Dua Puluh Sembilan

40.2K 4.8K 308
                                    

Aku up karena vote nya nembus 400 dong 😆😆😆😆 senang banget terima kasih yah muach 😘

***

Alfred membiarkan Noah memukulnya.

Setelah mengetahui apa yang terjadi pada Maura, Noah marah besar pada pemuda itu. Tanpa ampun ia menghajar Alfred untuk melampiaskan emosi dan menyalahkan pemuda itu atas kebodohan yang telah ia lakukan pada Maura.

"Lo itu sahabat dia bukan sih?!" seru Noah, ia menarik kerah Kemeja Alfred. "Lo tahu gak Maura itu benci banget sama Mamanya!"

Alfred tidak pernah tahu.

"Selama ini dia diperlakukan seperti Boneka, dia suruh ini-itu, menurut, diam, dan membiarkan Mamanya mengatur kehidupannya bahkan ia tidak bisa bersama dengan seseorang yang ia cintai!" Noah kembali melayangkan pukulan nya.

"Harusnya Lo mikir, lo udah buat Maura terluka bodoh!"

Lagi, dia memukulnya.

"Katanya lo pintar!"

"Katanya lo hebat!"

"Sih paling pintar!"

"Alfred sih paling pintar! Itu julukan lo kan?!

"Lo CEO perusahaan!"

"Lo memiliki banyak penghargaan!"

"Hiduplah lo sempurna! Harapan semua orang!"

Wajah Alfred tidak lagi terbentuk, dipenuhi luka lebam dan darah.

"Lo hebat dalam penjaga perusahaan tapi engga hebat menjaga hubungan!"

"Gue memang bodoh Al! Tapi sayangnya engga sebodoh lo!" Dia melempar Alfred begitu saja.

Dada Noah naik turun, ia benar-benar marah.

"Jangan harap lo bisa ambil Maura dari gue, Bangsat."

Dia pergi untuk menjemput gadisnya.

Alfred termenung.

Ia menatap tanah di parkiran belakang Sekolah, tidak ada siapapun disini sama seperti Dunia kecilnya yang tidak memiliki siapapun.

Pandangannya kabur.

Kepalanya pusing.

Perutnya sakit.

Hatinya sakit.

Air mata pemuda itu jatuh, satu-satu-satu hingga membasahi pipinya.

Dia hancur untuk kesekian kalinya, lagi.

Dimana yang salah?

Apa yang ia lakukan salah?

Ia hanya ingin membantu, itu saja.

Tapi sepertinya bantuan yang ia berikan tidak berguna.

Tidak ada orang yang senang dengan bantuan yang ia berikan.

Kenapa Dunia ini begitu tidak adil.

Dimana kebahagiaan untuk dirinya?

Kenapa hanya ada penderitaan.

Alfred memejamkan matanya ketika merasakan tangan seseorang di pipinya, pemuda itu tahu siapa itu.

Lamiya.

Kenapa dia selalu datang bahkan setelah ia dorong menjauh.

"Sakit?" tanya Lamiya, dia tertawa sinis.

Alfred tidak menjawab.

After Ending (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang