Relationshit | 01

1K 127 19
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vian
|Aku harus anter Kia dulu
|Tunggu sebentar ya


Jihan berdecak, moodnya langsung hancur saat membaca pesan yang baru saja dikirimkan Vian. Jihan tak mengerti kenapa Vian bisa selalu luluh jika sudah menyangkut Kia, laki-laki itu bahkan rela membuat pacarnya sendiri menunggu sementara ia lebih memilih perempuan lain untuk diutamakan.


Hari ini rencananya Jihan dan Vian akan menghabiskan waktu berdua, seperti orang berpacaran lain pada umumnya. Tapi sepertinya rencananya akan gagal karena Jihan yang sudah terlanjur malas. Untuk kesekian kalinya. Dan masalah mereka selalu ada pada Kia.

Walaupun ini bukan yang pertama kali Vian melakukannya, tapi tetap saja Jihan belum bisa memahami dan menerimanya. Lagipula perempuan sinting mana yang rela pacarnya berduaan dengan perempuan lain?

Berbalik, Jihan kembali membuka pintu apartemennya dan masuk kedalam. Melempar tasnya secara asal kemudian duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya disana. Matanya terpejam erat, ia sudah lelah menghadapi sosok Vian yang tak pernah berubah. Laki-laki itu memintanya untuk mengerti dan memahaminya, tapi tak pernah mencoba untuk memahami Jihan juga.

"Hai," sapaan Vian dengan senyum kotak lelaki itu yang pertama kali Jihan lihat saat membuka matanya.

Jihan mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke retina mata. Melihat sekeliling, Jihan dapat merasakan ia sudah ada di kamarnya sendiri-dapat dipastikan bahwa Vian yang sudah membawanya kemari, berbaring diatas ranjang empuk dengan Vian yang duduk disisinya. Posisi wajah lelaki itu cukup dekat, hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.

Jihan tersenyum membalas senyuman Vian. Tangannya terulur untuk menangkup wajah Vian dan mengelus rahang pacarnya itu. Menarik wajah Vian untuk lebih dekat kemudian dia juga sedikit memajukan wajahnya. Setelahnya Jihan mengecup bibir Vian singkat. Sebuah kecupan yang mampu membuat senyuman Vian kian lebar.

Jihan melihat jam yang menempel di dinding. Pukul tujuh malam, sepertinya dia tidur terlalu lama. Ia mulai bangkit dengan dibantu Vian, kemudian menyandarkan punggung disandaran ranjang.

"Gimana Kia?"

Vian mengangkat alis, berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Kayak biasanya, kenapa?"

"Oh, aku pikir dia udah ketemu sama Mamanya."

Vian menyentil dahi Jihan pelan, mulai memaklumi mulut kurang ajar sang pacar yang senang sekali bicara ceplas-ceplos.

"Omongan kamu makin kasar aja akhir-akhir ini." Vian menggeser duduk lebih mendekat pada Jihan. Tangan kekarnya terulur, menyingkirkan anak rambut Jihan yang menutupi wajah cantik gadisnya.

Jihan tersenyum tipis, ucapan Vian jelas memiliki arti lain dan ia memahaminya. Jihan sudah mengerti apa yang akan Vian lakukan selanjutnya.

"Masa sih? Aku gak ngerasa gitu."

Gadis itu menghindar saat Vian hendak meraih tengkuk dan kembali mengecup bibirnya. Jihan mengulur waktu. Dan Vian tak menyukai idenya.

"Jia..."

Jihan dibuat menahan napas saat mendengar suara berat Vian yang mengalun tepat didepan wajahnya. Ia bahkan bisa merasakan napas hangat Vian yang menerpa wajahnya.

"...can i?"

Pertanyaan pelan dengan suara rendah yang terdengar parau Vian lontarkan, matanya menatap lekat bibir merah muda Jihan yang sedikit terbuka, pupil gelap itu kemudian beralih untuk menatap tepat pada mata gadis itu yang mulai sayu.

Jihan tak diperbolehkan untuk memilih, Ia sadar akan hal itu. Saat tangan Vian mulai menggenggam tangannya dan sedikit merematnya, kemudian tangan yang lain mulai meraih tengkuknya. Menyingkirkan rambut yang menutupi area leher Jihan.

"Vee.."

Dan setelahnya, Jihan memejamkan mata. Membiarkan Vian untuk memulai dan mengambil kendali penuh.

Habis manis sepah dibuang.

Pribahasa yang sangat cocok untuk menggambarkan sosok Jihan Geerasya. Sejak dulu hingga sekarang.

Setelah segala perlakukan manis yang diberikan Vian pada Jihan, kini lelaki itu meninggalkannya begitu saja.

Jihan menyukai saat-saat dimana Vian berlaku manis padanya. Memperlakukannya dengan penuh kasih sayang seperti yang lelaki itu lakukan semalam. Mereka tak melakukan lebih jauh setelah ciuman panas itu, Vian mengajak Jihan untuk menonton series netflix bersama sembari makan makanan yang Vian pesan lewat online. Bermain game lewat ponsel kemudian mengobrol bersama. Vian yang mendengarkan cerita-cerita Jihan dengan serius, mata yang menatapnya penuh damba, dan tangan yang setia merangkul bahunya sementara Jihan menyandarkan kepala di dada Vian.

Jihan sangat menyukainya. Hingga ia melupakan satu hal.

Kia.

"Cewek sialan." Jihan mengumpat pelan. Kelewat kesal karena saat bangun dan tak menemukan Vian di apartemennya, justru sebuah sticky notes yang menempel diatas meja makan dengan tulisan tangan Vian yang mengatakan bahwa lelaki itu akan pergi ke rumah Kia untuk mengantarnya ke kampus.

Jihan bingung. Ia jadi merasa menjadi selingkuhan yang disembunyikan Vian.

Tak ada pilihan lain. Jika Vian dengan gamblang mengatakan akan pergi dengan Kia ke kampus, maka Jihan juga akan melakukannya.

Mengambil ponsel didalam tas sembari berjalan keluar apartemen, Jihan mulai mencari satu nama di kontaknya. Kemudian mulai menelponnya. Tak butuh waktu sampai lima detik, seseorang diseberang sana sudah mengangkatnya.

"Yudha-"

"Gua udah dibawah."

Jihan tersenyum lebar.

Jihan tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang