Part 5

11K 1K 103
                                    

Puluhan mahasiswa menunggu di lobby lantai teratas, tempat diadakannya audisi penyiaran yang sudah ditunggu-tunggu sejak awal masuk kampus. Aku bisa melihat dari ujung ruangan tempatku berdiri saat ini, sepertinya mereka terlalu antusias untuk mengikuti audisi. Aku tersenyum miring, mereka belum mengetahui betapa beratnya menjadi bagian dari penyiar radio kampus ini. Kampus ternama, terupdate, dan ter-ter lainnya yang menambah kadar eksistensi radio kampus.

Zora memeluk pinggangku dengan tangan kirinya. Menatap mataku dan tersenyum jahil. Aku hanya bisa mendengus kesal, sudah biasa mendapati perilaku Zora yang kadang kelewat manis, membiarkan dirinya melakukan skinship hanya kepadaku, seperti saat ini misalnya. Kenapa aku mengatakan 'hanya padaku'? Karena hanya aku satu-satunya perempuan yang dekat dengannya sejak kami sepakat memutuskan hubungan kami dulu. Dia tidak pernah sekalipun melakukan skinship pada perempuan lain, sekalipun itu Aira, dia hanya berani jahil padaku.

Dia mengusap kepalaku. "Mikirin apa, Ta?" tanya Zora, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajahku.

Aku tersenyum simpul. "Mikirin anak-anak itu, gue bingung gimana caranya audisi mereka, banyak begitu. Ada berapa orang sih yang daftar?"

Zora terkekeh, sedikit berpikir dan melepaskan tangannya di pinggangku, kemudian mencari selembar kertas yang berada di dalam tasnya. "Sekitar tiga puluh anak kurang lebih. Emang rencananya mau diseleksi berapa anak?"

"Tergantung, bisa jadi setengahnya, bisa jadi seperempatnya."

Zora mengangguk paham. "Gimana kalo ternyata mereka semua bagus-bagus? Lebih bagus dari siaran lo atau gue?"

Aku mengedikkan bahu. "Gak mungkin semuanya, pasti mereka nervous parah."

"Iya juga sih. Dulu kita juga gitu."

Aku terkekeh. "Jam berapa kita mau mulai?"

Zora menatap sekilas jam tangannya. "Sebentar lagi, beb." ucapnya, tangannya yang jahil mengelus pipiku samar.

***

"Setelah pembagian kelompok, kira-kira ada yang mau ditanyakan sebelum kita mulai dengan kelompok pertama yang akan masuk kedalam?" tanya Zora, menginterupsi seluruh mata di lobby ini.

Aku hanya duduk manis melihat Zora yang sejak tadi mendominasi, sambil sesekali melihat ke peserta yang mendaftar. Seingatku, Khamga ingin mengikuti audisi ini, tapi sejak tadi aku tidak melihatnya di sisi manapun. Dengan santai, aku mengambil ponsel dari tasku, mulai mencari chat dari Khamga dan langsung menanyakan di mana keberadaannya sekarang.

Atania Romaria
Lo di mana? katanya lo mau ikut audisi? Hari ini kan audisi.

Khamga Al-altin
Gue gak jadi ikut, tapi temen gue banyak yang ikut.

Atania Romaria
Okay

Baru saja aku berniat memasukkan ponsel ke dalam tas, dia bergetar lagi menandakan chat masuk, aku yakin itu dari Khamga.

Khamga Al-altin
Nanti balik ngampus lo sama siapa kak?

Tiba-tiba saja Zora menghampiriku, kemudian duduk di sebelahku sambil mengintip ponsel yang berada di genggamanku. "Siapa?" tanyanya penasaran.

"Adik kelas, nanyain dimana audisinya," kataku berbohong, aku hanya sedang berusaha menjaga perasaannya, walaupun aku tahu sekeras apapun aku berbohong, Zora pasti mengetahuinya.

Zora mengangguk samar, tersenyum tipis dengan tatapan mematikan. "Adik kelas yang namanya Khamga itu?" tebaknya, tepat sasaran.

Aku tak merespon apapun, hanya bisa menunduk dan mengusap tengkuk yang terasa dingin.

OreologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang