Thanks to the readers who have been waiting🫶
I'm kinda busy, but i promise to finish this story.
So, happy reading :)
Alice kembali terbangun setelah obat biusnya berhenti bekerja. Tenggorokan sangat kering, dan kebetulan ternyata ada seorang perempuan yang tengah mengganti cairan infus miliknya.
“Cheogiyo”. Ucap Alice menginstruksi.
“Ne?”. Sahut perempuan tersebut.
“Boleh saya minta air putih?”.
“Ne, Jamsimanyo”. Perempuan tersebut keluar lalu tak lama kemudian kembali dengan membawa botol air. Ia membantu Alice minum menggunakan pipet.
“Kamsahabnida”.
Perempuan tersebut mengangguk kemudian keluar dari ruangan.
Alice menghela nafas berat, ia menatap langit-langit ruangan sambil memikirkan keadaan keluarga serta teman-temannya saat ini.
Ia juga tidak lupa memikirkan cara untuk melarikan diri dari sini. Namun ia belum tau apapun tentang tempat ini, dan ada apa di luar sana. Maka dari itu ia harus mencari tau sebelum memikirkan cara ia kabur.
. . .
Perempuan kemarin datang sambil membawa makanan, ia memborgol tangan kiri Alice ke tempat tidur terlebih dahulu baru melepaskan 3 ikatan yang membuat nya tidak bisa bangun. Alice perlahan duduk dan menggerakkan badannya yang pegal karena berbaring terus.
Perempuan itu menyerahkan piring berisi makanan dan menunggu disampingnya.
Alice kemudian mulai memakan makanannya perlahan.
“Uhm, boleh saya tau nama anda siapa?.”
“Maaf, kami dilarang memberitahu kan indentitas kami. But, you can call me Kath”.
“Alright”.
Alice pun menghabiskan semua makanannya tanpa tersisa. Ia harus melahap semua nutrisi agar tubuhnya kembali sehat dan memudahkannya untuk kabur. Mungkin, ia akan kabur saat luka di lengan kirinya yang diakibatkan tembakan mengering.
“Terimakasih atas makanannya”.
Kath mengangguk. “Mulai hari ini kami hanya memborgol tangan anda ke kasur.”
“Oh, iya thank you”.
Kath pamit lalu keluar dari ruangan.
Alice tersenyum kecil ‘Bagus, sekarang aku hanya perlu memikirkan cara untuk melepaskan borgolnya terlebih dahulu’
. . .
Sudah hampir seminggu berlalu, Alice menebaknya setiap kali Kath memberinya makan. Ia tebak itu adalah makan siang. Dan tebakannya di perkuat dengan jam makan malamnya yang di antar oleh seorang pria bertubuh kekar yang akan selalu memastikan nya menelan obat penenang, karena setiap ia minum, pikiran dan badannya menjadi rileks dan ia akan tidur cepat.
Siang ini , Kath tidak biasanya memakai masker, dan juga Alice merasa perempuan itu lebih tinggi dari biasanya.
Kath memberikan makanannya dan menunggu di sampingnya seperti biasa.
“Who are you?”. Ucap Alice pelan.
Perempuan itu menatapnya. “Kimberly”.
Alice hampir tersedak, namun segera ia berdehem. “Bagaimana bisa kau sampai disini?”.
“Semuanya salah ku, aku berkhianat kepada kalian”.
Alice terdiam. Ia menelan makanannya dengan susah payah.
Kimberly melirik pintu dan CCTV setelah itu kembali berbicara.“Alice tolong dengarkan aku baik-baik. Kita tidak punya waktu karena mungkin mereka akan curiga dengan gerak-gerik ku. Besok, di jam yang sama aku akan kembali dan akan membantumu kabur, jadi tolong malam ini jangan minum obat yang diberikan. Okay?.”
Alice mengangguk. Ia dengan cepat menghabiskan makanannya dan menyerahkan nya kepada Kimberly.
Keduanya mengangguk sebelum Kimberly meninggalkan ruangan.