Relationshit | 03

764 102 14
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti kalo udah selesai chat aja. Jangan pulang sendiri atau berani ngajak orang lain buat anter kamu."

Vian memberikan remasan pada bahu Jihan cukup kuat, seolah menuntut gadis itu untuk segera menjawabnya. Dan Jihan menurutinya, ia langsung mengangguk dengan kaku. Vian menyunggingkan sebuah senyum, mengusap puncak kepala Jihan kemudian berpamitan untuk pergi.

Jihan masih memandangi punggung bidang Vian, sampai akhirnya lelaki itu berbelok dan menghilang dibalik dinding. Ia menghela napas. Kemudian memilih masuk ke kelasnya dan duduk disebelah Sena yang melambaikan tangan memanggilnya untuk mendekat.

"Lagi akur kayaknya rumah tangga lo."

Jihan terkekeh, enggan membenarkan namun juga tak mau menyangkalnya. Lagipula Sena tau dengan pasti apa yang terjadi jika Vian sudah sampai mengantarnya ke kelas seperti tadi.

"Cowok lo kumat lagi? Kenapa?"

"Yudha. Kia kayaknya liat gue berangkat bareng Yudha waktu itu, terus ngaduin gue ke Vian."

Sena mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Matanya tanpa sengaja mendapati luka di pelipis Jihan dan disudut bibir gadis itu. Ia menghela napas melihatnya, belum lagi wajah Jihan yang terlihat santai-santai saja.

"Lukanya keliatan jelas, gak diplester?"

"Vian suka liatnya. Keadaan muka gue mungkin bakal makin parah kalo gue berani nutupin ini pake plester."

Jihan menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

Vian yang mengantar Jihan sampai ke depan kelas gadis itu seperti tadi, bukanlah hal baru. Vian selalu melakukannya saat menurutnya ada orang yang dapat mengusik hubungannya dengan Jihan. Saat ada orang yang mungkin berpotensi untuk merusak hubungannya dan dapat menarik perhatian Jihan. Lelaki itu akan dengan senang hati menghabiskan waktu dengan Jihan. Sebisa mungkin untuk tetap membuat pusat perhatian Jihan selalu ada padanya, Vian menginginkan hal itu. Maka, ia mengajak Jihan untuk berangkat bersama menuju kampus sampai mengantar gadis itu ke kelasnya, kemudian pulang bersamanya. Pada intinya, Vian akan selalu ada untuk Jihan, ia tak akan membiarkan gadis itu sampai dengan berani menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang lain selain dirinya.

Sosok seperti Marviano Rakata akan melakukan apapun untuk membuat Jihan Geerasya tetap berada disisinya.

Bahkan melupakan sosok Kia.

Jihan menyukai saat-saat seperti ini. Namun disisi lain ia juga terkadang merasa muak dan lelah. Jihan bukan tipe orang yang suka dikekang. Ia lebih suka dengan kebebasan dan melakukan apapun sesuai keinginannya. Namun dengan adanya sosok Vian dengan sifatnya yang senang sekali mengatur ini-itu jelas membuat Jihan merasa tak nyaman.

"Ji, Vian tuh."

Jihan seketika tersadar dari lamunannya saat Sena menepuk bahunya pelan. Ia melirik ponselnya yang yang bergetar, menyala dan menampilkan nama Vian yang menelpon. Jihan menghela napas. Mengambil ponsel miliknya, kemudian menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan Vian.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang