Semua persiapan sudah matang, namun ternyata tiba-tiba terjadi kecelakaan di beberapa tempat membuat para polisi tidak bisa menuju markas The Jung's.
Namun masalah itu tidak menghentikan mereka, bagaimana pun semua persiapan sudah lengkap dan rencana mereka harus segera dilaksanakan.
Alice menatap Veera kemudian menepuk pundaknya. "Vee, aku nitip Elio. Tolong jaga dia".
Veera mengangguk. "Tenang saja, Elio aman denganku. Kau berhati-hatilah".
Alice mengangguk. Veera tidak ikut namun ia juga berkontribusi meretas CCTV saat mereka sudah berada di lokasi.
Para anggota semuanya sudah siap di mobil masing-masing. Alice di tim A naik ke mobil bersama Aaron dan George. Mobil mereka melaju terlebih dahulu meninggalkan halaman rumah. Satu persatu mobil mulai mengikuti dan berpencar agar tidak terlalu mencolok.
Sesampainya di lokasi, mereka memarkirkan mobil tidak jauh dari bangunan.
Orang biasa pasti akan terkecoh dengan penampilan bangunan tua yang sudah tidak terpakai didepan mereka. Siapa sangka jika markas The Jung's ada di bawah tanah bangunan tua tersebut.
Aaron memberi aba-aba kepada Alice dan George agar segera bergerak dengan hati-hati.
Alice mengangguk dan mengikuti arahan pria itu.
Satu persatu tim mulai masuk dan menembak para penjaga dengan pistol tanpa bunyi tembakan.
Pintu dengan 2 penjaga telah mereka lumpuhi, segera saja beberapa tim masuk dan mulai berpencar menjalankan tugas masing-masing.
Tanpa mereka ketahui pintu yang mereka masuki mulai tertutup bersamaan dengan pintu keluar lainnya.
"Vee, apa kau sudah bisa meretas cctv mereka?". Tanya Alice melalui earpiece nya.
"Tidak bisa, hanya ada layar hitam disini, aku tidak tau kenapa".
"Baiklah".
Alice sebenarnya punya firasat buruk ketika melihat ruang-ruang yang mereka lewati sepi penjaga. Tapi segera ia tepis perasaan tersebut, dan tetap fokus terhadap misinya.
Tim A sudah didepan inti gedung, mereka tidak tau apa yang menunggu mereka disana. Jadi mereka bersiap-siap dengan pistol ditangan mereka.
Aaron menatap kedua rekannya kemudian mengangguk, ia segera membuka pintu dan menodongkan pistol nya bersiap menembak begitupun Alice dan George.
Namun ternyata ruangan tersebut kosong melompong.
"What's going on? There's no one here". Ucap George.
Tiba-tiba sebuah laser merah entah darimana menembus kepala George.
Alice menutup mulutnya tak percaya ketika melihat darah yang mulai keluar merembes ke lantai putih."ZOEY! ZOEY FOKUS!". Teriak Aaron.
"Zee ada apa?". Tanya Veera
"Aku punya firasat buruk tentang ini, Aaron kita harus segera mundur".
Aaron mengangguk.
"Tapi bagaimana dengan George?".
"Tidak ada cara lain, kita tinggalkan dia disini".
Alice mengangguk.
Keduanya pelan-pelan berjalan keluar namun tiba-tiba lantai tempat mereka berpijak terbuka dan mereka terjatuh kedalamnya.
Mereka terjerembab jatuh dari ketinggian 3 meter. Disekeliling mereka gelap dan lembab. Seketika udara disekitar Alice lenyap karena kepanikannya.
"Zoey, are you okay?". Tanya Aaron
"Zee ada apa? Apa yang terjadi?". Tanya Veera lagi.
"I can't breathe".
Aaron membantu menenangkan Alice dengan mengusap punggungnya dengan lembut. "Bernafas lah perlahan".
Tiba-tiba semua lampu menyala dengan terang hingga membuat mata keduanya sakit.
"SUPRISE!".
Setelah beberapa saat Alice baru menyadari ada sekitar 8 orang termasuk sang pewaris The Jung's saat ini, Jung Jaehyun.
"Wah-wah, selamat datang di markas The Jung's". Ucap Jaehyun dengan senyum manisnya yang dibuat-buat.
Alice mencoba bangkit dengan kakinya yang terkilir begitupun dengan Aaron. Mereka bersiap menodongkan pistol namun segera salah satu dari mereka menembak lengan atas keduanya membuat pistol mereka terjatuh.
Aaron tidak menyerah ia mengambil pistol yang berada dipinggangnya dengan tangan yang lain dan menembak kearah Jaehyun.
Sayangnya peluru tersebut hanya menggores sedikit pipi Jaehyun karena tangannya kembali di tembak.
Jaehyun mengusap sedikit darah yang keluar dari pipinya. "Habisi dia". Ucapnya dengan datar.
Kejadian terjadi begitu cepat, puluhan peluru langsung menembus tubuh Aaron.
"ANDWAE!". Alice berteriak menghampiri tubuh Aaron yang sudah terbaring tidak berdaya.
"Zee, oh my God, apa yang terjadi?!". Veera diseberang sana berteriak panik.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya disamping pria itu. Aaron tersenyum dengan mulutnya yang mengeluarkan darah.
"A-aku titip Elio". Ucapnya lirih.
"No, please no". Alice menggeleng kuat.
"Thanks Zoey". Kedua mata Aaron kemudian tertutup sempurna membuat Alice sukses menangis hebat.
Veera segera menyuruh rekan tim yang lain untuk membantu tim A namun ternyata mereka terjebak. Pintu semua ruangan tertutup.
"Zee, bertahan lah!".
Jaehyun segera menghampiri Alice dan menyeretnya menjauh dari Aaron.
"Hands off you bastard!". Alice berteriak marah.
Wajah Jaehyun mengeras, ia lalu menekan luka tembak dilengan Alice membuat gadis itu meringis kesakitan. Dengan sisa tenaganya, Alice melancarkan serangannya yaitu meninju wajah Jaehyun hingga laki-laki itu mundur dan melepaskan tangannya.
Alice segera menghampiri tubuh Aaron dan menghubungi rekannya melalui earpiece.
"Semuanya aku perintahkan untuk mundur, SEKARANG!". Mendengar perintah dari Alice, rekan-rekan yang lain langsung mencari jalan keluar.
Jaehyun terkekeh. Ia menyuruh salah satu bawahannya untuk menyuntikkan obat bius dosis tinggi kepada Alice.
Saat jarum itu menembus lengan Alice seketika gadis itu langsung mencabut nya namun terlambat efeknya sudah mulai bekerja saat matanya mulai mengabur. "Sial". Dan kemudian gadis itu tak sadarkan diri.
"Semuanya segera keluar, kita akan mengebom tempat ini. Yeokyeom, kau tolong bawa Alice ke mobil".
"Ne, algesseumnida".
Sesuai kata Jaehyun, setelah mereka menjalankan mobil mereka menjauh, gedung mulai meledak.
Untungnya para anggota rekan tim yang lain berhasil keluar sebelum ledakan walaupun ada yang mengalami luka-luka.