
"Mama"
"Gopal anakku!!!"
"Em hai Abah"
Ingin sekali Fang memukul kepada Gopal yang tidak memperdulikan ayahnya malah lebih memilih mengambil rantang yang dibawa oleh ayahnya.
'puk'
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya, yang membuat Fang terkejut adalah pemilik dari tangan itu.
"Kapten, ap-"
"Fang!" Teriak Boboiboy sambil berlari ke arah Fang, "Ayo ikut, atuk membawakan mu sup lobak merah" ucapnya seraya menarik tangan Fang.
"Benarkah, ayo kita ke sana Boboiboy" ucap Fang senang sampai melupakan apa yang ingin dia ucapkan kepada sang kapten.
"Kau hebat Pang" gumam Kaizo seraya memandang sang adik yang pergi bersama Boboiboy.
Setelah acara makan-makan selesai, Fang memilih untuk menjauh dari sana. Ia tidak ingin mengganggu teman-temannya yang sedang berkumpul dengan keluarga masing-masing.
Berjalan menjauh dari mereka, Fang melihat abangnya yang sedang berbicara serius dengan Laksamana Tarung. Melihat hal itu Fang mengurungkan niatnya untuk menyapa sang kapten meminta penjelasan tentang apa yang tadi dilakukan abangnya kepadanya.
Sesuatu yang sederhana tapi memiliki arti yang luar biasa bagi Fang.
Bagaimana rasanya memiliki keluarga?
Fang memejamkan matanya, ia membayangkan kedua orang tuanya berlari dengan wajah cemas kearahnya. Memeluknya seraya bersyukur karena ia baik-baik saja. Kemudian abangnya akan mengusap-usap kepalanya seraya berkata 'aku bangga padamu'.
......itu pasti akan sangat membahagiakan.
Namun semua itu hanya ada dalam benaknya, mimpi itu tidak akan pernah menjadi nyata.
Perih...tapi Fang sudah terbiasa dengan rasa perih yang lagi-lagi menghampirinya, seolah mengatakan bahwa itu hanyalah omong kosong belaka.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother, Look at Me
RandomApa semuanya percuma? kenapa kau tidak memandangku? kenapa hanya mereka yang kau pandang? Apa aku masih belum cukup membuktikan kekuatanku padamu. Sebenarnya siapa aku dimatamu? Adik atau bawahan? Atau orang asing yang kebetulan memiliki rupa dan da...