Bab 16

6K 367 107
                                    

.

Dor

Satu tembakan dari Jimin dilesatkan tepat mengenai sasaran. Sedangkan milik Yoongi meleset dari sasaran, membuat Jimin tertawa senang.

Yoongi memutar lagi pistol di tangannya. Memastikan bahwa senjatanya baik-baik saja.

"Akui saja kalau kau kalah!" seloroh Jimin, menoleh sekilas pada Yoongi. Lalu meminta pelayan mengganti target.

"Bagaimana jika memakai benda hidup, misal membidik burung yang dilepaskan atau membidik botol yang dilempar ke udara."

Jimin menoleh dengan cepat, memicingkan mata, lalu berbalik menghadap Yoongi.

"Aku tidak-"

"Kenapa, kau takut?" telak Yoongi.

Jimin mulai resah, menembak benda yang bergerak dengan cepat baru ia pelajari. Sedangkan papan target yang membuat Yoongi kalah, memang sudah dimodifikasi oleh Taeyong. Jika tiba-tiba Yoongi mengubah cara permainan. Jimin tak yakin akan menang.

Tapi berkata tidak, akan membuat Jimin terlihat seperti pengecut.

"Tantanganmu terlalu terburu-buru, bagaimana jika minggu depan saja?" Jimin memasang wajah kecut.

Yoongi memahami apa yang dikhawatirkan Jimin.
"Jadi, kau benar takut kalah, dan tentang papan target itu!" Menunjuk pada miliknya yang meleset.

"Kau menggunakan sesuatu di belakangnya, yang menolak peluru mendekat."

"Darimana kau tahu?" Jimin langsung kelepasan bicara, menutup mulut dengan cepat tapi sudah terlambat.

"Selama sepuluh tahun aku melakukannya, dan aku tak pernah gagal. Aku juga bisa menembakkan spermaku di dalammu!" Yoongi memberi seringai mendebarkan.

"Hei, otakmu!!" teriak Jimin tak terima.

"Kenapa otakku? Bukannya perjanjiannya di awal begitu. Dengan bertindak curang kau sudah dianggap kalah." Yoongi memasukkan kembali pistolnya.

"Tapi kau bilang hanya tidur bersama," rengek Jimin yang tak terima. Seolah Yoongi yang sok dingin itu telah mempermainkannya.

"Tidur bersama denganmu mungkin akan membuatku khilaf."

Yoongi menunjukkan seringainya lagi. Tepat saat Jimin akan berbicara lagi. Yoongi sudah mendekat dan berbisik di telinganya dengan cepat.

"Persiapkan dirimu! Besok malam aku menunggumu di apartemenku!"

.
.

Tangan Jungkook gemetar memegang ujung jas yang ia coba. Saat berdiri di depan cermin, dan Taehyung menatapnya tanpa berkedip. Ia tahu hari ini dirinya tidak akan baik-baik saja.

.
.

Karena isi pesan Jungkook yang terlanjur dibaca Taehyung. Mereka akhirnya malah pulang bersama, dan tidak menuju apartemen Taehyung atau mansion keluarga Jeon. Melainkan masuk ke sebuah hotel yang jaraknya hanya seratus meter dari butik yang baru saja mereka datangi.

Jungkook mengikuti langkah tergesa Taehyung yang memasuki lift. Meminta manajer hotel mengosongkan lift yang Taehyung naiki, tanpa boleh ada yang masuk lagi. Sampai mereka tiba di lantai tempat dimana Taehyung sudah memesan kamar secara online selama di perjalanan.

Begitu pintu lift tertutup, Taehyung begitu antusias menekan Jungkook ke dinding lift yang berjalan naik.

"Katakan apa maksud percakapan di ponselmu?"

"Harusnya kau tidak lancang membuka ponsel orang lain, Kim!" Jungkook balik mendorong Taehyung, tapi pria itu malah menangkap Jungkook dalam dekapannya.

Perfect Revenge (Only PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang