Dua

72K 6.9K 33
                                    

Lamiya berlari kencang menuju Alfred dengan tumpukan hadiah di tangannya. Gadis itu sudah tidak sabar memamerkan hasil kerja keras nya selama setahun ini pada pemuda itu. Setidaknya dengan hasil ini ia ingin Alfred melupakan sedikit tentang rasa sakitnya, Lamiya tidak mengharapkan pujian.

"Kak Al!" Dia sampai di hadapannya.

"Selamat atas prestasinya Lamiya." Edgar berujar tulus.

Lamiya mengangguk. "Terima Kasih Kak Edgar."

"Karena kamu sudah bekerja keras apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"

Lamiya menatap Alfred yang melamun, sejak tadi pemuda itu tidak pernah menatap dirinya dan selalu melihat arah lapangan Upacara. Gadis itu kembali mengigit bibirnya, ia tahu apa yang dilihat Alfred disana, ia pasti mengingat hari-harinya ketika SMA bersama dengan Maura yang masih menjadi miliknya.

"Bisakah Kakak berhenti memikirkan dia?"

Edgar terdiam ketika mendengar perkataan Lamiya.

Alfred mendengarkan, ia merunduk, menatap Lamiya yang tinggi nya hanya sampai Dadanya.

Lamiya menatap mata Alfred dengan tegas, terlihat kemarahan disana. "Hari ini setidaknya bisakah hanya memikirkan aku, adik kakak." Lamiya tahu ini merupakan sikap yang kurang ajar, tapi dia benar-benar lelah melihat Alfred seperti ini.

Seperti tidak ada kehidupan.

Sorot mata Alfred langsung berubah.

Lamiya tertegun, ia sepertinya salah berbicara.

"Edgar." Panggil Alfred.

"Iya?" Saut Edgar.

"Ambil Raport nya." Setelah berkata seperti itu, Alfred pergi dari pinggir lapangan.

Lamiya menatap punggung lebar itu dengan raut penyesalan.

Seharusnya ia tidak berbicara seperti itu.

"Sebaiknya jangan pernah berkata seperti itu lagi." Edgar berujar.

Lamiya tersentak, hatinya semakin sakit ketika mendengar perkataan Edgar.

Edgar sedikit merasa bersalah dengan kata-katanya. "Maksudku, hubungan antara Maura dan Alfred bukanlah sesuatu yang bisa dilupakan seiring berjalannya waktu. Jika kamu memang ingin Alfred berubah temukan seseorang yang bisa mengubahnya, seseorang yang bisa ia jadikan pengganti dari Maura."

Angin berhembus kencang, Lamiya merapikan rambutnya.

Seorang pengganti?

Seandainya mereka bukan saudara mungkin Lamiya akan melakukan hal itu.

Ia akan membuat Alfred jatuh cinta padanya dan memberikan semua yang ia mau.

Yah, seandainya.

Pada dasarnya tidak ada wanita yang mau menjadi pengganti wanita lain, jika bukan Lamiya yang rela menjadikan dirinya sebagai pengganti siapa lagi yang akan mau.

Kenyataan tidak seindah hayalan.

Setelah mengambil Rapor. Lamiya dan Edgar menemukan Alfred yang tertidur di dalam Mobil. Lamiya berpamitan dengan Edgar, ia akan mengadakan Acara dengan teman-teman sekelasnya, Edgar memberikan Lamiya Kartu Kredit milik Alfred sebagai hadiah.

"Kak Al yang ngasih?"

Edgar mengangguk. "Dia tidak memiliki waktu untuk membeli hadiah mu, jadi beli lah apapun yang kamu mau."

"Oh, padahal aku berharap dia bisa memberikan hadiah secara khusus tapi nyatanya tidak bisa yah?" Lamiya merunduk sedih.

Edgar tersenyum masam, ia mengelus puncak kepala Lamiya. "Pakailah untuk membeli makanan enak."

After Ending (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang