★'8'★

672 50 3
                                    

"Bahkan saat aku terluka, wajahnya tetap tidak berubah"

Kini tangan Fang sudah dibalut dengan perban, sampai lukanya sembuh ia dibebaskan dari latihan, meskipun ia bersikeras ingin melanjutkan latihannya. Laksamana Tarung mengusirnya dari aula latihan.

Dan disinilah ia berada tempat ia bisa memandang langit angkasa yang luas.

Ratusan bintang, planet, dan benda-benda angkasa lainnya menyambut Fang.

Fang melipat kakinya dan mendudukkan dirinya di sana. Lengan kanannya berdenyut sakit.

"Tanpa bintang dan matahari, ruang angkasa ini akan terlihat gelap" gumamnya tanpa sadar ia mencengkram lengan kanan nya dengan kuat mengakibatkan lukanya kembali terbuka.

Fang menatap lengan kanannya yang kembali mengeluarkan darah menembus perban yang membalut tangannya itu.

"Darah...., Persis seperti mimpiku terakhir kali-"

"Prebet Fang."

Fang tersentak, menolehkan kepalanya kepalanya kebelakang.

"K-apten?!"

Secara refleks Fang bangun dari duduknya, berdiri tegap, namun saat akan memberikan gerakan hormat, ia merintis akibat tangan kanannya yang terluka.

"Siittthh"

Kaizo melangkah menghampiri adiknya yang tampak takut akan menerima hukuman karena ceroboh saat latihan tadi.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah Laksamana Tarung menyuruhmu untuk istirahat!" seru Kaizo.

"Sa-ya hanya mencari ketenangan,"

"Kembali ke kamarmu dan istirahat." Perintah Kaizo

"Baik, kapten!"

Saat Fang hendak beranjak, tangan sang kakak meraih lengannya yang terluka, ia berusaha menahan suara rintisan agar tidak terdengar sang kapten.

Kaizo memeriksa luka Fang, tanpa berbicara ia menggantikan perban yang ada ditangan Fang dengan perban baru yang entah ia dapat kan dari mana atau sengaja dibawanya?.

Fang tertegun melihat tingkah sang kakak yang tidak seperti biasanya. Sampai Kaizo melepaskan tangannya dan memandang Fang tanpa ekspresi.

"Istirahat lah,"

Sang kapten berbalik dan melangkah pergi, tanpa menjelaskan apapun.

"Rumit" gumam Fang yang sampai saat ini belum bisa menerka apa yang ada di pikiran sang kakak.

Namun senyuman tipis tercipta di bibirnya. Apakah ia boleh berharap kalau sang kapten menghawatirkan nya.

Dan mungkin saja apa yang mereka katakan selama ini ada benarnya.

Bahwa abangnya masih menyayanginya, masih menganggapnya sebagai adik dan satu-satunya keluarganya.

Fang memandang hamparan ruang angkasa,

"Sepertinya hari ini aku akan bermimpi indah" ujarnya kemudian melangkah menyusul sang kapten yang sudah lebih dulu menghilang.

" Ketemu.... Wadah yang sempurna..." - ???





"Jadi kau terluka dan kapten Kaizo memeriksa lukamu!?"

"Yah, bisa dibilang begitu"

"Aku tidak menyangka kau bisa bersikap ceroboh juga Fang"

"Eh itu tidak sengaja tahu, aku hanya kurang fokus" elak Fang kepada sang rival.

Brother, Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang